Share

6. Undangan Bertamu

Penulis: El Baarish
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-22 13:38:03

Bag 6

.

Seperti biasa saat senja menyapa, Dara akan kembali ke rumahnya. Ia akan pulang bersama Ayu karena gadis itu menawarkan akan mengantarkannya ke rumah. Hanya Ayu satu-satunya teman yang paling mengerti keadaan Dara. Gadis itu tak ikut menghakimi hidup Dara seperti yang orang lain lakukan. Saat Dara mengeluh tak ada uang, ia bersedia mengantar jemput agar temannya itu tak harus jalan kaki untuk pulang. Padahal rumah mereka berbeda arah. Bahkan Ayu sering menjadi tempat Dara meminjam uang, tanpa batas kapan harus mengembalikan.

Ayu hanya merasa lebih beruntung dari Dara, jadi ia hanya ingin berbaik hati dengan gadis itu untuk rasa syukurnya.

Saat Dara keluar dari cafe, ia melihat Rayyan sudah tercekat di depan pintu. Dara menatapnya dengan tatapan bertanya, melihat wajahnya kembali ia mengingat perlakuan ibu Rayyan waktu itu. Merendahkan harga dirinya dengan begitu ke ji.

"Aku tunggu di motor, ya," ucap Ayu yang langsung meninggalkan Dara dan Rayyan untuk berbicara berdua.

Dara menghela napas lelah. Entah kenapa Rayyan masih saja mencari-carinya padahal jelas sekali keadaan mereka berbeda, yang membuat peluang untuk bersatu sangat kecil.

"Ada apa, Dok?" tanya Dara.

"Kamu kembali memanggil dengan sebutan itu, ada sesuatu yang terjadi yang mengganggu suasana hatimu?" tanya Rayyan yang menatap Dara. Ia sudah meminta Dara untuk tidak perlu terlalu formal dengan memanggil dokter. Cukup memanggil nama atau dengan embel-embel Mas.

Ingin sekali Dara berkata jujur, bahwa kemarin ibu dari lelaki itu menemuinya, dan dengan tegas mengatakan tidak merestui hubungan keduanya.

"Oke, maaf. Biasa lah, suka lupa." Dara masih tak acuh.

Rayyan mengangguk mengerti. Ia mengajak Dara untuk mengobrol sebentar di kursi memanjang di dekat cafe.

"Mama ngundang kamu makan malam di rumah." Rayyan tersenyum seolah undangan itu menyiratkan lampu hijau dari sang mama. Lampu pertanda akan mendapat restu dari Yasmin selaku orang yang paling kerasa menentang hubungan Rayyan dan Dara.

Dara mengerutkan kening, ia menahan tawa, lalu mulutnya hampir terbuka untuk mengatakan bahwa ia tak datang hanya untuk mempermalukan diri sendiri, hanya untuk direndahkan di depan keluarga Rayyan. Dara tak ingin itu terjadi.

Namun, mulutnya kembali terkatup, sejenak ia menatap Rayyan yang menaruh harapan di wajahnya. Lalu, Dara mengangguk setuju untuk memenuhi undangan Yasmin ke rumahnya. Dara penasaran dengan apa yang akan Yasmin katakan saat mereka bertemu satu keluarga. Apa pun itu, Dara akan mempersiapkan diri.

Sementara Rayyan, ia tersenyum bersamaan dengan anggukan Dara.

*

Esoknya, di sore yang sama, Dara pulang ke rumah Ayu, karena rumah Rayyan dan Ayu sama arahnya. Ia mandi dan berganti baju di sana. Dara awalnya menolak saat Rayyan yang menawarkan diri untuk menjemput karena ia akan datang setelah magrib, tapi akhirnya Dara setuju karena tak tega dengan Ayu yang terlihat kelelahan dan harus mengantarkannya ke rumah Rayyan.

Dalam perjalanan, tak banyak yang mereka bicarakan. Entah mengapa Dara yang biasanya banyak bicara lebih memilih diam dan memikirkan apa dan bagaimana saat ia sampai di rumah itu. Ia memang pernah berkali-kali datang ke rumah calon suaminya dulu, saat mereka mengenalkannya ke orangtua. Dara dengan begitu polos dan percaya diri datang dengan senang hati, lalu saat pulang ia akan menangis karena hinaan mereka. Hinaan dari orang-orang yang merasa terlalu suci, dan menatap Dara seperti kotoran.

Dara pikir, statusnya sebagai anak diluar nikah tak masalah bagi orang lain, karena itu bukan salah ibunya. Bukan karena buta nafsu dan terjerumus dalam pergaulan bebas, tapi ia lahir karena musibah yang semua orang tak bisa menerimanya.

Lama kelamaan, seiring dengan pengalaman pahit yang membuatnya sedikit dewasa, Dara baru mengerti. Bahkan kelahiran, nasab, harta adalah tentang kasta. Kasta tinggi rendah yang direkayasa oleh manusia, standar yang diciptakan oleh manusia, bukan Tuhan. Karena Tuhan tak pernah memandang kasta.

Setelah menempuh setengah jam perjalanan, Dara tiba di rumah Ray.

Dara terpana melihat semua keindahan di sekeliling. Rumah mewah dan megah berdiri kokoh dengan segala ornamen yang menghibur mata. Lalu, Dara tersenyum miris mengingat keadaannya di rumah. Jauh berbeda.

Dara menggeleng pelan. Perbedaan yang bahkan bisa dirasakan dengan menutup mata. Lalu, Rayyan mengatakan akan menikahinya?

Nonsense!

"Jangan bengong, Dara. Yuk masuk!" ajak Rayyan yang langsung melangkah membuka pintu.

Dara mengikuti, hingga saat pintu itu terbuka, Dara sedikit menganga melihat isi di dalamnya. Namun, tentu saja ia tak menampakkan kenorakannya. Ia tahu ciri khas rumah orang kaya layaknya di televisi, tapi ini untuk pertama kali ia melihat secara langsung.

Rayyan mengajak Dara masuk, di dalam sana terlihat Yasmin dan Fahira sedang menunggunya.

Dara duduk setelah dipersilakan. "Oh ini yang namanya Adara? Cantik, kayaknya namanya." Yasmin memuji, diikuti anggukan Fahira yang membenarkan ucapan mamanya.

Sementara Dara sendiri tersenyum geli, dalam hati berkali-kali mencurigai Yasmin. Namun, ia tetap berusaha menyembunyikan senyum sinisnya, hingga yang terlihat hanya senyum manis yang terkembang.

Setelah sedikit mengobrol, Yasmin menyuruh Fahira untuk membantu Simbok yang sedang menyiapkan makan malam. Sedangkan Rayyan disuruh untuk memanggil papa yang sedang sibuk di ruang kerja untuk segera turun dan makan malam.

Tinggallah Dara seorang diri di ruang tamu. Ia ingin membantu Fahira di dapur, tapi sungkan. Sejenak ia hanya mengamati sekeliling interior rumah mewah itu. Lalu, ia pamit sebentar ke toilet untuk sekadar membuang rasa gugupnya.

Beberapa saat kemudian, Dara kembali dari toilet dan ia dipanggil oleh Fahira karena hidangan sudah siap untuk dinikmati. Semua orang berkumpul di sana, kecuali Yasmin.

Kemudian wanita paruh baya itu keluar dari kamarnya yang terletak di lantai bawah, ia memanggil Fahira yang baru saja akan duduk di kursi meja makan dekat Dara.

"Kenapa, Ma?" tanya Fahira menatap bingung mamanya.

"Kamu liat cincin berlian mama, nggak? Yang minggu lalu mama beli itu." Yasmin terlihat resah karena ia sudah mencari cincin itu di semua kotak perhiasan, tapi sama sekali tak ditemukan.

Fahira ingat, cincin berlian berwarna putih mengkilat yang mamanya bilang seharga ratusan juta. Namun, ia sama sekali tak melihatnya.

"Lupa kali naruhnya di mana, Ma!" sahut Rayyan.

"Enggak Ray. Setiap pulang dari suatu tempat, mama pasti masukin ke kotak perhiasan lagi."

Dara hanya diam. Ia bahkan belum duduk di kursi mewah itu, tapi sudah disambut dengan drama kehilangan.

"Bantu mama cariin ya, bisa stress mama kalau cincin itu hilang."

Fahira dan Rayyan mengehal napas lelah. Rasa lapar terpaksa harus ditahan karena harus mencari cincin mama yang hilang. Sementara Damar, masuk ke kamar, bisa jadi istrinya yang lengah dan lupa di mana menaruhnya.

Dara ikut mencari, entahlah. Ia pun tak tahu bagaimana bentuk cincin itu.

Lalu, semuanya berkumpul di ruang tamu. Yasmin bertanya pada semua orang tentang hasilnya, tapi semuanya menggeleng. Hingga wajah itu terlihat makin stress.

Ponsel Dara berbunyi, ia membuka tas dan mengambilnya. Bersamaan dengan ponsel yang terambil, sebuah benda kecil jatuh berdentung di atas lantai mengkilap itu.

Semua orang di sana menatap Dara penuh selidik. Itu cincin milik Yasmin

El Baarish

Up dengan komentar ya đź’ž

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   41. Selesai

    Bab 41“Apa kabar, Liana?” tanya Damar sesaat setelah ia duduk bersama mereka.Liana yang ditanya seperti itu malah diam. Perempuan itu diam cukup lama dengan wajah masih menatap cinta masa lalunya. Menatap lelaki itu dalam-dalam seolah sadar bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya.Lalu, meneteslah air mata di pipinya. Ia tak berkedip, seolah membiarkan air matanya mengalir begitu saja hingga berkumpul di ujung dagunya yang indah itu.Dara dan Rayyan saling menatap. Entahlah, satu sisi mereka merasa bersalah karena telah mempertemukan dua orang yang saling mencintai tapi tak bisa saling memiliki.Itu menyiksa!Namun, dibiarkan tetap jaga jarak dengan pertanyaan yang belum selesai di masa lalu, itu juga lebih menyiksa.Keduanya hanya berharap bahwa orangtua mereka bisa lebih bijaksana layaknya orang dewasa. Ia berharap mereka bisa move on dengan cintanya.Takdir. Ya, ini tentang takdir yang tak membiarkan mereka bersama.Ditatap seperti itu pun, Damar hanya bisa sekuat tenaga meredam

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   40. Selingkuh Hati

    Bab 40Mereka sedang memesan makanan, Liana ikut saja pada Dara terserah mau pesan apa, yang penting bisa dimakan untuk perbaikan gizinya.Lalu, suara Liana mengalihkan pandangan Dara dan Rayyan yang tengah sibuk memilih menu.“Mas Damar …?” lirih Liana sambil menatap lelaki yang berjalan ke arahnya.Damar tersenyum perih melihat cinta masa lalunya yang menatapnya dengan masih penuh cinta seperti waktu dulu. Masih tampak binar itu di matanya.Wajahnya masih sebersih dulu. Matanya, hidungnya. Hanya pipinya terlihat lebih kurus dari yang dulu. Ah, Damar bahkan masih bisa membayangkan indahnya rambut lurus Liana meski saat ini ia sudah memakai jilbab.Dara dan Rayyan juga tersenyum menyambut lelaki itu.“Silakan, duduk, Pa!” kata Rayyan.Selama ini Damar selalu bertanya tentang keadaan Liana pada Ray, karena tak ingin menemuinya secara langsung. Ia tak ingin membuat suasana lebih rumit akan kehadirannya.Namun, hatiny selalu ingin tahu kabarnya.“Gimana keadaan ibunya Dara?” tanyanya wak

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   39. Bertemu

    Bab 39.Rayyan dan Dara semakin sering bertemu karena pengobatan Liana. Seperti hari ini, mereka kembali lagi ke rumah sakit untuk membawa Liana berobat jalan.Dokter bilang agar Liana sebaiknya jangan putus obat dulu meskipun sudah terlihat tenang. Karena yang namanya penyakit bisa saja kambuh lagi kapan saja, seperti penyakit fisik lainnya.Antara merasa sedih atau senang karena Dara dan Rayyan sering bertemu. Saling melepas rindu dalam diam, tapi di lain kesempatan mereka juga saling bersiap-siap untuk berpisah.Rayyan seringkali mengirimkan pesan untuk Dara, hanya sekadar menanyakan kabar ibunya. Meskipun sebenarnya bukan hanya itu yang ingin ditanyakan. Namun, keduanya paham dan saling menjaga batasan. Batasan untuk semakin mencintai satu sama lain.Dara bahkan sering menolak saat Rayyan minta mengantar ke rumah sakit. Sadar diri, bahwa semakin hari ia semakin jatuh dalam rasa cinta dan pesona seorang Rayyan. Jatuh cinta lagi pada kebaikan dan ketulusan Ray.Sementara Rayyan, te

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   38. Objek Trauma

    Bab 38“Maunya kamu apa, Ray?” tanya Yasmin saat mereka hampir selesai sarapan pagi.Ray menautkan alis sejenak, terlihat bingung.“Maksudnya apa, Ma?” Rayyan balik bertanya.“Kamu apakan Sandra sampai dia nangis?” Rayyan tersenyum miris dan sinis. Yasmin yang melihat itu, merasa putranya sudah sama seperti Dara saja. Yasmin masih selalu terbayang tawa sumbang dan senyum sinis gadis itu.Sangat memuakkan baginya. Gadis miskin yang sombong!“Sandra ngadu ke mama?” tanya Rayyan.“Kebetulan mama ketemu dia lagi nangis,”“Berarti mama udah tau dong jawabannya.”Damar yang saat itu juga sedang berada di meja makan, menatap Rayyan agar tak membuat keributan dengan mamanya pagi-pagi seperti ini.Rayyan paham. Yang ia tak habis pikir adalah kenapa Sandra terkesan malah menjadi-jadi. Ini ulah mama, atau memang Sandra yang terlalu menginginkan pernikahan itu.Padahal terang-terangan Sandra tahu bahwa Ray tak bisa mencintainya.Itu bukan seperti Sandra yang dia kenal.“Aku mulai risih sama dia,

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   37. Cinta Lama

    Bab 37“Gimana kabar ibumu, Dara?” tanya Damar saat Dara mengajaknya bertemu di suatu tempat.Mereka duduk di dekat taman yang jauh dari pusat kota, agar tak tertangkap oleh mata-mata Yasmin.“Alhamdulillah, Pak. Jauh lebih baik,” jawab Dara.Damar mengangguk-anggukan kepala, bahagia mendengar kabar Liana. Mendengar namanya saja disebutkan, seolah kembali menggetarkan cinta lamanya.Namun, Damar berusaha untuk tetap pada komitmen yang telah dibangunnya bersama Yasmin. Ia bukan lagi anak muda yang masih mengedepankan ego. Ini tentang harga diri, janji dan tanggung jawab.Dara mengamati raut wajah lelaki paruh baya di depannya. Ia mengerti betapa cinta itu masih menyala dalam binar mata itu. Namun, kembali ke konsep semesta, bahwa adakalanya pertemuan bukan untuk penyatuan, tapi untuk sekadar berkenalan dengan rasa, jatuh cinta, lalu rindu, dan kemudian terpisahkan oleh banyak sebab.Dara jadi sedikit meringis mengingat perasaannya untuk Rayyan. Mungkin akan berakhir seperti itu juga.

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   36. New Normal

    Bab 36“Kondisi Liana makin membaik, tapi saya lihat dia masih suka nangis kadang-kadang, mungkin mengingat kejadian yang menimpanya di masa lalu,” kata Dokter saat Dara dan Rayyan menemuinya sore ini.“Kalau memang tidak memungkinkan untuk ditanyai tentang itu, jangan ditanya, jangan diungkit, karena itu bisa menyebabkan mentalnya down lagi.”“Apalagi bertanya tentang pelaku, sebaiknya jangan dulu, tunggu keadaannya benar-benar pilih,” tambah dokter paruh baya itu.Dara mengangguk mengerti. Memang kebenciannya untuk pelaku sangat memuncak sejak dulu. Ia ingin sekali ibunya membuka mulut tentang siapa pelakunya, dan Dara akan memberikan hukuman untuknya.Hanya Liana sebagai korban yang tahu siapa pelakunya, sementara orang lain, orang di desa mereka dulu, tidak ada yang tahu.Herman sudah mencari tahu itu, ia pernah mengumpulkan warga desa dan bertanya satu persatu. Juga mencari tahu dengan cara lain, takut jika warga ada yang berbohong.Namun, sepertinya mereka jujur, karena rata-rat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status