"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak selamat malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah. Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter. "Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku." "Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia." Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu. "Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura. Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus. Amelia telah me
"Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri."Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?""Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!""Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya."Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”L
"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda.""Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya.""Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal.""Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di da
"Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu."Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya.Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga."Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi.Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara.Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya.Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya.Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan?Willy meneteskan air mata dan bergegas kel
Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat. Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang? Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu. Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu ke
Khawatir? "Konyol sekali," kata Lucian mendengus muram. Ekspresi dingin kembali di wajahnya. Ada kemarahan di hatinya. Ponselnya berdering, Lucian melirik melihat nama Viola di layar ponselnya. Dia menghela nafas, tidak merasa antusias. Tanpa menjawab panggilan telepon Viola, dia kembali ke kantornya. Setelah Lucian pergi, Laura memandang wajah putrinya dengan ekspresi khawatir. "Sayang, Mama bikin kamu takut, ya?" Amelia berkedip dengan mata polosnya. Tidak ada senyum di wajah kekanakannya. "Mama, Amel mau sama Papa." Laura terdiam dengan ekspresi sedih. "Amel mau sama Papa?" Amelia mengangguk dan berkata dengan suara cadelnya yang putus-putus. "Papa gendong Amel. Amel mau digendong Papa lagi." Laura terdiam, lalu menyadari ini pertama kalinya Amel digendong oleh Lucian sejak dia lahir. Dia ingat Amel selalu menatap Lucian dengan tatapan penuh harap setiap kali mereka bertemu, jelas sangat merindukan kasih sayang ayahnya. Laura mengatur kata-kata saat menatap putri
Laura menatapnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak akan menuruti mereka. Dia sudah cukup bodoh di kehidupan sebelumnya karena membiarkan mereka memanfaatkannya dan mengurasnya sampai kering. "Apa kamu mengerti?! Kamu tidak boleh bercerai dengan Lucian!" George gelisah menatap mata biru Laura yang dingin dan tak terbaca. Laura tampak berbeda dari biasanya. Dulu dia selalu penurut dan takut pada mereka. Dengan kesal, ia meraih dagunya dan mengancam, "Jika kamu sampai bercerai dan mengungkap hubungan Lucian dan Viola, aku akan membunuhmu!" "Hei, apa yang kamu lakukan!" Seorang pria tiba-tiba masuk dan mendorong George menjauh dari Laura. "Siapa kalian? Beraninya kalian menyakiti Laura!" seru Andrew marah. "Ini bukan urusanmu. Kami adalah orang tuanya. Sebaliknya, kamu siapa?! Jangan ikut campur!" George kesal karena seorang dokter berkepala botak telah mendorongnya dan berteriak di depannya. "Orang tua? Kalian menyebut diri kalian orang tua dan mengancam seorang anak?!" tanya
Wanita itu menangis dan memeluknya erat hingga Laura hampir kehabisan napas. "Anakku, ini sungguh kamu? Ibu sangat merindukanmu dan mencarimu selama dua puluh tahun."Laura tertegun. Air matanya pun ikut luruh mendengar kata-kata wanita yang mengaku sebagai ibunya. Kerinduan yang aneh membuncah di dadanya, seolah-olah sebagian dari dirinya mengenali wanita itu. Tangannya membalas pelukan itu, dan ia berbisik lirih, "Ibu...."Tangisan wanita itu semakin keras. "Gadis manisku, kamu sudah tumbuh sebesar ini ...." Para pria dewasa di sekitarnya berusaha menahan air mata, tetapi mata mereka berkaca-kaca."Laura, ini ayah...." Allen membungkuk, ikut memeluk Laura dan istrinya erat. Air matanya tak terbendung.Wajah Laura tersipu. Ia tak pernah diperlakukan seperti anak kecil, usianya kini 23 tahun dan ia seorang ibu muda. Namun, orang-orang ini memperlakukannya seperti gadis kecil mereka.Apakah dia benar-benar putri mereka yang hilang? Ia bertanya-tanya dalam hati. Tapi mengapa di
“Oh, benarkah? Aku nggak ingat,” Laura mengusap kepalanya dan tersenyum. “Wajar kalau kamu tidak ingat kamu hanya kuliah beberapa bulan sebelum pindah.” Bella tersenyum kecil.“Willy, putrimu sangat cantik. Dia sangat mirip denganmu,” Nyonya Collis memuji Laura.Willy terkekeh bangga. “Dia memang sangat mirip cantik dan putri berharga kami karena satu-satunya di generasi ini.”“Wah, kamu sangat senang memiliki kakak-kakak laki-laki yang paling tampan,” kata Bella menatap Laura dengan iri. “Iri sekali, aku kakak perempuan tertua dan adik-adikku sangat nakal.”Laura hanya menanggapinya dengan senyum sopan lalu meminta pamit karena dia lelah pulang kerja dan ingin mandi.“Pergilah sayang, dan jangan lama-lama karena kita akan makan bersama. Dan panggilkan Tristan. Sejak tadi sore dia mengurung diri di ruang kerjanya.”“Baik, Bu.”Laura meninggalkan ruang tamu itu dan naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.Dia berjalan menuju ke kamarnya dan berpapasan dengan Tristan. Matanya membel
“Kamu kembali untuk mengurus bisnis keluarga mu di Capital?”“Ya, ibuku juga ingin aku segera menikah. Aku sudah lama menunda masalah pernikahan.”“Oh. Apa kamu sudah punya calon?”Glenn tersenyum dan mencondongkan wajahnya ke sisi Laura. “Aku sudah punya calon yang aku inginkan. Tapi aku akan menunggunya membuka hati padaku.”Laura hanya tersenyum canggung dan meraih lauk untuk diletakkan pada di piring Amel.“Jangan menunda urusan pernikahanmu. Kamu bukan Kak Tristan yang masih punya Kak Dean dan Sean. kamu adalah putra tunggal Bibi Alina, dia pasti ingin kamu menikah dan memberinya cucunya.”“Kamu benar, aku nggak boleh menunda urusan pernikahan. Bagaimana jika kita—“Laura memasukkan lauk ke mulut Glenn untuk menutupnya. “Ini cumi-cumi tiram yang kamu suka. Apa enak?”Dia tidak ingin Glenn mengungkit lamarannya pada Laura di depan Amel. Pria itu akan selalu melamarnya setiap kali mereka bertemu.Glenn mengerucutkan bibirnya tapi menerima suapan dari Laura dengan senang hati.Urat
Laura menjauh dari kamar rawat si kembar, dia memikirkan kemarahan yang ditunjukkan Tristan beberapa menit yang lalu. Jarang dia melihat kemarahan Tristan.Kakak pertamanya adalah seseorang yang jarang menunjukkan emosinya. Kadang-kadang dia tidak bisa menebak isi pikirannya.Dia punya tebakan bahwa si kembar adalah anak-anak Tristan. Jika tidak, Tristan tidak akan repot datang kemari hanya untuk melihat seorang anak yang sangat mirip dengannya jika dia tidak yakin anak itu bukan anaknya.Dia merasakan interaksi aneh antara Tristan dan Mia. Tapi satu hal yang pasti, ini tidak akan berakhir baik bagi Mia.Kakak laki-lakinya adalah seseorang yang ingin semuanya di bawah kendalinya, dan tidak mentolerir sesuatu keluar dari kendalinya. Dia seseorang yang menuntut dirinya menjadi sempurna dan mengembangkan tanggung jawab sebagai putra sulung dari keluarga Adams dan pewaris Adams Group, dia tidak ingin memiliki cacat dalam dirinya. Seperti keberadaan anak haram….Laura menggelengkan kepala
“Apa yang ingin Anda bicarakan, Tuan Adams?” Mia menatapnya tenang.“Mari bicara di luar,” kata Tristan melirik anak-anak Mia yang menatapnya penasaran.Mia melirik si kembar dan mengangguk. Meski enggan, dia hanya bisa mengikuti Tristan.“Mari bicara di sini, Tuan. Aku tak bisa meninggalkan anak-anakku terlalu jauh,” kata Mia berhenti di koridor yang sepi dan tak jauh dari ruang rawat si kembar.Tristan berhenti dan menatap Mia. Wajah wanita itu sangat cantik dan percaya diri di depannya, menatap Tristan dengan mata yang acuh tak acuh.Tiga tahun yang lalu, dia mengenal Mia sebagai gadis yang tak berani bicara padanya apalagi menatapnya.“Kamu berbicara pada Lucian Wilson dengan begitu sopan dan takut, tapi di depanku kamu tidak takut.”“Apa hubungannya pembicaraan kita dengan Tuan Wilson? Tolong katakan apa yang ingin kamu bicarakan padaku. Jangan membuang-buang waktuku.”Sudut bibir Tristan terangkat. Dia menunjukkan sebuah map coklat pada Mia.“Rupanya kamu sudah berbohong. Kamu ng
“Aku ….” Mia berdiri terkejut dengan kunjungan mendadak dari Tristan Adams.“Tuan Adams, apa Anda ada urusan di sini?” Dia bertanya dengan suara yang sangat sopan, menyembunyikan kecemasan di dadanya.Jantungnya berdegup kencang. Dia berdiri membelakangi anak-anaknya, mencoba melindungi anak-anaknya dari tatapan menyelidik Tristan.“Aku hanya penasaran karena ibuku tidak berhenti membicarakan anak-anak kembarmu yang mirip denganku. Jadi aku datang untuk melihat sendiri dengan mata kepalaku.” Tristan berjalan masuk dengan tenang dan melirik ke belakang punggung Mia.“Mama … siapa paman itu?” Alana meraih tangan Mia dan menunjuk Tristan.“Orang asing sayang. Mama nggak kenal.”“Oh ….”Raut wajah Tristan semakin datar. Dia menyerahkan oleh-oleh yang dibawanya pada Mia.“Ini untuk anak-anakmu. Kenapa kamu menyembunyikan wajah anak-anak itu dariku? Aku sangat penasaran apakah mereka sangat mirip denganku.”“Maaf. Anak-anakku takut dengan orang asing.” Mia menghindari tatapan tajam Tristan.
“Nenek, Amel ikut ….” Amel sama gembiranya dengan neneknya dan masuk ke kamar rawat.“Maaf, ibuku sudah bersikap tidak sopan. Dia senang dengan anak-anak dan bersemangat setelah mendengar dari Dean bahwa si kembar sangat mirip dengan Kak Tristan. Maaf ya ….” Laura meminta maaf menyadari raut wajah Mia terlihat tidak nyaman sejak mereka datang.“Tidak apa-apa. Apa Dean Adams … dokter di sini? Dia menyelidiki tentang anak-anakku?” Mia bertanya pasrah sambil mengusap wajahnya.Dia tidak menyadari salah satu anggota keluarga Adams bekerja di rumah sakit ini. Dan dia tak mengantisipasi kakak kedua Laura begitu tertarik pada anak-anaknya dan mengungkit tentang si kembar pada keluarga Adams.Pasti kemiripan di kembar dengan Tristan di ceritakan pada seluruh anggota keluarga Adams dan menarik perhatian mereka. Karena itu seorang Matriarch keluarga Adams datang jauh-jauh kemari tanpa peduli waktu sudah hampir larut malam.“Ya, ini salah satu rumah sakit yang dikelola olehnya. Kak Dean melihat s
Ekspresi Tristan juga berubah serius. Dia berdiri dalam sekejap dari sofa.“Aku akan melihatnya sendiri!”“Tunggu! Tunggu dulu!” Dean buru-buru menahan kain celana Tristan. Untung kain celananya tidak melorot. Tapi Dean menatap tatapan sinis dari kakak tertua.Dia segera melepaskan celana Tristan dan cengengesan. “Aku nggak bilang anak-anak itu adalah anak-anak Tristan. Cuma bilang mirip!”Willy memukul pundak putranya gemas. “Kamu seharusnya bilang! Kamu hampir membuat ibu serangan jantung!”Tristan menatap adiknya tajam yang membuat Dean merinding takut.Dean mengusap belakang kepalanya. “Kalian akan lebih syok jika berkunjung dan melihat sendiri wajah anak-anak kembar itu. Mereka persis sekali dengan foto Kak Tristan di masa kecil. Lebih tepatnya kembar identik seperti aku dan Dean.”“mereka anak-anakmu berarti?”“Ibu, tolong jangan asal ambil kesimpulan, dong,” keluh Dean. “Pokoknya anak-anak itu persis seperti Kak Tristan. Ibu akan terkejut jika melihatnya nanti. Jadi aku ngomon
Laura mengalihkan pandangannya ke samping. Posisi ini sangat intens dan membuatnya tidak nyaman.“Mengapa kamu peduli padaku? Saat itu kamu sudah bersama Viola. Apalagi yang kamu inginkan? Aku sudah melepaskanmu agar kalian hidup bahagia. Jadi, tolong menjauhlah dari hidup—”Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya tiba-tiba terkunci dalam ciuman panas Lucian.Matanya melebar. Dia berusaha meronta dan mendorong pria itu, namun tubuh dan bibirnya tertawan oleh pria itu, dan dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.“Lucian...” Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena lidah pria itu menyelinap masuk ke dalam mulutnya.Ciumannya sangat intens dan panas, mencuri nafas Laura. Lidahnya menggodanya dalam mulutnya membuat sensasi geli di bawah perut Laura.Laura menggelengkan kepala menyangkal ciuman ini sangat menggairahkan. Dia menggigit bibir bawah Lucian dengan kuat, menyebabkan pria itu mendesis dan melepaskan bibirnya.Dia dengan cepat mendorong lengan Lucian.“Dasar
“Papa, kapan lagi Amel bisa ketemu Papa?” Amel menatap Lucian dengan penuh harap setelah Lucian selesai membayar makan siang mereka di kasir dan keluar dari restoran.Lucian berlutut di depan Amel dan mengusap kepalanya.“Amel bisa menghubungi Papa kapan saja. Apa Amel punya ponsel?”Amel menggelengkan kepala. “Mama nggak mengizinkan Amel pegang ponsel, nanti Amel jadi malas belajar.”“Benarkah, bagaimana ini? Kalau Amel punya ponsel, Amel bisa telepon Papa kapan saja. Bagaimana kalau telepon Papa dengan ponsel Mama?” Lucian berkata sambil melirik Laura yang berada beberapa langkah dari mereka, sedang menelepon seseorang di halaman parkir.Mata gadis kecil itu berbinar, lalu dia berlari menghampiri Laura dan menarik tangannya.“Mama, mama, mama!”Laura menunduk menatap Amel yang menarik-narik lengannya. “Ada apa, sayang?”Amel tersenyum lebar. “Boleh Amel pinjam ponsel Mama?”“Oh, tunggu sebentar, sayang.” Laura mengusap kepala Amel tanpa bertanya, lalu berbicara kembali di teleponnya