Share

Episode 3

14 Desember 2020

Interpol Kevin Klause mendapatkan laporan bahwa ada keributan di tepi kota. Keributan itu dilaporkan oleh salah satu saksi mata yang melihat kejadian itu. Kevin kemuadian bergegas untuk menuju ke TKP. Mobil polisi itu mengeluarkan sirene untuk menyatakan keadaan darurat agar seluruh kendaraan membuka jalan. Kevin mulai menancapkan gasnya dengan kencang. Inilah yang dimaksudkan dengan bakat racing seorang Interpol. Luar biasa kencang. Polisi luar negeri bersama jalanan rusak di Indonesia.

Kevin bergegas keluar dari mobilnya melihat ada empat orang tergeletak di jalanan. “Kosongkan seluruh akses ke jalan ini!!” Kevin memerintahkan beberapa pasukannya untuk menutup jalan. “Telepon ambulan segera!!” Nadanya sangat keras karena kondisi yang tidak kondusif di TKP. Para pasukan lalu-lalang membersihkan TKP. Para penyidik mulai mengidentifikasi segala bukti yang ada untuk dijadikan alat penyidikan.

Kevin mengamati sekitar untuk menduga siapa yang berbuat onar. Kanan dan kiri hanya terdiri dari orang-orang yang penasaran dengan yang terjadi. “Semuanya tolong meninggalkan TKP. Masalah ini sangat berbahaya dan bisa saja mengancam nama kalian. Untuk yang tidak membubarkan diri akan saya curigai sebagai pelakunya.”. Orang-orang disekitar TKP langsung membubarkan diri saat Kevin mengatakan itu. Ada yang melanjutkan aktivitasnya, kembali ke kendaraannya, ada juga yang pura-pura sibuk di lokasi TKP padahal tujuannya hanya mengintip saja. Alasan klasik.

Mobil evakuasi sudah datang. Seluruh TKP sudah dibersihkan. Akses penutupan jalan sudah kembali dibuka. Semuanya sudah seperti biasa. Hanya saja Kevin masih belum meninggalkan TKP. Rasa penasaran menghantui pikirannya berharap jawaban segera ditemukan. “Ini bukan kasus biasa. Tentunya ini ada kaitannya dengan alasanku ditempatkan disini.” Gumam kevin dalam hatinya. “Polisi berstatus internasional tidak mungkin ditugaskan di sini hanya kebetulan saja. Mungkin ada baiknya aku menyelidiki apakah kasus ini ada kaitanya dengan mafia-mafia itu.”

Kevin meninggalkan lokasi dengan mobil kesayangannya itu. Si gagah hitam melesat menjauhi TKP. Tapi kemanakah tujuan Kevin berikutnya? Kantor polisi? Rumah sakit? Atau ke rumah dinasnya? “Sepertinya aku perlu sedikit beristirahat.” Itulah keputusan Kevin. Beristirahat sejenak di rumah dinasnya sebelum ada panggilan berikutnya untuk penyelidikan. Memanfaatkan waktu sembari menanti perkembangan terkait kasus ini.

                                                                                ***

“Bagaimana perkembangannya?” Kevin bertanya kepada pasukan penyelidik itu. Berharap bahwa setelah beristirahat masalah sudah tertangani dengan baik.

“Semuanya aman pak. Kembali melakukan tugas bapak sebagai kepolisian internasional menjalankan tugasnya.” Dari arah belakang Kepala kepolisian di sini memerintahkan Kevin untuk melanjutkan tujuan utamanya. “Ini terkait pembunuhan pak, apakah tidak baiknya saya menindak lanjuti?”

“Sudah dapat dipastikan bahwa mereka terbunuh?” Pak kepolisian menegaskan sekali lagi kepada Kevin.

Kevin mengerti bahwa dirinya sudah melewati batas karena mencampuri apa yang bukan merupakan tugasnya. Di sini kepala kepolisian lebih mempunyai hak untuk mengur apabila petugas yang kelewatan batas. Sebagai seorang polisi interpol terlatih Kevin sadar bahwa menentang senior adalah tindakan yang berakibat fatal.

Kevin meninggalkan kantor polisi dan kembali ke rumah dinasnya. Memasak mi instan dan merebus telur setengah matang kesukaannya. Sebuah kegiatan membosankan selalu membayang-bayangi keseharian Kevin. Makan, tidur, menonton televisi, berolahraga, dan membaca buku. Belakangan ini banyak sekali kasus kriminal di sini, namun selalu saja Kepala kepolisian itu menganggap bahwa itu bukan tugas Kevin. “Andai saja pangkatku sedikit lebih besar.” Gumam dalam hati. Menjadi bawahan tidaklah menyenangkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status