Home / Fantasi / Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra / Bab 8 : Tanda Kelahiran Anak Terpilih

Share

Bab 8 : Tanda Kelahiran Anak Terpilih

Author: Egga N. Cahyo
last update Last Updated: 2023-07-07 16:40:39

Di penghujung malam yang sudah merangkak mendekati pagi, udara dingin semakin menusuk tulang. Kesunyian semakin merebak tak pandang tempat. Bulan pun enggan mengintip dari balik awan mendung yang bergulung.

Kala itu, terdengar suara jangkrik dan kodok yang saling bersahutan, mengumandangkan irama indah seperti sebuah nyanyian, nyanyian pengantar tidur makhluk yang bernyawa. Tetapi lagu pengantar tidur itu tak berlaku bagi mereka bertiga yang masih terjaga,

Ketika Prameswari menyentuh perut Dilla, ia pun terkejut, "Astaga!"

"Kenapa, Kak?" sahut Dilla juga ikut terkejut. Arya yang sedang duduk di sebelah Dilla juga ikut penasaran.

"Hmm, pantas saja aku merasakan ada energi yang sangat besar muncul beberapa saat yang lalu, ternyata ini penyebabnya," ucap Prameswari sembari menganggukkan kepalanya seperti memahami sesuatu.

"Emang kenapa perut Dilla, Mbak? Apa terjadi sesuatu dengan calon bayi kita? Apa ada hubungannya dengan mimpinya tadi?" Arya memberondong Prameswari dengan beberapa pertanyaan.

"Hampir semua dugaanmu benar, Dek! Sebentar aku akan memanggil guru, barangkali beliau bisa menjelaskan secara rinci perkara ini," ujar Prameswari seraya memejamkan mata untuk bertelepati dengan gurunya yang sedang berada di alam lain.

"Guru Pitaloka, apa kau mendengarku? gumam Prameswari.

"Iya Nduk, aku mendengarmu, ada apa kau tiba-tiba menghubungiku?" sahut Nyai Pitaloka dari alam jin.

"Aku sekarang berada di rumah Arya, jika guru berkenan, tolong guru segera datang kemari, ada hal aneh yang terjadi," ucap Prameswari dengan sedikit tergesa-gesa.

"Apa ada hubungannya dengan energi dahsyat yang terasa beberapa saat yang lalu?" tanya Nyai Pitaloka memastikan.

"Benar sekali, Guru," sahut Prameswari.

"Baik aku akan segera kesana!"

Sejurus kemudian, nyai Pitaloka telah muncul di hadapan mereka bertiga. Dilla yang tak mengetahui Nyai Pitaloka sebelumnya, mendadak menjingkat karena terkejut. Hal itu membuat Nyai Pitaloka sedikit tersenyum.

"Tak usah kaget begitu, Dilla. Aku adalah guru Prameswari dan juga Arya, apa Arya tak pernah bercerita kepadamu tentangku?" ucap Nyai Pitaloka sembari melirik ke arah Arya.

Dikisahkan sebelumnya, Nyai Pitaloka adalah salah satu guru spiritual Arya dan Prameswari dari alam jin, beliau juga pembimbing Arya dalam menggunakan pusaka Cincin Rojomolonya. Nyai Pitaloka berwujud wanita paruh baya yang masih cantik meskipun rambutnya sudah tertutup uban hampir seluruhnya.

Rambut putih itu ia gulung ke atas menyerupai sebuah stupa candi dan ditusuk dengan hiasan rambut berbentuk jarum. Ia mengenakan pakaian khas seorang pertapa wanita berwarna kecoklatan dengan selendang yang senada, mengalung di pundaknya.

"A-anu nek, ma-maaf aku pernah mendengar mas Arya cerita, tapi aku tak mengira akan bertemu dengan nenek," sahut Dilla sedikit terbata-bata.

Nyai Pitaloka mengangkat alisnya, "Haha, apa yang kau ceritakan, Arya? Apa kau bercerita yang tidak-tidak kepada istrimu?" ucapnya dengan nada curiga.

Arya menghela nafas panjang, "Ahh ya gak lah nek, masa iya sih aku mau ngejelekin guruku sendiri di depan istri? Jangan ngadi-ngadi deh nek!" ucap Arya sedikit kesal.

"Haaha, lama tak bertemu, kau masih tetap seperti yang dulu Arya, masih konyol, haha," tawa renyah keluar dari mulut Nyai Pitaloka seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hmm, nenek kumat!" dengus Arya.

"Hahah, maaf-maaf aku jadi kelepasan, aku kesini ingin memeriksa keadaanmu, Dilla," ucap Nyai Pitaloka sembari mengalihkan perhatiannya kepada Dilla.

Dilla menyungging senyum ke arah Nyai Pitaloka seraya mempersilahkan, "Iya nek silahkan."

Nyai Pitaloka mulai merapal sebuah mantra saat menyentuh perut Dilla. Saat mantra selesai dirapal, ditangan Nyai Pitaloka mendadak muncul energi berwarna keemasan. Hal itu membuat mereka semua takjub sekaligus penasaran apa maksud dari kemunculan cahaya itu.

Nyai Pitaloka mendadak membelalakkan kedua matanya seraya berjingkat, "Astaga! Puji Bethari!"

*******

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
makin seru aja ini Arya kembali bertemu dengan nyai pitaloka ya, wah langsung kaget semua begitu nyai pitaloka periksa perut dilla ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 24 : Resi Agung Wisesa

    Kehadiran sosok Resi Wisesa membuat mereka sejenak bisa bernafas lega, kebuntuan yang terjadi beberapa saat yang lalu kini telah menemukan titik terang. Arya yang sebelumnya sedang dalam kondisi kritis, kini sudah mulai kembali normal. "Urghhhh!" tiba-tiba Arya merintih sembari berusaha menggerakkan anggota tubuhnya. "Arya!" teriak Prameswari dengan raut wajah bahagia karena adiknya telah sadar dari pingsannya. "Kau sudah sadar, Le?" tanya Nyai Pitaloka. Arya berusaha bangkit kembali dari posisinya. Seakan merasakan dejavu, kini ia kembali dikerubungi oleh banyak orang seperti beberapa saat yang lalu. Namun kali ini ia melihat sosok asing berada di tengah-tengah mereka. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Nak? Aku bukanlah orang jahat! ahahaha," gelak tawa resi Wisesa pecah saat melihat wajah lucu Arya yang sedang kebingungan. Arya mengernyitkan dahi, "Emang aku bocah kek? Yah aku penasaran aja siapa kakek yang tiba-tiba ikut nimbrung ini," celetuknya sembari meregangkan otot-otot

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 23 : Aliran Cakra yang Berubah

    Arya sedang berusaha menahan tekanan energi yang disalurkan oleh kedua gurunya, namun kondisi tubuhnya kembali mengalami suatu masalah. Aliran energi spiritual di dalam tubuhnya mendadak berubah arus. "Arghhhhh! Hueekkkkk!" teriak Arya saat memuntahkan gumpalan darah yang telah membeku. Ia dalam kondisi memejamkan mata tetap fokus menerima energi spiritual yang bergejolak di sekujur tubuhnya. "Dhanu, gawat! aliran arus Cakra milik Arya berubah arah!" pekik Nyai Pitaloka ketika tersadar dengan alirann energi di tubuh muridnya itu. Argadhanu menjingkat terkejut setelah mendengar perkataan Nyai Pitaloka, "Astaga Nyai, hentikan dulu penyaluran energinya!" teriaknya cemas. "Tak bisa Dhanu, kalau kita hentikan, tubuh Arya akan mengalami kerusakan yang parah!" sahut nyai Pitaloka berusaha menstabilkan energinya. "Lantas bagaimana ini, Nyai!" Raut muka kebingungan tersirat di wajah Argadhanu. Saat mereka dalam kondisi krusial, tiba-tiba sekelabat bayangan putih melintas di tengah-tenga

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 22 : Munculnya sebuah Simbol

    Suasana dalam gua telah porak poranda akibat serangan membabi buta dari Arya yang sedang dikuasai Iblis. Batu-batu besar berserakan, dinding gua yang berlubang, serta dua sosok jin yang tengah pasrah menjemput ajalnya. Namun secercah harapan muncul di tengah peristiwa yang pelik ini. Argadhanu telah berhasil memunculkan ajian kuno penyegel iblis milik leluhurnya. Ajian itu bertujuan untuk menyegel kekuatan iblis yang sudah menguasai tubuh dan kesadaran Arya, muridnya itu. "Uwarghhhh! Kekuatan apa ini! Tubuhku rasanya mau hancur!" pekik Arya terus meronta ketika terpapar energi berwarna putih yang berasal dari lingkaran magis yang berpendar di bawah tubuhnya. Sejenak Argadhanu memejamkan mata, "Bethara Brahmadewa, tolong kami," gumamnya mengharap sebuah keajaiban terjadi saat ia berusaha menyegel kekuatan iblis pada diri muridnya itu. Swushhhhh... Dalam sekejap mata cahaya putih itu menutupi seluruh bagian tubuh Arya, sekilas terlihat beberapa rantai ghaib muncul dari balik cahaya

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 21 : Sisi Gelap Arya

    "Huahaha! Hahaha!" Dari dalam pusaran angin yang berputar disertai energi listrik yang terus saling menyambar, muncul sosok Arya yang sekarang benar-benar telah berubah dari bentuk fisik maupun kepribadian. Sosoknya kini terasa penuh dengan aura membunuh yang kuat. Arya telah berubah menjadi sosok setengah iblis, akibat dari penyatuan secara paksa dua jenis pusaka yang bereda. Tekanan kekuatan kedua pusaka itu mungkin saling menolak di dalam tubuhnya. Membuat tubuh fisik Arya mengalami ketidakseimbangan yang spontan. "Arya! Sadarlah!" teriak Prameswari sembari bangkit setelah tersungkur karena tekanan energi yang begitu besar dari sosok Arya yang telah berubah menjadi iblis. Tubuh Arya membesar dua kali lipat, menjadi lebih berisi dan berotot bak seorang binaragawan. Kulitnya berubah warna menjadi keunguan dihiasi dengan corak tribal yang menyebar di seluruh permukaannya. Di atas kepalanya tumbuh sepasang tanduk runcing yang sedikit melengkung ke belakang. Sayap bak kele

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 20 : Kekuatan Perisai Kuno

    Swirlllllll blurbbb blubbbb Brajatirta mengayunkan tongkat kecil di tangannya dengan membuat gerakan memutar, dengan ajaib sebuah gumpalan air yang melayang, muncul dan mulai terkumpul semakin lama semakin membesar. Dengan hentakan dari tongkat kecil itu, Brajatirta melemparkan bola air besar itu tepat ke tubuh mereka. Cplashhhhhh! "Urghhhh!" kedua makhluk itu terhuyung kebelakang, namun belum tumbang. Keduanya langsung berlari dan hendak membalas serangan dari Brajatirta. Pukulan demi pukulan palu mereka layangkan ke arah Brajatirta. Dengan gesit makhluk peliharaan Arya itu menghindar. Terlihat Brajatirta lebih unggul dalam hal penghindaran berkat badannya yang kecil. Setelah beberapa kali menghindar, Brajatirta menggumamkan sebuah mantra singkat. Setelah mantra itu selesai ia rapalkan, muncullah beberapa tombak es yang melayang di hadapannya. Dengan hentikan jari kecilnya yang bersisik, Brajatirta menghujam kedua makhluk itu dengan ajian yang baru saja ia gunakan. "Hah! Rasaka

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 19 : Perisai Dewandaru

    Dari balik dimensi gelap yang sunyi, tiba-tiba terdengar sebuah suara menggelegar yang membuat Arya terkejut, "Apakah kau manusia yang telah ditakdirkan untuk menjadi tuanku yang baru?" suara khas lelaki dewasa yang berat menggema di penjuru dimensi ini. "Siapa itu!" bentak Arya kepada sosok di balik suara yang berat itu. "Aku adalah kesadaran perisai pusaka peninggalan Yang Mulia Dharma Wisesa, namaku Ki Dewandaru! Wahai anak manusia, coba buktikan kelayakanmu untuk menjadi tuanku!" Sejurus kemudian, ruangan gelap itu berubah menjadi terang seperti siang hari. Terhampar di depan Arya sebuah tanah lapang berumput hijau yang di kelilingi oleh pohon yang rindang. Lengkap dengan pemandangan gunung yang menjulan tinggi di ujung panorama dimensi ghaib itu. Tiba-tiba dari udara kosong, beberapa sosok makhluk seperti siluman kadal muncul di hadapan Arya yang tengah berdiri seorang diri, "Huwaa, apaan tuh! Kok bentuknya kayak lizardmen di game RPG sih!" celetuk Arya tak menunjukkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status