"Maaf jika setibanya di rumah kamu akan merasa tak nyaman karena Ibu membawa Gadis yang mau dijodohkan padaku," ucap Jovian sembari menyetir mobilnya.Alessa sedang mencerna ucapan Jovian. Jelas jika kedatangan Wanita yang ingin dijodohkan dengan Jovian pasti akan membuat Alessa terjerumus dalam masalah. "Tidak apa, lagipula kita hanya nikah kontrak tapi jika Tuan mau bersamanya juga, itu tak masalah," sahut Alessa lugas. Julia merupakan wanita yang membuat Alessa dendam kesumat. Alessa tak akan pernah melupakan perbuatan Julia yang menjebaknya sampai keguguran. Kedua tangan Alessa mengepal karena dendamnya menumpuk di hati. "Alessa ... meski hubungan ini tanpa terlibatnya hati, kuharap aku bisa menyelamatkanmu dari kesalahpahaman ibuku," ucap Jovian. Kedua mata birunya menatap lurus ke depan. Menatap jalanan raya yang tak menarik tapi ia tahu jika menoleh menatap Alessa yang kini tampak sedang kesal. Fitnah ibumu mungkin, batin Alessa. Ia menyahuti ucapan Jovian dalam batin tapi t
"Bagaimana kau bisa memintaku permintaan egois seperti itu sementara kau tampaknya lupa dengan malam yang sudah kita lalui," ucap Jovian dengan sorot mata tajamnya.Alessa menegak salivanya sendiri. Rasa gugup seketika menyelimuti sekujur dirinya. Alessa mendadak tidak dapat bergerak kemudian mematung. Apakah dia tengah marah padaku? batin Alessa. Alessa tak bergeming walaupun satu senti pun."Maafkan aku." Jovian berucap sembari mendeham. Ia baru menyadari jika Alessa diam tak bergeming dengan tatapan takutnya. Jovian menarik tangan Alessa untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah, malam ini kita tidur di apartemen," ucap Jovian.Alessa mengangguk kecil. Dia tak mau membantah Jovian jika nantinya harus menerima tatapan tajam dari kedua mata birunya itu. "Ternyata Tuan ada apartemen lain ya?" tanya Alessa memecah keheningan. Jovian sembari menyetir pun mengangguk. "Dulu dipakai saat masih kuliah, apa kamu lapar?" tanya Jovian.Alessa secara spontan memengangi perutnya yang terasa lapar.
"Jo, jadi dia benar istrimu ya?" Jovian menatap datar sosok Georgina yang tengah berdiri di lobi apartemen. Jovian sebenarnya sudah menduga jika Georgina akan mengekorinya. "Hubungan kita sudah lama berakhir Gina," ucap Jovian menegaskan perkara hubungan mereka. Diantara wanita-wanita yang sudah Jovian kencani, Georgina yang paling terobsesi padanya."Jo, kamu bisa ceraikan dia kan? ingat kamu itu cuman cinta padaku," sahut Georgina."Sejak dulu aku tak pernah merasakannya," tegas Jovian. Pria bermata biru yang tengah menggendong Alessa yang tengah tidur itu lebih memilih melintasi Georgina dengan tak acuh. "Lupakan masa lalu kita, Ibu mendukungmu karena kau anak teman baiknya." Jovian beranjak meninggalkan Georgina.Jovian memang hidup bergemilang harta dan belum lagi dia dengan mudah menaklukkan wanita-wanita. Kali ini dia sudah bosan dengan gaya hidup lamanya. "Merepotkan jika terlibat hubungan dengan orang lain," ucap Jovian. Pria itu masuk ke unit apartemennya kemudian meletakka
"Kalau begitu, aku akan senang untuk menantikan makan masakanmu, Alessa," ucap Jovian.Alessa langsung termangun. Dia menatap Jovian sang suami kontraknya yang rupawan itu memakan dengan lahap masakannya. Jovian menyantap dengan tenang terakhir dia mengelap ujung bibirnya sendiri. Alessa mendeham untuk mengalihkan tatapannya. Pria elegan yang kaya raya menyantap sup dan omelete miskinku dengan lahap, batin Alessa. "Alessa, masakanmu enak sekali," puji Jovian.Alessa tersenyum hambar. "Masa? itu cuman sayur-sayur biasa bukan bahan premium bahkan aku pakai telur ayam biasa, Kak Jovian," ucap Alessa."Kamu mau bilang jika makanan ini beda dengan yang biasanya aku makan?" tanya Jovian.Alessa langsung menjawab. "Yak, betul." Jovian menggeleng. "Intinya masakanmu enak, aku suka," sahut Jovian. Pria itu beranjak berdiri sembari membawa piring-piring kosong. "Aku akan kembali ke kantor, bisa jadi pulang larut malam jadi kamu bisa pergi ke Rumah Sakit sendiri?" tanya Jovian."Kak Jovian, se
"Ibu mau makan kalau besok kamu menggantikan Ibu bersama Georgina pergi ke pelelangan," rajuk Julia.Julia akan melakukan semua cara agar bisa menjauhkan Jovian dari Alessa. Julia bahkan tidak ragu untuk mempermainkan rasa kasihan dari anaknya. Dia tahu walaupun Jovian kerap kali dingin padanya namun Jovian tak akan mengabaikan ibunya itu."Ibu, aku mohon apapun asalkan jangan menemani Georgina," ucap Jovian. "Mengertilah ... aku sudah menikah, Bu." Jovian berkata dengan tangan yang ia lipatkan di depan dada bidangnya. Jovian tahu jika ini tak lebih dari akal-akalan ibunya tapi melihat bibir kering Julia, Jovian juga tahu jika ibunya nekat dengan sengaja. "Ayolah Jo, kasian Mama Julia, kamu mau lihat ibumu sakit? turuti saja deh, lagipula kamu hanya harus duduk manis menemaniku," bujuk Georgina. Jovian dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Dia tahu ibunya juga keras kepala tapi menyetujui ajakan Georgina juga bukan keinginannya. "Terserah kalian saja." Jovian berucap sambil beranjak
"Ayo, kita batalkan saja kontrak pernikahan ini," ucap Alessa. Jovian menghela napas. Dia meraih tubuh Alessa kemudian memeluknya. "Maaf Alessa, jika apa yang kamu lihat malah menyakitkan perasaanmu." Jovian memeluk Alessa sembari mengusap-usap rambut panjangnya Alessa.Terus lakukan, buat dirimu merasa bersalah atas kebodohanmu, batin Alessa. Ketika Jovian memeluknya dengan lembut. Alessa malah merasakan kehangatan darinya. "Kenapa Kak Jovian memelukku?" tanya Alessa. Tadinya hendak sakit hati, menangis atau merutuki Jovian tapi kini perasaannya jadi damai seketika. "Karena aku ingin," jawab Jovian. Pria itu meletakkan kepalanya dipuncak kepala Alessa yang tercium aroma wangi yang manis seperti buah-buahan ceri."Kenapa Kak Jovian meminta maaf? bukannya kita hanya nikah kontrak?" tanya Alessa.Jovian kali ini tak langsung menjawab malah terdiam sejenak. "Karena aku sadar sudah melukaimu," ucap Jovian.Alessa langsung menanggahkan kepalanya untuk menatap Jovian. Paras rupawan Jovian
"Tunggu saja, kau pasti akan menderita untuk kedua kalinya, Wanita penjilat!" Julia melotot sementara dadanya naik turun karena murka. Julia mengepalkan kedua tangannya karena betapa kesalnya ia dengan sosok Alessa yang kini senantiasa bersama Jovian. "Bagaimana bisa sih wanita itu hidup kembali?" tanya Julia. Otaknya saat ini sibuk memikirkan rencana untuk memberi Alessa pembalasan agar Alessa jera bersama Jovian. Julia menggeleng-geleng sendiri. "Tidak bisa, ini tak bisa dibiarkan ... Georgina satu-satunya perempuan yang cocok dengan Jovian," ucap Julia. Kembalinya Alessa jadi mimpi buruk bagi Julia. Apalagi Jovian tampak begitu dengan Alessa. Jovian tak jarang bersama Alessa. Julia pun meraih ponselnya kemudian tampak menekan nomor ponsel Georgina. Bukan Julia namanya jika tak memiliki rencana keji. Lama menunggu akhirnya teleponnya pun tersambung. Julia tersenyum cerah kala mendengar suara Georgina menyapanya. "Nak, tolong Mama deh nanti pas kalian usai pesta," ucap Julia te
"Kurang ajar, Wanita bar-bar! berani-beraninya kau padaku!" Alessa mengacuhkan teriakan Julia yang membentak dirinya. Alessa tetap berjalan dengan cepat untuk keluar dari mansion megah ini. Alessa memasang raut wajah datar karena perasaan murka membumbung di hati. Ketika Alessa berada halaman kediaman mansion. Ia bertemu Robert yang sudah berdiri seolah menantinya. "Mari saya antar untuk menjemput Tuan Muda, Nona," ucap Robert.Ternyata Pria tua itu sudah menyaksikan sekaligus menatap keberanian Alessa untuk menghadapi Julia. Alessa dengan berani menentang Julia padahal dulu Alessa yang terjebak dan tak berdaya. "Beruntung Tuan Sebastian tidak ada, cctv tidak berfungsi dan Anda cukup berani," puji Robert.Alessa menghela napas cukup panjang. "Sebenarnya aku sudah tidak perduli," sahut Alessa sembari berjalan menuruni tangga halaman depan. "Antar aku menjemput Tuan Muda yang manja itu," perintah Alessa."Baik, Nona," sahut Robert. Alessa pun pergi menuju Hotel Andrea bersama dengan