Home / Romansa / Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak / Bab 6 | Memulai Lembaran Baru

Share

Bab 6 | Memulai Lembaran Baru

last update Last Updated: 2023-11-09 21:49:36

“Paman, aku terima tawaranmu tapi aku lebih senang jika Paman juga membantuku untuk membalaskan dendam,” ucap Alessa. 

Dendam yang Alessa rasakan berasal dari kehilangan janinnya berkat ulah Wanita itu. Alessa pun tinggal bersama keluarga Anshar yang terdiri atas Robert dan anak laki-laki semata wayangnya. Banyak hal yang terjadi selama pemulihan fisik dan batin Alessa. Alessa yang tidak mau tinggal cuma-cuma pun dengan suka hati membantu pekerjaan rumah sembari menyelesaikan tahun terakhir kelulusannya.

Ketika hari mulai petang. Alessa sudah menyiapkan makan malam. Ia memasak lauk pauk tempe orek, ayam lada hitam dan sayur sop. Alessa kini sedang menyajikan masakannya di atas meja makan. Dia mendengar bunyi suara sepeda motor yang baru sampai di halaman rumah. Alessa tersenyum menyambut kedatangan Pria yang delapan tahun lebih tua darinya itu. 

"Wah, wah, Alessa masak apa?" tanya Pria itu.

"Kak Eidar, selamat datang ... cuman lauk pauk sederhana aja kok." Alessa menuangkan air pada gelas. Ia menyodorkan gelas berisi air itu pada Eidar.

"Kenapa kamu masak, bagaimana nanti kakimu?" tanya Pria itu menatap kedua kaki Alessa.

Alessa segera menggeleng. "Sejak istirahat cukup lama sekarang kakiku mendingan kok, oh iya, apa malam ini Paman Robert pulang?" tanya Alessa. Semula memang canggung pada Eidar, anak semata wayang Robert tapi lamban laun kepribadian hangat Eidar bisa membuatnya akrab dengan Alessa. Robert juga memperlakukan Alessa seperti anak perempuannya.

Eidar mengarahkan tangannya pada puncak kepala Alessa kemudian mengusaknya. "Meskipun Ayah tidak pulang karena pekerjaannya, aku di sini untuk menjagamu ... kami tetap memengang janji untuk menebus kesalahan Ayah dengan menjagamu dari Nyonya Julia, selain itu bisakah kamu jangan sampai menampaki diri dengan keluarga Heide?" tanya Eidar dengan lembut.

Alessa tertawa kecil. Ia meraih tangan Eidar yang masih mengusak-usak kepalanya. "Memangnya kenapa Kakak sampai bilang seperti itu padaku?" Alessa membenahi rambut hitam panjang bergelombangnya karena berantakan akibat ulah Eidar. 

Eidar baru saja kembali usai membasuh kedua tangannya. "Setiap hari kamu selalu bertanya mengenai Ayah, bukankah itu seperti rasa penasaranmu akan sesuatu." Eidar berucap sembari menduduki kursi. Ia sudah menggulung lengan kemeja batiknya sampai ke siku. 

Alessa merasa sikapnya sudah diterka oleh Eidar. Selama ini Alessa memang berusaha mengumpulkan informasi mengenai keluarga Heide bahkan malam penderitaannya di mansion mewah itu masih terngiang-ngiang dibenaknya. Alessa yang tengah berdiri itu tanpa sadar sudah meremat perutnya sendiri. 

"Alessa, Alessa, kamu tidak apa-apa?" Eidar bertanya dengan tampang cemasnya. Pria blasteran Maroko itu mendekati Alessa. Tangannya hendak menyentuh pundak Alessa tapi Alessa segera menepisnya. 

"Hentikan, aku ... aku baik-baik saja," ucap Alessa yang gemetar samar itu. 

Eidar paham jika ketakutan Alessa belum sepenuhnya pulih meski fisiknya kini terlihat baik-baik saja. Alessa tidak memiliki siapa pun. Ia menderita sendiri akibat ulah orang-orang kaya yang angkuh. "Maafkan aku, jika ini lancang." Eidar pun memeluk Alessa kemudian mengusap-usap punggung kecilnya agar menenangkan Alessa.

Alessa terisak dalam pelukan Eidar. Ia menumpahkan seluruh perasaannya. Alessa memang masih membenci peristiwa itu. "Seharusnya aku bisa melindungi diriku hiks," ucap Alessa disela-sela isaknya. 

"Lebih baik kita lekas makan malam, aku ngiler loh dengan masakanmu," kekeh Eidar menghibur Alessa.

Alessa mengangguk kemudian makan malam berdua dengan Eidar. Alessa mulai menyakinkan tekadnya. Usai menjadi lulusan terbaik dengan pujian. Alessa mememulai siasatnya sendiri, berbekal informasi yang Ia kumpulkan. Alessa nekat mendatangi Heide Hospital.

"Hey, kamu ... kamu Alessa bukan?" tanya seorang Wanita. 

Alessa menoleh untuk menatap Wanita berkacamata itu. Alessa menyunggingkan senyuman manisnya. "Hai, Dokter Mina Harun," ucap Alessa. 

Pertemuan Alessa dengan Mina membuat jembatan baru bagi Alessa. Kedua wanita beda usia ini melanjutkan perbincangan di Kafetaria. Mina senang menatap Alessa yang sudah pulih tapi Alessa membawa rencananya sendiri untuk bertemu Mina. 

"Bagaimana kabarmu, Alessa?" tanya Mina. 

"Baik Dokter Mina, terlebih dari itu Anda tampaknya ada di mana-mana ya ... tidak hanya di Rumah Sakit Pendidikan tapi juga di Rumah Sakit Pria itu," ucap Alessa. Nada suaranya lembut tapi terdengar juga dingin. 

Mina menyadari sesuatu. Pria yang Alessa maksud merujuk pada pemilik Heide Hospital. Mina tersenyum menanggapi ucapan Alessa. "Kenapa Paman Robert bisa membawamu padaku pada saat itu?" tanya Mina.

"Inilah yang ingin aku beritahu, seorang wanita sudah menjebakku sampai membuatku keguguran karena kami melakukannya." Alessa menjawab pertanyaan Mina. Dia meremat kedua tangannya sendiri yang ada di atas meja.

Alessa sempat ragu untuk mengatakannya tapi Alessa menarik napas perlahan. "Paman Robert sudah mengatakan semuanya, aku keguguran karena seorang bernama Julia yang tak mau aku hamil dari anak tunggalnya itu, siapa sangka? pria yang memesanku malam itu justru anaknya," ucap Alessa diselingi kekehan kecil. Ucapannya tidak sesuai dengan ekspresinya kala ini.

Mina meraih tangan Alessa untuk Ia genggam. Mina mengenal keluarga Heide cukup baik. Mina memahami reaksi Alessa yang berbanding dengan perkataannya. "Aku mengerti," tegas Mina. 

Alessa membelalakkan kedua mata karamel madunya. Alessa tertunduk sejenak. "Bantu aku untuk bertemu dengannya, aku tidak terima kehilangan janinku dengan cara seperti ini." Alessa berucap sambil tertunduk. 

"Angkat kepalamu Alessa," suruh Mina.

Alessa mengangkat kepalanya dengan perlahan untuk menatap Mina. Wajah cantik Alessa sudah merah karena menahan isak air mata. "Aku ... benar-benar membenci semua ini," ucap Alessa.

"Bekerjalah bersamaku, mulai besok kamu bisa jadi pegawai di Rumah Sakit ini." Mina mengangguk sembari berucap dengan lembut. 

"Terima kasih Dokter Mina," sahut Alessa tersenyum haru. 

Hari sudah berganti jadi hari pertama Alessa bekerja. Ia memasuki Heide Hospital, salah satu Rumah Sakit terbaik dengan fasilitas termutakhir. Alessa merasa beruntung bisa mulai bekerja. Ia bahkan sudah disambut dengan Mina yang menunggunya di depan bangsal ruang perawatan.

"Sebenarnya aku ingin kamu ikut denganku di poli tapi kepala ruangan ruang rawat bedah mau kamu membantunya selama satu bulan ini," ucap Mina. "Jangan khawatir, berkasmu kemarin sudah ada ditangan HR jadi kamu harus kerja dengan benar ya." Mina mengusap pundak Alessa. Ia dengan senang hati bisa membawa Alessa bergabung dengan tempatnya bekerja. Mina bahkan sempat terkejut karena tahu akan prestasi dan pengalaman Alessa selama kuliah. Alessa termaksud orang yang cemerlang.

"Terima kasih Dokter Mina," ucap Alessa.

Alessa dan Mina berpisah setelahnya. Alessa mulai berkenalan dengan rekan kerjanya yang lain. Alessa bahkan sudah mulai sibuk. Kini Ia mendapatkan tugas pekerjaan untuk menggantikan perban pasien dari kamar VVIP. 

Alessa mendorong troly berisi peralatannya bahkan tanpa rasa curiga mulai memasuki ruangan VVIP itu. "Selamat pagi Pak, perkenalkan saya Perawat Alessa yang hari ini akan menggantikan perban Anda," ucap Alessa. "Bagaimana kabarnya hari ... maaf Tuan, aku tidak tahu jika Anda sedang berganti pakaian." Alessa menahan ucapannya ketika melihat Pria bertubuh kekar yang tengah mengganti pakaiannya itu. 

Pria itu cukup kesulitan karena lengan kirinya mengalami cedera. Alessa pun mendekatinya. Semula Pria itu membelakangi Alessa tapi saat Pria itu membalikkan tubuh tegapnya untuk menatap Alessa. Kedua mata Alessa membelalak kemudian Ia hanya mematung. 

"Apa kau yang jadi perawatku saat ini?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 122 | End

    Alessa baru saja memasak nasi goreng, dia merasa sedikit nasi gorengnya kemudian dirasa kurang cukup jika tak ditaburi oleh bawang goreng. Lantas, dia pun menjinjit untuk menggapai lemari atas yang lumayan tinggi dari tinggi badannya. “Ah~ kenapa tinggi tubuhku ini.” Alessa menggerutu berusaha menggapai lemari atas itu. Sebuah tangan kanan meraih wadah berisi bawang goreng kemudian memberikannya kepada Alessa. “Mama, mau mengambil bawang goreng bukan?” tanya Seorang remaja pria bersurai pirang yang baru berusia lima belas tahun itu tersenyum kepadanya. Putera Jovian Arsenio Heide dan Alessa Camelia Amarei. Si mata Aquamarine, Elio Heide. “Elio, membantu banyak!” Alessa meraih wadah itu dari Elio kemudian mengusap-usap puncak kepalanya, walaupun Elio harus menunduk agar sang Mommy bisa menggapainya. Elio tersenyum dengan lembut, sifatnya yang tenang dan serius menuruni sang ayah. Omong-omong, Elio ini terlahir lahir lima menita setelah saudara kembarnya. “MAMA! Lihat, Ayah membelika

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 121 | Wedding

    Gugup. Tentu saja, itulah yang dirasakan Mina Harun saat ini. Gaun putih yang dikenakannya itu begitu pas pada tubuh langsingnya, Mina ini masih bersiap-siap di ruang rias, selagi dirias di sampingnya Alessa tersenyum-senyum sendiri.“Kak Mina cantik," puji Alessa sembari tersenyum.Sebaliknya Mina juga mengangumi kecantikannya Alessa. Tak tampak seperti ibu dengan dua anak. “A-ah itu, terima kasih.” Mina berucap sembari mengangguk gugup. Dia bukan seseorang yang pandai menguasai situasi berbeda dengan si mata lelehan madu yang ceria dan lemah lembut.Mina tak lama merasa jika tangannya terasa digenggam. “Tenang saja, Kenzo itu benar-benar mencintaimu juga. Terus ... dia itu pencemburu akut loh~” Gadis itu mengedipkan matanya, dia tersenyum dengan ringan."Aku kadang iri padamu Alessa, dibandingkan aku, kamu lebih hebat bahkan sudah jadi sosok ibu yang baik bahkan aku takut menikah karena aku takut jika aku tak bisa jadi ibu yang baik," ucap Mina gusar.Alessa mengangguk paham, kini

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 120 | Gangguan Kecil

    "Baiklah, besok pagi kita jemput Si Kembar ya, karena sebenarnya lusa Mina dan Kenzo akan menikah," ucap Jovian. Malamnya Alessa dan Jovian masih bersantai di hotel. Alessa menatap Jovian yang saat itu sedang berkutat dengan laptopnya. Alessa mendekati suaminya dan memeluk Jovian. Alessa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jovian kemudian berbaring dengan santai di sana.Jovian sama sekali tak terganggu dengan kehadiran Alessa yang lebih manja itu. Jovian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Ia melirik Alessa kemudian mematikan laptopnya. "Kamu sedang mau makan apa?" tanya Jovian."Kakak sungguhan bertanya padaku?" Alessa balik bertanya heran karena suaminya yang super kaku itu bisa bertanya padanya. Alessa tersenyum kecil karena menatap wajah heran Jovian.Alessa tampak menimbang sebentar isi kepalanya. "Aku pengen makan burger, fries dan ayam, apa boleh?" "Ayo, kita pergi cari makanan yang kamu mau," ajak Jovian. Malam itu Alessa dan Jovian sama-sama perg

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 119 | Heaven

    Alessa tengah duduk di sebuah sofa, dia tampak kesulitan mengikat tali sepatu heels rendah itu. Alessa pun menghela napas dan menyerah, ia memilih bersandar pada sofa yang empuk itu sembaru mengusap-usap perutnya yang bundar."Lelahnya," gumam Alessa.Jovian baru masuk ke dalam ruang tamu, sedang mengancingi ujung lengan kemeja putihnya. Ia tersenyum melihat ibu hamil yang sedang menyerah itu. Jovian menatap kedua sepatu heels Alessa yang sudah dipasang cuman belum diikat. "Kamu padahal bisa memakai sepatu lain, Alessa," ucap Jovian sembari berlutut untuk mengikatkan kedua tali sepatu Alessa. Alessa mengerucutkan bibirnya. Tidak senang dengan ucapan suaminya itu. "Kan aku sedang mau memakai sepatu itu, ish Kak Jovian tahu memberi anak saja," celetuk Alessa sebal. "Baiklah, maaf," sahut Jovian usai mengikat tali sepatunya Alessa kemudian duduk di sebelahnya. Jovian langsung melihat Alessa yang mendekati tubuh kekarnya dan melingkari kedua tangannya di dada Jovian. Alessa kini bersan

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 118 | Dear Old Friend

    "Selamat pagi Alessa, selamat kamu hamil enam minggu," ucap Mina."Kakak bercanda," elak Alessa masih tak menyangka.Mina menggeleng. "Benar Lessa, rahimmu yang terkena luka peluru ternyata belum diangkat namun hanya dijahit tapi tampaknya ada kesalahan saat penyampaian mengenai prosedur ini, tapi beruntungnya rahimmu bertahun-tahun lamanya pulih dan bisa mengandung bayi lagi meski nanti kamu harus operasi caesar agar mengurangi resikonya," ucap Mina menjelaskan. "Ini keajaiban Alessa, selamat untuk kalian berdua," ucap Mina tersenyum. Mina terhanyut menatap Alessa yang menangis dengan pelukan Jovian yang menyambutnya. Ia pun beranjak keluar dari ruangan itu untuk memberi waktu luang bagi Alessa dan Jovian.Mina Harun, dokter berdedikasi tinggi teman dekatnya Jovian dan Eidar sejak remaja. Mina jadi satu-satunya perempuan yang menjaga persahabatan kedua Pria itu. Mina bahkan masih rela membantu urusan Alessa dan Georgina dalam urusan kehamilan. Usai menyelesaikan visite dari ruangan

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 117 | Kenangan dan Keajaiban

    "Alessa, kaukah itu?"Alessa menoleh mendapati seorang Wanita sedang menggengam tangan mungil gadis cilik yang cantik jelita. Wanita itu menatap Alessa dengan tatapan berkaca-kaca. Ia hendak mendekati Alessa namun mengurungkan niatnya. Alessa tersenyum kecil dan berlari kecil mendatangi Wanita itu. "Apa kabarmu, Gina?" tanya Alessa riang.Georgina tersentak kaget. Ia sangka Alessa akan menolak menyapanya, mengingat dosa dan kesalahannya pada Alessa begitu fatal. Georgina tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Aku baik-baik saja, kamu semakin cantik," puji Georgina. "Haha jadi malu dipuji oleh seorang model," kekeh Alessa. Alessa pun melirik pada sosok gadis cilik yag malu-malu menatapnya, Alessa pun menunduk untuk menyetarakan tingginya. Ia pun tersenyum pada Anak Kecil itu. "Kamu mirip seseorang, siapa namamu, Cantik?" tanya Alessa."Emily," gumam Anak itu.Alessa pun tersenyum sembari mengusap puncak kepala Anak itu. "Anakmu dan Kak Eidar ya?" tanya Alessa. Georgina pun mengangguk

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 116 | Hari Baru

    “Lessa, apakah kau bahagia bersamaku?”Alessamenoleh, pada pria yang ada disampingnya itu. Mereka baru saja mengantri membeli Poffertjes pada sebuah restoran cepat saji, Alessa masih memengang Poffertjes yang dibungkus kertas cokelat itu. Bahkan dia baru saja mengigit Poffertjes. “Ha?! Kau berbicara apa, kak Jev?”Sebelah alis Alessamenaik.“Tidak, bukan apa-apa.” Pria pirang itu menoleh, dia mengelap ujung bibir Alessa yang terdapat gula halus dari Poffertjes yang tengah dimakannya itu “Mau kemana lagi?”Ujar Jovian dengan lembut.Alessa tampak berpikir sejenak “Aku sukanya pantai sih, tapi kalau mengunjungi pantai saat malam hari rasanya tidak enak. Apa kau memiliki rekomendasi?”“Nonton?”“Tch. Film yang Kak Jo pasti pilih film-filem yang temanya serius.”Jovian terkekeh pelan, dia mengakui hal itu. “Jarang-jarang bisa santai seperti ini tanpa Si Kembar bukan?”Alessa mengangguk saja tanpa menggubris Jovian karena sibuk mengunyah makanan manisnya. Sulit bagi Alessa berpaling dari mak

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 115 | Hidup Berdampingan

    Alessa termangun, sejak kemarin duduk menemani Aji Santoso yang terbaring tak sadarkan diri. Kedua tangannya yang di perban kini sudah diganti dengan perban yang lebih kecil. Alessa menunggui Aji menemui keajaibannya, meski rasanya percuma karena alat-alat penunjang hidup Pria itu sudah memeluk hidupnya sejak kemarin.Alessa melamun dengan tatapan datar yang sendu, dia tak menangis karena air matanya terasa sudah terkuras habis. Alessa hanya diam duduk di samping Aji Santoso, bapaknya kemudian mengingat momen-momen ketika ia kecil, remaja hingga dewasa. Alessa menghela napas cukup panjang usai mendengar bunyi monitor disampingnya berbunyi setiap detik seiras dengan pernapasannya yang juga harus ditunjang. Alessa tahu hidup bapaknya bisa saja berakhir sebentar atau di waktu yang tidak ia duga-duga jadi Alessa memilih tidak beranjak sama sekali. Alessa menyentuh permukaan punggung tangan bapaknya itu. Tangan yang dulu Pria itu gunakan untuk memukulnya bahkan buah karya tangannya menye

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 114 | Membencimu Bukan Pilihanku

    "Tuan, Pak Aji Santoso pingsan dan kini sedang gawat," beritahu Kenzo. Alessa terperanjat kaget begitu juga dengan Jovian. Keduanya buru-buru mendatangi ruang gawat darurat. Alessa tak menyangka bapaknya menderita congestive heart failure. Selama ini yang Alessa tahu bapaknya yang hobi judi dan mabuk-mabukan itu terlepas dari semua penyakit."Pak AJi Santoso menderita gagal jantung, kami berhasil memberi perawatan intensif namun tampaknya membutuhkan perawatan yang maksimal," ucap Dokter.Alessa hanya mengangguk sementara ibunya, Rinka sudah terisak oleh tangisnya. Alessa gantian menatap Jovian kemudian Pria itu mengelus puncak kepalanya. Memberi ketennangan dan kehangatan di sana."Alessa, semuanya akan baik-baik saja," ucap Jovian menenangkan Alessa.Bukan itu yang jadi alasan Alessa terdiam pada perasaannya sendiri, melainkan masa lalu yang terus terbayang-bayang olehnya. Alessa segera menggeleng kemudian membalikkan tubuhnya membiarkan sosok Aji Santoso yang terbaring di atas ran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status