Beranda / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB 2 : Terkena Syndrome Palpitasi

Share

BAB 2 : Terkena Syndrome Palpitasi

Penulis: Soffia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 08:16:32

Seperti yang dikatakan Ken tadi pagi, karena dia tak bisa menjemput, jadilah sekarang Rena pulang dijemput oleh teman kakaknya. Siapa lagi orangnya kalau bukan Zean. Ya ... setidaknya ia sudah mengenal cowok ini. Meskipun hanya sekadar tahu sedikit saja tentang dia.

Asal tahu saja, Zean bukan orang yang cocok untuk diajak bicara apalagi sampai ngobrol panjang lebar. Karena dia dan Ken punya sikap yang bisa dikatakan sama persis. Paling bedanya karena Kenzie adalah kakaknya, jadinya dia lebih bar-bar terhadapnya. Jika dengan orang lain, dia juga bakalan beku kayak kutub utara.

Malas, sih, sebenarnya bersama Zean, tapi ia tak bisa membantah perkataan Ken. Ya ... setidaknya tampang ni cowok bikin pangling lah.

"Kak Zean, Kak Ken mana?" tanyanya buka suara saat perjalanan pulang ke rumah.

"Dia sudah bilang, kan, tadi pagi ... kenapa sekarang bertanya lagi?"

"Oh, iya ... aku lupa," balasnya cengengesan nggak jelas.

Oke ... kartunya terbongkar. Ya, ia tahu kok kalau Ken ada kelas. Hanya saja dirinya seolah kehabisan stok kata untuk memulai percakapan dengan Zean. Rasanya ini mobil hawanya berasa begitu dingin hingga membuat dirinya kedinginan.

Diam, hening ... bahkan hingga sampai di rumah. Heran, kok ada ya manusia yang bicaranya begitu irit. Ia saja bosan, apalagi jika ada gadis yang menjadi kekasih cowok ini. Yakinlah, akan dibuat kesal hingga mencakar tembok.

Zean ikut turun saat Rena turun. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat gadis itu berhenti dihadapannya.

"Kakak mau kemana?"

Zean menatap dingin pada Rena, dengan kedua tangannya yang berada di saku celananya.

"Ken sudah bilang, kan ... kalau sepulang sekolah, kamu harus belajar?"

Rena menggeleng cepat.

"Bohong."

"Serius, Kak," responnya.

"Aku tanya Ken," ujarnya mengeluarkan ponsel dan berniat menelepon Kenzie.

Rena langsung menghentikan niat Zean. "Iya, iya ... maaf, aku bohong," ujarnya memberengut dan memilih segera masuk ke dalam rumah dengan muka ditekuk dan langkah malas.

Zean mengikuti langkah gadis itu hingga ruang tamu. "Penyebabnya?"

Rena kembali menghampiri Zean. "Ya aku capek lah, Kak. Masa iya belajar, belajar dan belajar terus. Memangnya otakku hanya diciptakan untuk belajar."

"Kamu benar," balas Zean. "Otak bukan hanya diciptakan untuk belajar."

Terbesit senyuman di bibir Rena saat mendengar balasan Zean. Wah, tanda-tanda, nih. Tanda-tanda kalau cowok ini bakalan ada dipihaknya. Ucapkan selamat tinggal dan sayonara buat kakaknya tercinta yang super menyebalkan. Sekarang ada Zean yang punya pikiran sama dengannya.

"Nah, aku juga berpikir begitu, Kak. Hanya saja Kak Ken pikirannya entah melayang kemana ... hingga berpikir kalau otak diciptakan hanya untuk belajar. Rumus dan motto hidup macam apa itu yang dia pakai. Ya, kan, Kak?" Bicara panjang lebar, kemudian mengumbar senyum penuh kemenangan ke arah Zean.

"Otak tak diciptakan untuk belajar, tapi untuk berpikir dan berpikir. Jadi, berpikirlah jika kamu nggak belajar, apa kamu mau jadi orang bodoh? Berpikirlah kamu, kalau nggak belajar, apa bisa kamu mencapai kelas tiga SMA. Bahkan jika nggak belajar, aku tak yakin otakmu akan tahu kalau satu ditambah satu hasilnya jadi dua."

Selamat tinggal kemenangan. Padahal ia sudah berpikiran baik tentang Zean, tapi apa hasilnya? Tetap saja dia masih berada dipihak Ken. Apa dia suka PHP? Tadi membuatnya tertawa lebar, sekarang malah seolah menendangnya jauh ke luar angkasa.

Mendengus, kemudian tanpa kata berlalu dari hadapan Zean dengan langkah cepat. Bahkan ia dengan sengaja menghentak-hentakkan kakinya saat berjalan, sebagai pertanda kalau ia sedang kesal tingkat dewa. Pengin teriak dan bilang 'I hate You Ken! I hate you, Zean!'. Tapi sayang, ia tak tak seberani itu loh, ya. Teriak aja dalam hati, sampe keselek sendiri juga kagak berani.

"Dia benar-benar kembar tak seiras dengan Kak Ken. Apaan itu, membuatnya tertawa, kemudian menertawakan kekalahannya. Anjim banget tu cowok," berengutnya sambil mengganti seragam sekolah dengan pakaian rumahan.

Ken menemukan manusia macam Zean di mana, sih? Apa di kutub utara, sodaranya beruang es kali, ya. Dinginnya kelewatan, nyebelinnya apalagi. Parah banget dong. Mendinglah Masha and The Bear, si Bear nya nggak senyebelin Zean.

Selesai mengganti seragam, sekarang ia kembali turun. Kalau tetap di kamar, yakinlah dia bakalan menyusulnya ke kamar. Pengalaman, nih ... pernah sengaja nggak turun waktu dipanggil mamanya karena dalam mode ngambek, tapi dengan seenaknya Zean malah menariknya untuk keluar dan minta maaf.

Menghempaskan bokongnya di sofa yang berhadap-hadapan dengan Zean.

Zean melirik Rena dengan tatapan dingin. Tahu apa salahnya, gadis itu langsung saja memperbaiki mode duduknya.

"Kak, boleh aku nanya sesuatu?"

"Silahkan, jika itu masih menyangkut pelajaran sekolah mu," balas Zean meletakkan ponselnya di meja, kemudian menatap lurus ke arah Rena.

Lihat, kan ... masih ada kata 'pelajaran dan sekolah'.

"Kakak nggak punya kerjaan lain, ya?"

"Maaf, itu masuk ke dalam mata pelajaran apa?" tanya Zean balik.

"Pelajaran ketika membuat seseorang jadi kesal dan aku bingung harus memberikanmu balasan seperti apa?" Esmossi di dalam kepalanya seolah sedang meletup-letup.

Mengarahkan fokusnya pada Rena. "Balas menggunakan hatimu, bisa?"

Membisu, membatu. Ia seolah tak berkutik, mati rasa, badannya kesemutan. Apa telinganya sedang bermasalah, atau Zean nya yang sedang mode stress. Kenapa tiba-tiba dia malah membahas masalah hati?

"H-hati?" tanya Rena balik. "Maksudnya gimana, Kak?"

"Bukannya kamu bilang sedang kesal padaku?"

Rena mengangguk cepat.

"Bisa membalas dengan hatimu?"

Makin dibuat bingunglah ia atas sikap dan jawaban Zean. Apa-apaan cowok ini, membuat otaknya berpikir yang aneh aneh saja.

"Sudah, abaikan perkataanku. Sekarang, keluarkan buku latihanmu," perintahnya.

Membuatnya berpikir keras dan sekarang malah mengabaikan semua yang dikatakan tadi. Benar-benar keterlaluan dia. Kenapa juga harus membuatnya bingung dan kepikiran, jika akhirnya tak ada penjelasan apa-apa.

Rena mengeluarkan buku latihannya dan alat-alat tulis. Tetap, ya ... pikirannya masih berfokus pada hal tadi.

Zean membuka buku dan berpindah duduk di sebelah gadis itu. Kemudian perlahan mulai menjelaskan semua yang ada di buku, tapi ia terhenti saat menyadari kalau Rena malah tak fokus mendengarkan apa yang ia jelaskan.

"Mau menatapku sampai kapan, hem?" tanya Zean yang langsung membuat mode bengong Rena langsung buyar seketika. Rasanya seperti disiram seember es batu.

"Ah, siapa juga yang menatapmu," elaknya kembali berfokus pada buku tulisnya. Spontan saja tangannya malah menuliskan sesuatu. Tapi saat sadar dengan apa yang ia tulis, matanya langsung melebar.

Berniat segera menghapus tulisan itu, Zean malah lebih dulu menyambar bukunya.

"Kak Zean yang ..." Zean membaca tulisan di buku Rena.

"Mati gue! Kenapa juga ini tangan nulis begituan, sih," umpatnya sambil bergumam. Berasa mau nyembunyiin muka dibalik bakwan saking malunya.

Zean kemudian menatap ke arah Rena. "Yang apa?" tanyanya menuntut kalimat yang ditulis gadis itu.

"Hmm anu, Kak ... itu bukan apa-apa. Cuman entah kenapa tanganku malah menulis namamu. Mungkin karena rasa kesalku padamu berada di posisi paling puncak, makanya begitu," jelasnya.

"Bukan memikirkan yang lain?" Menatap intens pada Rena yang ada dihadapannya.

Serena menelan salivanya dengan susah. Iya, berasa sedang dihadapkan dengan cogan menyebalkan, tapi sukses bikin hatinya panas kayak lahar panas gunung merapi yang siap menyembur.

"Memikirkan apalagi? Yakali memikirkan aku yang tiba-tiba menyukaimu," tawanya dengan berat.

"Bisa jadi, kan?"

"Apa?!" Sampai kaget mendengar balasan Zean.

"Menyukaiku, kan?"

Serena sedikit mundur saat tatapan Zean malah semakin menyerangnya dengan tajam. Berasa diintimidasi. Heran, kan, ini cowok sedang mengalami gangguan jiwa akut kayaknya. Biasanya dia nggak begini, kenapa sekarang malah terlihat agresif.

"Kenapa kamu?"

"Nggak kenapa-kenapa," jawabnya menahan deguban jantungnya yang tak karuan. "Gue sepertinya terkena sindrome Palpitasi," tambahnya sedikit bergumam pelan.

Iya, jantungnya deg-deg'an parah saat mendapatkan tatapan intens dari Zean. Malah omongan dia dari tadi merujuk ke perasaan. Lah, kan ia jadi bingung. Tapi, tapi ... masalah nama yang ia tulis, itu spontan saja loh. Apa jangan-jangan, ia beneran suka pada Zean. Karena kata orang, apa yang kita tulis, itu berasal dari apa yang sedang dipikirkan otak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 3 : Zean yang bikin kepo

    Saat ini Kenzie dan Serana sedang menikmati makan malam. Fokus Ken hanya pada makanan yang dia nikmati, tapi tidak dengan Serana. Gadis itu seperti sedang memikirman sesuatu hingga membuat makanan yang dia nikmati tampak biasa saja. "Kak, boleh aku ngomong sesuatu?" tanyanya pada Ken buka suara."Apa?""Tentang Kak Zean."Fokus Ken yang tadinya hanya pada makanan dan sesekali pada ponselnya, kini berpindah kearah adiknya."Zean?"Serena mengangguk. "Kak Zean itu sikapnya gimana, sih ... aku bingung," ujarnya langsung."Sikap yang mana?"Rena menghentikan adegan makannya dan menatap fokus ke arah kakaknya."Sikapnya beda-beda. Awalnya dingin, trus ... hangat, trus tiba-tiba jadi baik, eh ... balik lagi jadi nyebelin. Pas dia baik, aku senang banget. Pas lagi senang-senangnya, langsung sikap jeleknya muncul," jelasnya."Lebih detail," balas Ken."Awalnya sikapnya seperti biasa, dingin. Trus, tiba-tiba dia sepemikiran denganku. Saat aku terbawa suasana, berpikir kalau aku punya pemikira

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 4 : Sikap Yang Tak Biasa

    Sungguh, rasanya dihadapkan pada sesuatu yang menakutkan dan mengerikan itu benar-benar menguras otak dan pikiran. Pagi hari sudah dihadapkan pada munculnya Zean, sekarang pulang sekolah lagi-lagi ia harus berhadapan dengan cowok itu. Menghindar adalah cara yang paling tepat."Gue ikut kalian," ujar Serena pada Kalina dan Sandra saat pulang sekolah."Lah, bukannya nggak diijinin sama Kak Ken?""Gue malanggar ijin," balasnya sambil merogoh ponselnya di dalam tas.Mengirimi pesan pada Ken dan mengatakan kalau ia akan pulang telat."Kuyy ... cabut," ajaknya pada kedua sahabatnya setelah menonaktifkan ponselnya. Karena apa? Yakinlah kakaknya tercinta itu pasti bakalan ngamuk dan heboh meneleponnya. Jadi, cara yang paling aman agar kupingnya nggak panas, adalah dengan memasang mode silent di ponsel.Keduanya memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Rasanya sudah lama ia tak menelusuri tempat ini. Ya, tepatnya saat dirinya dan kehidupannya berada di pengaturan Ken. Ketiganya belanja sepuasnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 5 : Manisnya Sikap Zean

    Harusnya ia tenang dan tidur dengan sangat nyenyak malam ini, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Sikap dan perlakuan Zean tadi sukses membuatnya gelisah galau tapi tak sampai merana. "Gue sepertinya tak sehat. Kenapa malah kepikiran terus sama Kak Zean. Apalagi adegan pelukan tadi, bikin otak gue yang biasanya hanya mikirin Glenn, jadi berpaling," gumamnya. Kemudian berteriak-teriak. "Glenn ... posisi lo jadi kalah sama Kak Zean!!!"Seketika semuanya jadi gelap. Membuatnya bergidik ngeri."Bibik!!!!!" pekiknya langsung beranjak dari tempat tidur. Tanpa pikir panjang dan langsung berlari hingga tak sengaja malah menabrak dinding."Non ... Non Rena nggak apa-apa?" tanya bibik datang menghampirinya dengan sebuah lilin sebagai cahaya."Kenapa pake acara mati lampu, sih, Bik," ringisnya sambil mengusap-usap dahinya yang tampak memar karena menabrak dinding. Rasanya nyut-nyutan. Astaga! Untung nggak pingsan."Bibik juga nggak tahu, Non ... tapi tetangga masih pada nyala, kok, listr

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 6 : Gugur Sebelum Berkembang

    Sebenarnya matanya sangat mengantuk, tapi tiba-tiba pelukan yang semakin mengerat di badannya membuat ia dipaksa bangun. Dan apa hasilnya? Gadis yang semalam mengomel-ngomel karena panas lah, banyak nyamuk lah ... kini tidur dengan memeluknya erat. Tersenyum puas. Jangan ditanya lagi apa yang membuatnya tersenyum, karena bagi siapapun yang peka, pasti bisa paham kenapa sikapnya begitu pada Serena. Entah gadis ini memahami apa yang sedang ia rasakan, tapi yang jelas dia masih bisa dekat dengannya. Setidaknya untuk saat ini itu sudah cukup, jika ada kesempatan, mungkin akan lebih dekat lagi. Tak bisa melakukan hal manis di saat dia bangun, setidaknya dalam keadaan tidur begini, ia bisa lakukan apa saja. Ya, apa saja. Di saat menikmati moment itu, Serena melakukan pergerakan dan ia memilih untuk kembali pura-pura tidur. Apalagi posisi dia yang memeluknya begini, bisa-bisa malah dia yang lakuin, tapi justru dirinya yang malah diomelin. Biasalah, tingkat omelan gadis ini bisa di bilang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 7 : Duri Dalam Daging

    Di sekolah, saat keluar ia segera menelepon Zean kalau akan sampai di rumah tepat waktu. Oke ... itu berarti dirinya masih punya waktu yang aman untuk berkeliaran hari ini.“Ren, lo jadi jalan sama Glenn?” tanya Kalina.“Iya, ini lagi nungguin dia, nih,” jawabnya.“Sandra mana, ya?” tanya Kalina.“Tadi katanya mau ke toilet, kan.”Saat keduanya duduk menunggu di dekat parkiran sekolah, tiba-tiba Sandra datang beriringan dengan Glenn.“Loh, kok kalian bisa barengan?” tanya Serena heran.“Papasan di lorong kelas,” jawab Glenn menebar senyum ke arah gadis itu.Jadilah, saat Sandra dan Kalina memasuki mobil masing-masing untuk segera pulang, sedangkan Serena memasuki mobil Glenn untuk segera pergi kencan. Yap, kencan ... bahkan sudah satu tahun jadian, keduanya hanya menjalani hubungan aneh seperti ini. Tanpa adanya malam minggu, tanpa adanya jadwal kencan dan kesan kesan dalam dunia pacaran yang seperti dilakukan teman teman sebayanya.“Glenn ... sorry, ya ... kita pacarannya malah jadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 8 : Merasa Nyaman

    Duduk di pinggir jalan sambil menangis. Bahkan tak menhiraukan orang-orang yang memerhatikannya dengan raut heran ... seperti seorang yang sudah dicampakkan dengan mengenaskan. Ya, begitulah yang memang sedang ia alami. Dicampakkan oleh orang yang selama ini bilang cinta, tapi ternyata hanya rasa kasihan.Kalau bukan karena seragam yang masih dikenakannya, mungkin ia akan dilempari uang recehan oleh mereka yang lewat.Ponselnya tiba-tiba berdering ... saat ia lihat, ternyata nama Ken lah yang tertera. Tentu saja tak mungkin ia jawab, di saat dirinya masih dalam keadaan menangis begini. Bisa-bisa kakaknya itu dengan mudah mencurigai suaranya yang berbeda karena serak.Baru juga panggilan dari Ken terhenti, kini nama Zean yang muncul di layar datar itu.“Aku lagi patah hati begini, kenapa kalian berdua malah meneleponku terus, sih,” tangisnya. “Bisa-bisa aku khilaf dan bunuh diri aja, nih.”Terus menangis, bahkan wajahnya saja terlihat sudah sembab. Melihat kiri kanan, sudah sepi pejala

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 9 : Diomeli Habis-habisan

    Eren duduk di samping Zean dengan sebuah guling yang ia bawa dari kamar. Menatap fokus pada cowok yang saat itu sedang bicara di telepon dengan seseorang. Hanya jadi pendengar yang baik, saat cowok itu terkadang hanya mengeluarkan kata-kata singkat saat bicara di telepon. Sungguh ... itu yang jadi lawan bicaranya pasti merasa gregetan. “Kak Zean nggak pulang?” tanya Eren saat Zean selesai bicara di telepon.Zean menatap dingin ke arah Eren.“Suka sekali mengusirku.”“Aku, kan, lagi nanya, Kak.” Menghela napasnya berat, saat pertanyaannya justru dikira pernyataan.Zean menyandarkan punggungnya di sofa.“Maaf, merepotkanmu,” ucap Eren memasang wajah bersalah.“Tak apa, jika itu membuatmu senang,” balas Zean.Serena malah merebahkan badannya begitu saja, dengan kedua paha Zean sebagai bantalan dan kemudian memeluk guling.“Jadi, menurutmu gimana, Kak?” tanya Serena.“Apanya?” Tiba tiba bertanya begitu, tentu saja membuatnya bingung.“Ya, aku.”“Aku nggak tahu,” respon Zean singkat.“K

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB 10 : Mimpi Yang Aneh

    Zean duduk di samping Serena yang masih menangis. Bahkan sekeluarnya Ken, dia makin mejadi-jadi tangisnya. Jujur, ia kasihan ... hanya saja iajuga tak bisa berbuat apa apa. Setidaknya hanya bisa melerai sobatnya agar tak terlalu menunjukkan emosi pada Serena.“Belum puas menangis dari sore?”“Kak Zean, nggak mau memelukku?” tanyanya pada Zean.“Sudah ada Ken, kan,” balas Zean.Eren malah langsung saja memeluk Zean. “Aku mau dipeluk sama kamu saja. Kak Ken begitu menakutkan kalau lagi marah. Jantungku seakan mau copot,” jelasnya memeluk Zean sambi menangis.Zean malah terkekeh mendengar penuturan Eren. “Dia begitu karena sayang dan memikirkanmu. Bukan karena marah atau membencimu. Itu yang harus kamu ingat.”“Jangan-jangan kamu kalau lagi marah juga begitu, Kak ... kalian kan couple sejati.”“Saat orang yang ku cinta dan ku sayang dibuat menangis, hal yang sama juga ku lakukan. Tapi tentunya dengan cara yang berbeda.”Lagi-lagi Zean membuatnya kesal. Apa cowok ini sengaja membuatnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04

Bab terbaru

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 55

    Tadinya Kalina hanya bergelayut di tangan Ken, membuat langkah itu begitu susah. Apalagi tanpa alas kaki. Tapi saat sampai di luar ... Ken malah dengan cepat mengangkat tubuh Kalina."Jangan mulai membuatku kesal lagi. Turunin aku sekarang juga!"Kehebohan itu terulang lagi. Saat sikap Ken membuatnya seolah jadi pusat utama. Kemarin posisi rumah sakit sedang sepi, dan sekarang? Jangan ditanya lagi. Bisa-bisa ia jadi tontonan semua orang di rumah sakit ini."Jalanmu seperti itu, kapan kita sampainya?""Tapi jangan menggendongku juga dong. Demi apa sikapmu membuatku jadi seseorang yang ...""Bentuk perhatianku padamu," timpal Ken langsung."Jangan mulai lagi!" tegas Kalina.Apa tidak cukup sikap dia semlaam yang bikin dirinya merasa bingung. Dan sekarang dia mulai lagi. Apa niat Ken emmang sedang menguji hatinya yang terlalu mudah baper ini?"Peringatanmu tak mempan sama sekali buatku, Kalina. Selama aku nyaman, akan ku lakukan ... meskipun kamu menolak sekalipun. Aku nggak perduli."La

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 54

    "Kak," gumam Kalina kaget akan kedatangan Kenzie. "Kok ke sini? Kamu kan lagi sakit."Dokter tersenyum mendapati Kenzie muncul di saat yang dibutuhkan.Ken berjalan menghampiri Kalina yang posisinya berdiri di dekat tempat tidur, karena tadinya sudah siap untuk mengenakan sepatunya."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini. Kaget?""Sangat," sahut Kalina cepat. Bukan kaget lagi, tapi justru malah shock berat."Bagus, akhirnya pacar kamu datang buat jagain, kan," respon dokter akan kehadiran Ken.Kalina hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal dan senyuman penuh rasa tak enaka, saat mendengar celetukan dokter ketika mengatakan kalau Ken adalah kekasihnya."Duh, Dokter ... kan aku sudah bilang kalau kita berdua nggak punya hubungan apa-apa, apalagi pacaran. Pliss deh, dok. Jangan mengada-ngada.""Dia kenapa dokter?" tanya Ken, malah mengabaikan sikap Kalina yang seolah menghindarinya."Semalam sudah saya bilang, kan. Tolong hingga luka itu sedikit mengering, agar jangan dibaw

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 53

    Zean tak tidur semalaman, pagi ini kepalanya dibuat kliyengan. Tapi semua itu ia abaikan, demi menunggu hasil dari pemeriksaan yang akan diberikan oleh dokter tentang kondisi Serena. Berharap semuanya lebih baik, karena kalau tidak ... itu benar-benar akan membuatnya mati secara perlahan."Zean, kamu istirahat saja dulu. Ada Om dan Tante, kan, di sini," ujar Norin pada Zean.Ia tahu bagaimana cemasnya Zean akan putrinya, tapi sebagai seorang Ibu dirinya juga khawatir kalau Zean malah mengabaikan kodisi dia karena memikirkan Serena."Tante tahu kalau kamu cemas, tapi kalau kondisi kamu ikut drop, bukankah itu akan membuat dia juga merasakan itu."Zean mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Norin. "Aku akan istirahat, Tante ... tapi sebelum itu, aku mastiin dulu kalau Eren baik-baik saja."Menghela napasnya ketika sarannya diterima oleh Zean. Ya, meskipun tetap ... dia menjadikan Serena nomer satu dulu dibandingkan kondisi dia sendiri.Tepat saat jam menunjukkan pukul 8 pagi, dokter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 52

    Berharap tidur nyenyak, tapi apa yang terjadi. Ia justru tak bisa tidur sama sekali. Bukan perkara memikirkan Ken, tapi justru kakinya yang malah nyut-nyutan. Entahlah, mungkin karena tadi ia terus bawa jalan tanpa berpikir efeknya ... sekarang malah merasakan sendiri sakitnya.Matahari sudah menampakkan sinarnya, memasuki beberapa sudut gorden yang tersingkap oleh angin pagi, karena jendela tak ia tutup sama sekali."Bik!" teriaknya memanggil bibik yang berada di lantai bawah. Berharap panggilannya didengar, tapi sepertinya tidak sama sekali. Buktinya wanita paruh baya itu hingga beberapa menit kemudian tak menampakkan diri di kamarnya.Membuka perlahan perban yang menutupi kakinya dan ya ... hasil yang mengejutkan. Luka itu kembali mengeluarkan darah. Itu artinya, masih jauh dari kata baik-baik saja."Lukanya malah makin parah ini mah," ringisnya dengan nada tertahan ... melepaskan benda yang menempel itu dari telapak kakinya hingga benar-benar lepas.Berjalan perlahan menuju lemari

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 51

    Kalina meletakkan telapak tangannya di dahi Kenzie, menghela napas ketika rasa panas itu masih terasa. Bahkan masih sama seperti sebelumnya. Ya, jelas ... karena dia belum minum obat sama sekali. "Kak, kotak obat di mana?""Di bawah. Di dalam lemari dekat ruang keluarga," jelas Ken.Kalina hendak beranjak pergi, tapi Ken menyambar tangannya ... membuat niatnya terhenti."Hmm, kenapa?" tanya Kalina heran."Aku nggak butuh obat," ujarnya pelan, dengan punggung yang ia senderkan di sandaran tempat tidur."Kakak mau sembuh nggak, sih?""Kal, maaf, membuatmu repot harus mengurusku," ucap Ken.Kalina malah tersenyum menanggapi perkataan Kenzie. "Hanya itu?" Canda Kalina.Tak membalas, tapi tiba-tiba Ken malah menarik Kalina ke pelukannya dan memeluk erat gadis itu. Entahlah apa yang terjadi padanya, tapi ketika berada sedekat ini dengan Kalina membuatnya berasa tenang saja."Kak ...""Hanya sebentar," timpal Kenzie saat Kalina berusaha lepas darinya.Hatinya tak karuan mendapatkan sikap se

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 50

    Mata Kenzie yang terpejam seketika terbuka saat mendengar sebuah kalimat ajakan itu. Bukan karena ajakan, tapi lebih tepatnya fokus pada sosok yang mengajaknya."Ayo, pulang denganku," ajak Kalina menyodorkan tangannya, berharap dapat sambutan dari Ken."Udah, pulang sana sama Kalina. Serena juga bakalan nyuruh lo pulang, kalau tahu kakaknya sakit, tapi malah di sini dengan udara dinginnya malam," terang Zean. "Kamu kuat bawa mobil, kan? Atau Papa minta supir untuk jemput aja?" tanya Wira pada Kenzie. Karena tak ingin mengambil resiko terburuk, dengan kondisi Ken yang sedang tak baik malah memaksakan untuk mengemudi."Aku bisa kok, Om," sahut Kalina ramah yang mendapatkan anggukan dari Wira."Nanti Kalina istirahat di rumah aja, ya. Sekalian bisa mantau kondisi Kenzie. Biasanya dia kalau lagi sakit suka rada ...""Ma ..." timpal Ken dengan ocehan mamanya.Norin malah tersenyum melihat ekspressi putranya yang tak terima dengan perkataannya.Kalina menarik kembali tangannya karena tak

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 49

    Menyambar tangan Kalina dengan cepat dan menarik gadis itu hingga jatuh ke pelukannya. Dia berusaha lepas, tapi tentu saja tak ia lepaskan."Kak!""Apa aku ada salah? Kenapa sikapmu begini padaku?"Kalina diam. Ingin rasanya membalas pelukan ini, tapi bertahan untuk tak melakukan. Bingung harus mengeluarkan kata-kata apalagi. Di satu sisi, ia takut sikap Kenzie membuatnya baper sendiri. Tapi kalau mengakui perasaannya, tentu saja itu terasa memalukan. Dirinya sadar diri, seperti apa sosok gadis yang disukai oleh cowok ini. Yang jelas, ia tak termasuk ke dalam list itu."Lepasin aku, Kak," pinta Kalina."Nggak akan."Tapi di saat bersamaan, ponsel milik Ken malah berdering. Membuatnya mau tak mau malah melepaskan Kalina dari pelukannya. Bahkan dia dengan cepat berlalu pergi dari hadapannya."Kalina!"Ingin menyusul, tapi nama yang tertera di layar ponsel membuat niatnya terhenti."Ya, Pa.""Ken, kamu di mana, Nak? Serena udah ketemu? Mama udah lapor pihak kepolisian, tapi ternyata ..."

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 48

    Kalina langsung tersentak saat mendengar perkataan itu. Karena posisinya masih fokus dengan pikirannya. Langsung menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya dengan kasar."A-apa, Kak?" Berusaha tetap tenang, dengan senyuman singkat yang ia berikan pada Kenzie.Ken menatap fokus pada Kalina, seakan sedang menelisik jauh ke dalam dua bola mata yang tampak memerah itu. Bagaimanapun dia berbohong, tetap saja ia akan peka."Kenapa nangis lagi?""Enggak," jawab Kalina.Ken mengapus air bening yang masih tampak tergenang di pipi Kalina dengan jemarinya. Tapi, sedikit terhenti ketika fokus matanya tertuju pada luka yang tampak di sudut bibir gadis itu."Masih membohongiku?""Aku baik-baik saja," ujar Kalina mengelakkan tangan Ken yang masih berada di wajahnya. Sentuhan Ken di wajahnya ... kenapa terasa begitu hangat hingga rasanya sampai menyentuh hatinya.Tiba-tiba hatinya kembali sedih, ketika mengingat keadaan Serena."Kak, apa Eren akan baik-baik aja? Aku takut dia kenapa-kenapa. Anda

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 47

    Setelah mendapatkan telepon dari Kalina, Zean dan Ken segera menuju tempat yang di maksud. Yap, sekolahan. Tempat yang di awal jadi tempat pencarian dan tak menemukan apa apa, tapi justru di sanalah mereka berada.Zean mengemudi dengan kecepatan tinggi ... berharap cepat sampai. Jujur saja, hatinya terasa tak baik-baik saja saat ini. Bahkan sedari tadi siang Serena menghilang tak ada kabar, ditambah lagi dengan perkataan Kalina di telepon. Itu membuktikan jika feelingnya benar-benar terjadi.Kenzie menyenderkan punggungnya, dengan kedua mata yang ia pejamkan. Kondisinya sedang tak sehat, di saat adiknya dalam masalah. Tiba-tiba bersyukur dengan adanya Zean ... jadi seseorang yang bisa diandalkan perihal Serena. Tapi, kenapa hatinya malah justru fokus pada Kalina?"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Zean pada Ken.Kenzie itu sedang sakit, jadi wajar jika ia khawatir akan kondisi sobatnya. Padahal tadi sudah ia minta untuk tetap di rumah, tapi tahu sajalah seperti apa kekeraskepalaan Ken sep

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status