Share

Bab 6 Tetap bertahan

Di suatu tempat ketika sedang terjadi turunnya salju deras begitu dingin, sesosok makhluk humanoid misterius seukuran manusia tubuhnya mirip manusia, kuku tangan dan kakinya tajam dan panjang seperti serigala, bergigi tajam ukuran giginya sedikit lebih besar dari pada ukuran gigi macan, berjalan merangkak dan lari secepat anjing, menyerang para warga di sana. Makhluk berbahaya itu selain mampu bersiul, juga mampu meniru suara bahasa perkataan manusia seperti layaknya para burung nuri dan kakaktua serta sejenisnya. Tempat itu pun menjadi mencekam, membuat warga resah dan penuh ketakutan.

“Bery!... Bery...!” tok tok tok, suara ketokan pintu depan dari luar. Pemilik rumah pun mendengar, “Siapa itu?!...” “Bery!... Buka!... Buka...!”

“Iya, akan ku bukakan pintunya.”

“Aneh aku tak pernah mengenal suaranya sekali pun, mungkin ada yang menyuruhnya memberikan suatu barang atau memberi tau pesan,” ucapnya berbicara sendiri yang keheranan. Lalu membuka pintunya, pria itu pun langsung diserang oleh makhluk misterius mengerikan itu. Dia dicakar, digigit-gigit. Makhluk itu begitu kuat dan kemampuan korbannya baginya masih kalah kuat. Sesudah korbannya tewas. Setelah masuk ke dalam rumah, dia menutupnya, mengambil dan memakan segala macam daging dan buah-buahan di rumah itu.

Di lain hari berikutnya, dari belakang rumah makhluk itu sambil mengetok dan bersuara, “Tolong?!... Tolong?!... Tolong aku...?!”

Pemilik rumah yang seorang pria dewasa pun merasa heran, “Di salju yang deras begini, di luar ada yang minta tolong, apakah dia sedang tertumpuk salju?”

Suara minta tolong itu terus terdengar. “Iya... Iya... Tunggulah...!” Suara minta tolong tersebut masih terdengar. Orang itu pun membawa peralatan dan membukanya. Tiba-tiba dari belakang makhluk itu menyerangnya. Pria itu terus melawan serangan makhluk itu dan menyerangnya dengan garpu jerami namun makhluk itu menghindar dan terkena dorongan dari ganggang dan bawah ujung garpu jerami, selagi makhluk buas itu terdorong dan menjaga jarak dari garpu jerami yang diarahkan padanya, untuk siap menyerang. Dia pun segera bergegas berlari mundur lalu langsung berlari ke depan masuk kembali ke rumah dan menguncinya. Ketakutan berdegup kencang di hatinya.

Beberapa para Gridor salah satunya Khaigor sedang berjalan di suatu kota, melihat segerombolan para orang yang terlihat tampak seperti prajurit, melewati bersebelahan, “Siapa mereka?”

“Mereka Nerdho, mereka adalah golongan prajurit bayaran, pemburu hewan buas dan monster seperti kita,” jawab Widar.

Sampailah mereka di tempat tentang kabar makhluk buas itu yang menyerangnya di malam hari, desa itu masih mengalami musim turun salju yang deras.

“Dengar jangan membuka pintu dari siapa pun, ketika kami masih bekerja mengatasi ini di sini. Jangan pernah, siapa pun itu!...” tegas Widar pada para warga di sana. Mereka mengangguk, dan merasa ragu akan perkataannya, takutnya adanya hal lain yang bisa dikhawatirkan nantinya bertentangan dengan perintah itu.

Malam tiba mereka menyamar dengan berdiam diri ke dahan tanaman dan naik ke atas pohon, bersembunyi di dalam tumpukan salju.

Mereka memancing dengan daging hewan yang dicampur dengan aroma makanan yang lebih kuat. Suatu ketika makhluk itu muncul menampakkan diri dan mengetok rumah warga, sambil berkata, “Halo?!... Halo...?!” Ternyata benar makhluk itu mampu meniru suara bahasa manusia dan mereka terkejut, tapi makhluk itu tidak terlalu memahami artinya.

Seketika dari atas memanah menggunakan busur tarik, ternyata meleset, “Sial.” Makhluk itu terkejut. Kemudian seorang dari tumpukan salju keluar dan mulai mencoba menebas makhluk itu. Dia mencoba lari, panah lagi dilepaskan, meleset hampir mengenai kaki seorang anggota Gridor itu, membuatnya teralihkan. Kemudian makhluk itu mencoba menyerangnya sekilas, dari balik belakang serangan panah dari busur silang mengenai belakang punggungnya.

Makhluk itu kabur, dia mulai melompat dan menebas belakangnya, seketika terjadinya perlawanan sengit. Makhluk itu begitu kuat, dia menahan serangan, mencakar-cakar membabi buta, menendang dan mukanya berusaha mendekat menggigit. Khaigor yang dari belakang dahan tanaman, langsung keluar lari melawan makhluk itu, dia menebas, mereka berdua melawannya, menahan kekuatannya yang begitu kuat.

Widar turun dari atas pohon, lalu berlari dan melempar belati mengenai pundaknya. Mereka menebas bagian-bagian tubuhnya, makhluk itu mencakar dan kuku-kuku tajam dari kakinya menendang mengenai perut. Anggota Gridor di depan menebas lehernya, seketika makhluk itu mati.

Di waktu lain berikutnya Nerdho yang juga dikenal sebagai golongan prajurit bayaran dan pembasmi monster itu, melihat alat prediksi cuacanya berbentuk gelang di tangan sebelahnya, ditengah-tengahnya ada benda di desain berbentuk kotak, dengan delapan bagian kotak-kotak kecil di dalamnya di balik kaca yang sangat kuat. Di kotak bergambar salju yang mana di bawah benda berbatasan adanya seperti pipa kecil berisikan cairan berwarna, dengan letaknya berarah horizontal penanda tingkat ketinggian atau kerendahan cuaca, kotak bergambar itu menunjukkan akan munculnya cuaca, “Hari ini akan muncul salju,” lalu pipa kecil di bawahnya semakin meningkat menunjukkan ganasnya cuaca saljunya, pergi menuju ke suatu pegunungan bersalju, di tengah perjalanan tiba-tiba saja badai salju datang jauh lebih sulit dari pada yang mereka perkirakan bisa dihadapi, membuat mereka berlindung. Selama berlindung beberapa jam, ada monster Yeti muncul sedang lewat mereka terkejut melihatnya yang datang secara tiba-tiba di saat keadaan tak stabil menjadi medan yang lebih keras. Badannya teramat besar, berukuran raksasa mirip seperti gorilla, namun bertaring layaknya harimau dan singa. Dia memukul-mukul dadanya menunjukkan ketangguhannya, tubuhnya berbulu tebal putih seperti mammoth (Gajah purba).

Makhluk itu menghajar para Nerdho, memukul-mukul mereka, lalu melempar batu besar ke mereka. Sebagian anggota Nerdho memanah dan melempar tombak ke arahnya, bertahan di saat cuaca ekstrim yang berbahaya dan melawan ancaman. Makhluk itu mencoba mengangkat salah satu anggota Nerdho, mencengkeramnya sekuat tenaga dan menggigitnya. Salah satu anggota Nerdho yang dibelakang ikut maju, menyerang tangannya dengan pedang raksasa, dia menyerang kedua tangannya, menikam kepalanya.

Beberapa anggota Nerdho terjatuh dan tergelincir ke bawah, akibat salju licin yang menumpuk di kemiringan gunung. Salah seorang melompat masih memegang pedang raksasanya dengan kedua tangannya. Lalu tangan kanan monster itu dari sebelahnya mulai menyerangnya, dengan sigap dia menebasnya. Salah satu seorang anggota memanah mata kirinya, mereka menebas kakinya, makhluk raksasa itu semakin agresif melawan, dia ingin mengejar yang memanah matanya, namun terhalang oleh beberapa anggota Nerdho ditambah lagi dengan kendala menyakitkan akan luka tebasan di kedua kakinya. Tersisa tangan kirinya yang tak terluka, dia mencekik salah satunya, namun orang itu mulai bergerak ingin mencoba menebas tangan kirinya itu, namun dihajar makhluk itu dengan tangan kanannya yang terluka. Dari belakang seorang mulai menebas badannya, makhluk itu berbalik ke posisi belakang dengan menyerang, orang yang menggunakan pedang raksasa tadi, langsung melompat dan menebas belakang lehernya, lalu selagi dia turun dia menusuk belakang badannya hingga teriris dagingnya ke bawah, sampai kakinya menapak di atas gunung. Tiba-tiba gulungan badai salju besar terjatuh dan menimpa mereka yang tak sempat menyelamatkan diri.

Sewaktu di lautan mereka Nerdho mencoba menghabisi monster ikan besar. Monster itu menabrak-nabrak sebuah kapal mereka hingga terombang-ambing. Mereka mulai menombak-nombak dan memanah monster buas itu.

Mereka memancingnya dengan potongan daging korban musuh (Manusia) mereka, melemparnya ke perairan hewan buas itu langsung melahapnya, salah satu anggotanya memanahnya dengan panah besi yang diikatkan dari belakangnya, hewan itu kesakitan dan menarik kapal mereka, mereka memanah-manah makhluk itu. Anggota yang memanah itu langsung berlari dan menyelam ke perairan sembari memegang erat tali itu, dan kemudian naik ke arahnya, menikam-nikam makhluk itu dengan belati melawannya. Tubuhnya begitu cepat dan kuat, makhluk itu kesulitan untuk menyerang balik, kemudian anggota Nerdho itu menancap sebelah badannya. Dan tusukan belati itu berusaha dia lingkarkan bersamaan dengan tali dari panah itu ke badannya, hingga makhluk laut buas itu berputar, kapal yang melaju ke depan membuka luas tali hingga tali itu melilit makhluk itu yang selagi berputar. Hampir saja kapal menabraknya.

Anggota Nerdho itu mengeluarkan pedangnya, menebas matanya dan kepalanya serta tubuhnya yang lain, makhluk itu tewas darahnya keluar terangkat ke atas terlihat berada di dasar perairan.

Di daerah lain, ada area di mana suku pedalaman barbar yang brutal, dianggap sering mengganggu warga, mereka bersifat kanibal. Suku tersebut memiliki rival musuhnya, yang juga barbarnya tertandingi dengan mereka. Setiap warga yang lewat dipenuhi dengan ketakutan, Gridor bersama pasukan prajurit lainnya bekerja sama, memusnahkan populasi mereka di area tersebut. Dua suku pedalaman tersebut sama-sama berbahaya.

Para Gridor dan pasukan kerajaan, menjalani tujuan mereka, mereka melindungi para warga serta mencari markas kedua suku itu yang berpencar-pencar. Ketika sedang lewat, jebakan jaring langsung mengangkat beberapa kuda mereka beserta penunggangnya. Para suku melempari batu, tanah, pasir, tombak dan melontarkan anak panah serta sumpit.

Para Gridor dan prajurit dengan sigap, melawan mereka, Gridor memanah dan melempar tombak serta kapak, mereka mengeluarkan pedangnya melawan suku tersebut yang brutal. Suku tersebut menggunakan parang dan pisau, mereka berperang di sana. Suara-suara dari mulut dan gerakan tubuh lainnya dalam penyemangat perang mereka terdengar keras nan mengerikan. Namun para Gridor dan pasukan negara, tak gentar mereka terus melawan.

“Awas, mereka muncul dari segala arah....!”

Dari atas pohon seorang suku dengan kedudukan lebih tinggi, memanah. Mereka berperang satu sama lain, anggota suku yang memanah tersebut berhasil terbunuh dengan dua anak panah busur silang, yang dilayangkan. Para suku tersebut menyumpit dan memanah dengan panah beracun. Mereka suku tersebut pun habis berperang sampai mati.

Di pemukiman rival suku tersebut datang menyerang para penduduk dan para Gridor dan juga para prajurit kerajaan, mereka berperang tiada tara, sangat barbar, ketika salah satu suku dari belakang mulai menyerang salah satu penduduk, anggota Gridor melemparkan kapak ke arahnya. Ketika jumlah pasukan mereka semakin menipis, beberapa diantaranya kabur.

Kemudian di pemukiman lainnya suku barbar tersebut melakukan serangan lagi, satu suku yang sama saat melakukan serangan kepada para warga yang sedang lewat sebelumnya. Mereka menyerang dengan anak panah, ketika dikejar di seberang hutan mereka menyerang dengan teknik gerilya, para pasukan kesulitan, Gridor dan pihak kerajaan pun keluar dari hutan tersebut. Karena hutan itu berada di sekitar sungai, para prajurit, Gridor dan anggota warga menghanyutkan mayat yang beracun untuk menyebarkan zat yang berbahaya. Suku barbar tersebut pun keluar tak tahan, para prajurit memanah dan menyerang dengan ketapel raksasa batu serta api. Mereka terbakar, suku-suku yang bersembunyi itu pun kabur. Bahkan mereka dan satu suku lainnya rival mereka, dipancing dengan daging hewan serta daging musuh mereka yang diberi racun, mereka pun memakannya dan beberapa di antaranya tewas.

Suatu ketika kedua suku tersebut berperang, selagi mereka berperang, hewan pengintai berupa anjing dan burung dari pihak kerajaan dan Gridor yang bersatu melihat kedua suku tersebut yang saling berperang, mereka pun langsung menuju lokasi ke sana menghabisi kedua suku tersebut. Bertambahlah satu pihak, yang memerangi mereka.

Seorang Ksatria dengan gada palu perang besarnya, memukul kedua kelompok para suku itu. Suku-suku tersebut merasakan serangan senjata para pasukan yang lebih maju. Mereka menghabisi suku tersebut hingga sampai ke bagian tempatnya. Tapi ternyata terbukalah kebenaran, bahwa kedua suku tersebut tempatnya diambil oleh pihak kerajaan, yang membuat mereka melawan. Anggota suku mereka juga berada di daerah lain, mengetahui hal itu, mereka yang tersisa pun setuju untuk pergi ke daerah lain atau ke daerah lain tempat suku mereka masing-masing, dan bersedia mengganti rugi pada mereka, dari pada yang tinggal hanya di daerah itu bisa akan dihabisi tak tersisa.

Seekor naga raksasa dengan tubuh seperti ular yang sangat jauh lebih panjang dan lebar dan juga berkaki empat, muncul dari sungai, makhluk itu juga pernah berjalan di tanah atau di hutan belantara, ketika berada di sungai, mengganggu perahu para warga, para anggota Gridor dan prajurit menghabisinya, membantainya beramai-ramai. Makhluk itu menerkam menyapu dengan buntutnya, berada di kedalaman air, akhirnya tercabik-cabik, terpukul tewas.

Nerdho memiliki benda khusus prediksi cuaca di sekitar wilayah, berbentuk gelang besar lurus berbahan logam dengan melepas dan diujungnya dimasukkan mengandung unsur magnet melekat dan di tengahnya berbentuk kotak kaca transparan yang teramat kuat. Dan di setiapnya ada delapan kotak kecil terpisah bergambar cuaca berukir beserta nama cuacanya yang berukir, yang menunjukkan perubahan cuaca. Dengan di setiap kotak kecil itu di bawahnya berbatasan adanya benda seperti pipa yang lebarnya jauh lebih kecil namun panjangnya seukuran kotak cuaca kecil itu, berisikan cairan berwarna hijau, menentukan suhu dan tingkat ketinggian cuaca.

Setiap kotak kecil akan terangkat bila muncul perubahan cuaca serta pipa di bawahnya akan menentukan tingkat ketinggian cuaca.

Kotak bergambar Panas terletak di atas tengah

Angin puting beliung, topan terletak berada di tengah-tengah, di bawah kotak bergambar panas

Kotak bergambar Hujan terletak di kiri atas

Kotak bergambar petir terletak di kiri bawah

Kotak bergambar salju terletak di kanan atas

Kotak bergambar Hujan es terletak di kanan bawah

Kotak bergambar uap berada di bawah

Bahkan di setiap kotak kecil penunjuk cuaca itu bisa terangkat lebih dari satu dan berfungsi jika terjadi lebih dari satu perubahan cuaca (Cuaca gabungan), tergantung berapa jumlah cuacanya seperti:

Hujan, petir

Hujan, angin deras

Hujan, petir, angin deras

Salju, angin deras dan perubahan cuaca gabungan lainnya.

Jevior Likosta

Di sarankan membacanya agar terasa makin hidup sambil mendengarkan musik Silver For Monsters... · Percival Schuttenbach · Marcin Przybyłowicz Tautan: https://youtu.be/jRG0gyVFP60?si=qEadxlJjHcMYeC7M

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status