Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" ucap Dedi dari ruang kerjanya di dalam mension mewahnya.
"Permisi Tuan, ini semua laporannya dan dapat tuan periksa terlebih dahulu." jelas tangan kanan Dedi.
"Tidak usah, kau bisa kembali ke tempat kerjamu," ucap Dedi yang sedang duduk di kursi kebesarannya.
Dedi mengalihkan pandangannya menuju sebuah dokumen yang diberikan oleh tangan kanannya. Dedi khawatir dengan keadaan Dila yang sepanjang hari terus mengurungkan diri. Akhirnya, Dedi berinisiatif untuk menyuruh tangan kanannya agar dapat melakukan pencarian terhadap Dissa bersama Daniel.
Dedi mengambil beberapa dokumen kertas yang berada di atas mejanya dan ia mulai membuka lembar demi lembar untuk dibacanya dan betapa terkejutnya Dedi saat membaca laporan dari tangan kanannya bahwa Dissa sedang diculik oleh seorang pengusaha bernama Kenzo Albert dan berada di kota yang dipenuhi oleh virus mematikan.<
Ting!Pintu lift terbuka dan Diki berjalan keluar lift. Baru saja, ia melangkahkan kaki berjalan keluar lift, ia mendengar suara teriakan histeris dari Daniel, Criss, dan Budi."Izinkan aku memberikan vaksin ini kepada Dissa," ucap Diki meminta izin di depan Daniel. Daniel mengangguk dan melihat Diki sedang mendudukan diri dan mengambil beberapa alat suntik dari saku celananya.Diki mengarahkan jarum suntik itu di lengan kiri Dissa dan ia berhasil memberikan satu vaksin. Menurut takaran yang ia pelajari, jika Kenzo memberikan suntikan langsung ke dalam tubuh orang lain maka orang itu harus menerima vaksin sebanyak tiga suntikan. Diki mengambil alat suntik itu lagi dan mulai menyuntikkan ke arah tubuh Dissa.Terakhir, Diki pun melakukan hal yang sama untuk menyuntikkan Dissa dan tubuh Dissa yang dipenuhi oleh berbagai guratan berwarna biru. Sedikit demi sedikit telah hilang dan memudar.
Dila berdiri dari duduknya sambil mengangkat dua plastik besar yang berisi beberapa peralatan pakaian dan barang branded yang tidak dibutuhkannya. Dila menaruh plastik itu di atas meja dan ia mengambil telepon mension yang letaknya di atas meja sofa kamarnya."Bisakah kau memanggil semua maid untuk berkumpul di ruang keluarga." ucap Dila melalui telepon mension."Baik Nyonya." jawab Kepala Maid."Dan satu lagi, cepat datang ke kamarku. Bantu aku membawakan plastik besar ini." titah Dila mulai menutup panggilan dari telepon mension.Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini kepala maid datang untuk membawakan kedua plastik hitam ukuran besar di kedua tangannya."Ayo cepatlah, jangan lambat seperti siput." titah Dika berjalan memimpin dan diikuti kepala maid yang berada di belakangnya."Iya Nyonya." jawab Maid itu cepat dan terus mengikuti langkah kaki Nyonya bes
"Baiklah, terima kasih atas informasinya dan bisakah kau memberikan tempat penyimpanan vaksin itu. Aku sangat membutuhkannya sekarang, adikku sedang terjangkit virus dari senjata biologis dan ia tidak punya waktu yang banyak lagi untuk diobati. Jika terlambat, maka temanku akan berubah menjadi mayat hidup. Dunia pun akan berubah dengan keadaan yang tidak baik-baik saja dan dipenuhi oleh mayat hidup yang berkeliaran dimana-mana." jelas Diki panjang lebar di hadapan Lela."Hem..." deheman Lela."Ayolah, aku tidak menipumu. Aku lelaki baik-baik dan pastinya masih sendiri. Apakah kau tidak mau membantuku untuk berbuat kebaikan dengan menolong kehidupan orang lain. Pahalanya besar loh kalau menolong orang yang sedang kesusahan." bujuk Diki menyentuh telapak tangan Lela.Lela yang menerima sentuhan dari Diki, ia merasa tersipu malu. "Baru kali ini, aku dihargai oleh orang lain. Walaupun aku hanyalah anak dari seorang maid teta
"Kakak," ucap Dissa pelan membuka kedua matanya yang terlihat sayup."Kau jangan bergerak dulu, tubuhmu masih lemah dan kau cukup diam saja. Nanti aku akan menyuruh Daniel untuk mengangkat tubuhmu menuju ruang kesehatan di dalam helikopter." titah Diki menatap wajah pucat Dissa.Dissa mengangguk setuju dan ia menatap ke sekelilingnya. Ia menoleh ke arah Daniel yang memberikan senyuman paksa ke arahnya."Terima kasih kak, kau sudah menyelamatkanku," ucap Dissa tulus."Tidak perlu mengucapkan terima kasih padaku, aku lah yang berterima kasih padamu karena mau mengakui diriku sebagai kakakmu. Aku sangat bahagia, kau datang dengan sendirinya untuk menemui ku walaupun secara tidak langsung. Aku sangat bersyukur, aku diberikan kesempatan untuk bertemu dengan keluargaku." balas Diki dengan mengeluarkan buliran kristal yang membasahi wajah tampannya.Daniel berjalan menuju ke arah Diki d
Dila berdiri dari duduknya sambil mengangkat dua plastik besar yang berisi beberapa peralatan pakaian dan barang branded yang tidak dibutuhkannya. Dila menaruh plastik itu di atas meja dan ia mengambil telepon mension yang letaknya di atas meja sofa kamarnya."Bisakah kau memanggil semua maid untuk berkumpul di ruang keluarga." ucap Dila melalui telepon mension."Baik Nyonya." jawab Kepala Maid."Dan satu lagi, cepat datang ke kamarku. Bantu aku membawakan plastik besar ini." titah Dila mulai menutup panggilan dari telepon mension.Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini kepala maid datang untuk membawakan kedua plastik hitam ukuran besar di kedua tangannya."Ayo cepatlah, jangan lambat seperti siput." titah Dika berjalan memimpin dan diikuti kepala maid yang berada di belakangnya."Iya Nyonya." jawab Maid itu cepat dan terus mengikuti langkah kaki Nyonya bes
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dari negara Amerika menuju ke Indonesia. Akhirnya, tibalah mereka di tanah kelahiran. "Alhamdulillah, perjalanan kita berjalan dengan lancar dan selamat sampai tujuan," ucap Daniel meregangkan kedua ototnya yang terasa pegal. Untunglah Daniel pernah belajar menyetir helikopter kalau tidak ia tidak membayangkan bagaimana caranya untuk menyelamatkan Dissa dan Jesika. Dissa bangun dari tempat tidurnya dan ia berusaha berdiri. "Kau jangan banyak bergerak dulu, jika kau butuh apapun bisa langsung memanggilku." imbuh Nick yang sedang menjaga Jesika dan berjalan menuju ke arah Dissa. "Aku sudah baik-baik saja dan tolong ambilkan aku air putih karena tenggorokanku terasa haus." jawab Dissa menatap kedua bola mata Nick yang berdiri di depannya. "Sayang,Apakah masih terasa sakit?" tanya Daniel yang berdiri mendekati Dissa. Dissa tersenyum dan ia menatap wajah tampan Daniel. "Aku merasa lebih ba
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dari negara Amerika menuju ke Indonesia. Akhirnya, tibalah mereka di tanah kelahiran."Alhamdulillah, perjalanan kita berjalan dengan lancar dan selamat sampai tujuan," ucap Daniel meregangkan kedua ototnya yang terasa pegal.Untunglah Daniel pernah belajar menyetir helikopter kalau tidak ia tidak membayangkan bagaimana caranya untuk menyelamatkan Dissa dan Jesika.Dissa bangun dari tempat tidurnya dan ia berusaha berdiri."Kau jangan banyak bergerak dulu, jika kau butuh apapun bisa langsung memanggilku." imbuh Nick yang sedang menjaga Jesika dan berjalan menuju ke arah Dissa."Aku sudah baik-baik saja dan tolong ambilkan aku air putih karena tenggorokanku terasa haus." jawab Dissa menatap kedua bola mata Nick yang berdiri di depannya."Sayang,Apakah masih terasa sakit?" tanya Daniel yang berdiri mendekati Dissa.
Budi turun dari helikopter itu dan ia membawakan kedua tas yang dipegangnya. "Criss, cepatlah! Kau lama sekali aku sudah tidak sabar lagi untuk pulang menemui Mama ku tersayyy..." ucapan Budi terhenti saat menatap beberapa orang yang sedang melakukan adegan teletabis yang letaknya tidak jauh darinya.Budi mengerutkan keningnya dan ia menaruh kedua tas itu di atas lantai. Budi mengamati mereka dengan seksama. Dari kejauhan, Ia menatap Diki menangis di dalam pelukan Tuan Dedi dan bergantian Diki memeluk Dissa di depan Daniel."Apa yang sedang Diki lakukan itu? Tumben sekali, Daniel tidak mengeluarkan aura mematikannya.Criss yang baru saja menyelesaikan hajatnya, ia keluar dengan membawakan tas koper beserta tas ransel yang dikenakannya. Criss melangkahkan kakinya keluar pintu helikopter dan ia melihat Budi termenung di tempat."Hey! Apa yang kau lihat?" tanya Criss yang berhasil mengagetkan Budi yang