“Kamu memang bagusnya di sini kakek tua.”
Tubuh tidak berdaya Manto dibiarkan tergeletak di ruang bawah tanah Villa. Ruang yang menjadi tempat rahasia bagi Manto untuk menyembunyikan seseorang.
“Wah, ada rantai. Kebetulan sekali.” Catty berbinar melihat rantai yang begitu banyak di sana. Sepertinya memang sering bajingan ini menyekap seseorang di bawah sini.
Catty pun dengan sigap membelenggu Manto dengn rantai itu. Tidak lupa menyumpal mulutnya dengan kain lusuh seadanya. Kondisi sekarat dan tidak sadarkan diri Manto, membuat Catty begitu leluasa. Sekarang Catty yang benar-benar berkuasa.
“Tolong.”
Catty begidik saat mendengar suara lirih nan parau. Di dalam ruangan yang pengap itu memang terbagi menjadi petakan mirip dengan penjara. Wanita itu tercenung. Mungkinkah ada orang lain di sekitar sini?
“Siapa itu?” tanya Catty memastikan kalau itu bukan halusinasi. Dia melangkah mengendap men
Setelah seorang pelayan masuk menggantikannya, wanita itu bergegas keluar. Langkahnya cepat menuju kamar Andrew, tapi pintu kamarnya terbuka dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Andrew di dalam. “Kemana perginya Andrew?” Dengan gelisah, dia menyusuri mansion itu. Bagaimana sulitnya dia mencari Andrew di dalam Mansion yang sudah menyerupai istana itu. Tentu sangat lelah sekali. Namun, dia ingat dengan tempat-tempat yang sering ada Andrew di situ, seperti tempat kerja, bar, kolam renang bagian belakang Mansion, tapi dia tidak menemukan pria bertubuh kekar itu di semua tempat itu. “Nyonya, cari siapa?” tanya seorang pelayan yang aneh melihat Alya yang baru saja dari area belakang. “Mbak liat Tuan Andrew?” “Tadi saya sempat meliat beliau masuk ke dalam elevator, Nyonya. Kalau bukan di ruang pribadinya di lantai tiga ya ke rooftop.” ‘Ruang pribadi?’ Alya tertegun. Dia baru tahu kalau Andrew punya ruang khusus. Bukan tempat kerja, melainkan
Penthouse Manto, khawasan pusat kota.Catty membantu merebahkan Benny di atas sofa yang empuk. Pria itu terlihat tidak bertenaga. Catty yang tanggap langsung menawarkan makanan.“Kamu pasti lapar ya Benny, sebentar aku ambil makanan dulu di kulkas.”Wanita bertubuh bak model itu terlihat gesit melangkah ke belakang. Ada beberapa buah-buahan yang tersimpan di kulkas. Dia menggeluarkannya untuk dihidangkan ke Benny. “Ini, makanlah!” baru saja Catty menyerahkan piring itu, tiba-tiba Benny langsung merebutnya dan memakan buah-buahan itu dengan sangat rakusnya.Catty meringis melihatnya. Manto benar-benar keterlaluan sudah menyekap Benny sampai seperti ini.Tidak berapa lama, buah-buahan itu ludes. Catty langsung menyodorkan sebotol minuman kepada Benny yang langsung ditegaknya sampai habis. Kasar sekali. Beringas sekali.“Bagaimana? Sudah agak mendingan?” tanya Catty. Benny terlihat hanya m
Andrew menuruni tangga dengan begitu energik. Dia terlihat sudah rapi dengan pakaian formal yang dikenakanya. Sejurus kemudian, dia melangkah menuju ruang makan.Di sana, dia mendapati Ann yang sudah duduk menghadap meja. Juga Ada Alya dan dibantu Ratih yang sedang menyiapkan makanan.“Morning Mom.” Andrew mendekati Mamanya sambil memberikan kecupan di kedua pipinya bergantian. Ann tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya yang semakin hari semakin perhatian dengannya. Tentu, ini motivasi bagi dirinya untuk bisa sembuh.“Eh, Tuan Andrew.” Ratih yang baru saja selesai memasang peralatan makan terlihat menyapa sang majikan.Andrew mengedarkan pandangan ke menu pagi yang tersaji di atas meja. Dia menggeleng-gelengkan kepala saat melihat begitu banyak makanan yang tersaji.“Siapa yang masak semua ini, Mbak?” tanyanya penasaran. Ratih yang ditanya langsung menunjuk ke Alya sambil tersenyum.“Nyonya
Alya mengernyit dahi karena merasa tidak mengenal siapa pemilik suara itu. Mungkin suaranya yang agak berbeda sehingga Alya kesulitan untuk mengenalnya.“Maaf, saya tidak mengenal siapa Anda.”Terdengar decakan remeh di seberang sana. terkesan kurang sopan.“Memang segitu tidak berartinya aku buatmu, sampai kamu dengan mudahnya melupakan aku.”Alya semakin tidak mengerti dengan perkataan orang di seberang sana yang terkesan berbelit-belit.“Tolong jangan berbelit-belit, tinggal bilang saja siapa diri kamu,” desak Alya.“Aku Benny, Alya.”Bagai petir menyambar di siang bolong, Alya langsung terdiam. Tubuhnya mendadak melepas, sampai lututnya hampir tidak mampu untuk menopang tubuhnya. Tangannya yang menggenggam gagang telefon gemetaran. Bagaimana mungkin itu Benny? Bukankah dia sudah meninggal di jurang?“Enggak mungkin kamu Benny.” Alya menggelengkan kepala
Alya berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Bimbang antara pergi ke taman atau tidak. Namun, dia takut kalau ini hanya sebuah jebakan. Mengingat bisa saja itu musuh besar Andrew. Alya tidak boleh gegabah. Di tengah kebimbangannya, tiba-tiba Alya merasakan hawa seseorang dari belakang. kemudian sentuhan hangat di kedua pundaknya, yang langsung membuatnya menoleh ke belakang. “Ih, kamu ngagetin saja Andrew.” “Jelas kamu sedang memikirkan sesuatu, ada apa? Cerita,” tukas Andrew sambil menempelkan bagian tubuh depannya ke punggung mungil Alya. “Bukan apa-apa,” sahut Alya pendek. Sebaiknya dia tidak perlu menceritakan perihal Benny kepada Andrew. Dia tidak mau Andrew menjelma menjadi monster nantinya. “Ok, kalau kamu enggak mau cerita. Biar aku saja yang cerita,” ujar Andrew. Alya mengernyit dahi sambil membalikkan badannya. Wajah tegas Andrew terlihat tidak ada masalah apa-apa untuk diceritakan. Andrew membimbingnya untuk berjalan
“Bagaimana Alya, siapa yang kamu pilih aku atau dia!”“Aku pilih Andrew.”Alya langsung mengamit tangan Andrew. Menunjukan kepada Benny tentang pilihan hatinya“Tapi, kenapa? Kenapa kamu memilih monster ini? Dia tidak mengancammu kan?”“Tidak ada paksaan apapun Benny, kami berdua memang saling mencintai. Kami minta kamu paham akan hal itu,” tandas Alya. Andrew tampak tersenyum dengan ketegasan istrinya.“Bagaimana janji kita menuju pelaminan Alya, bukankah kita sudah merencanakannya?” Nada suara Benny terdengar frustasi. Demi apapun, dia tidak bisa menerima semua ini. Alya harus berjodoh dengannya. Harus!“Buat apa kamu mengungkit masa lalu, kalau apa yang dikatakan Alya adalah faktanya sekarang.. Harusnya kamu tau diri Benny. Yang kau rebut itu istri orang,” seloroh Andrew yang tidak digubris oleh Benny. Pria berkulit sawo matang itu hanya tertuju ke Alya. Masih m
“Kau apakan bos kami!”Benny menciut melihat kumpulan itu. Sedangkan Catty tampak tenang. Dia bergerak mendekati mereka.“Kau anggap dia bos kalian? Memangnya berapa jumlah uang yang dia berikan setiap bulannya?”Kumpulan itu saling berpandangan. Hanya pemimpin yang terlihat memicingkan mata ke arah gadis kemaren sore itu.“Ini bukan soal uang tapi loyalitas!” gertak pemimpin dari kumpulan tersebut. Catty tersenyum tipis.“Kalau memang loyalitas, silakan kalian bawa kakek tua ini, tapi setelah itu apa gunanya dia buat kalian? Dia sudah tidak puny apa-apa lagi. Hanya merepotkan saja. apalagi dia sudah tua dan sakit-sakitan.”“Sedangkan kalau sama aku, aku akan jamin kehidupan kalian. Aku bisa memberi lebih dari yang kakek tua ini berikan. Lagian hidup bukan hanya mengandalan loyalitas tapi ini.” Catty menggesek-gesekkan ujung jempol dan telunjuknya.Pemimpin yang semula
Pagi itu, Andrew terlihat buru-buru. Setelah menyelesaikan sarapannya, dengan langkah lebarnya dia berjalan menuju mobil. Alya menjadi tidak tenang melihatnya. Dia tahu hari ini ada konferensi akbar pebisnis. Mungkin itu yang membuat suaminya gelisah sepagi ini. “Andrew, aku ikut.” Andrew yang hendak masuk ke dalam mobil menoleh dengan mengernyit dahi. “Tumben, memangnya ada apa Sayang?” “Pokoknya aku pengen ikut.” Andrew tidak ada waktu lagi. Maka dia membukakan pintu kepada Alya untuk masuk dan membiarkannya duduk di sampingnya. “Makasih ya Andrew, sudah diizinkan ikut.” Andrew hanya membalas dengan senyum kecil. Wajahnya kembali serius. Sesekali dia melihat ke arah penunjuk waktu di lengannya. Tidak terlambat, tapi entah kenapa perasaanya diliputi dengan kebimbangan. Apalagi nanti dia akan berhadapan dengan Catty dan juga Benny. Adrenalinnya terpacu sekali. Alya menggeser tubuhnya