Share

Bab 2

Mobil kembali dihidupkan dan suara manis Tina bersenandung berkata, “Ok, apakah kamu sudah tersadar? Tenang saja, aku akan mencarikan pengacara terhebat di kota ini untuk mengurus perceraianmu. Setelah itu aku carikan kakak tampan untuk kamu bersenang-senang.”

Aluna meminta Tina mengantarnya kembali ke Britan Residence. Vila yang ada di perumahan tersebut merupakan rumah pernikahan Aluna dan Jason. Tiga tahun yang lalu, mereka berdua sudah tinggal di sana semenjak menikah. Namun, Jason sering sekali tidak kembali ke rumah mereka.

Semua perabotan dan rancangan rumah ini dipilih dan dibeli sendiri oleh Aluna. Dulu dia juga membayangkan bahwa dirinya dan Jason akan tinggal di sana selamanya. Meski keinginannya untuk menikah dengan Jason terkabul, Aluna tidak berhasil meluluhkan hati lelaki itu selama tiga tahun ini.

Dia membuka pintu sambil memikirkan kembali kejadian yang lalu. Begitu pintu terbuka, sebuah suara manja yang cukup familiar terdengar di telinganya.

“Kak Jason, pengering rambut ada di mana? Aku nggak menemukannya.”

Tubuh Aluna menegang kaku dan tangan yang memegang pintu tampak memutih karena dia terlalu kuat mencengkeramnya. Perempuan itu berjalan masuk secara perlahan dan menatap ke arah lantai dua.

Tampak tubuh kecil seorang perempuan yang hanya terlilit selembar handuk. Pundaknya yang putih mulus dan kakinya yang jenjang terpampang nyata di hadapannya. Julie tampak terkejut dan salah tingkah ketika melihat sosok Aluna. Bahkan dia sengaja memasang wajah polos dan tidak bersalah.

“Kak Aluna, kamu sudah pulang?”

Lelaki yang tengah duduk di sofa langsung menegakkan tubuhnya. Wajah bak malaikat itu menatap ke arah Aluna dengan dingin ketika mendengar ucapan Julie.

Keningnya berkerut ketika melihat perban di kening Aluna. Kaki jenjangnya melangkah mendekat. Tatapan Aluna terhalangi sebuah bayangan. Dia tersenyum masam pada dirinya sendiri. Aluna hanya melirik ke arah perempuan itu, tetapi Jason sudah buru-buru menghalanginya.

“Kepalamu kenapa?” tanya lelaki itu dengan dingin. Tidak ada kehangatan selayaknya seorang suami.

Aluna teringat ketika dia mengetahui keberadaan Julie, dia pernah mencari perempuan itu. Kala itu kebetulan Jason sedang bersama dengan Julie. Tatapan dan nada bicara lelaki itu pada Julie sangat lembut dan penuh sayang. Sebagai istri sah Jason, Aluna belum pernah diperlakukan dengan serupa.

Benar, dia sebagai istri sah lelaki itu tetapi lebih seperti mirip seorang penguntit yang bisa mengikuti mereka dari jauh. Sungguh konyol sekali.

“Bicara!” ujar Jason dengan tidak sabar karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Aluna.

Dia mendongak dan tatapannya bertemu dengan iris gelap milik Jason. Rasa tidak rela mulai membuncah dalam hatinya. Dia mengulum bibirnya yang pucat dan bertanya, “Kemarin malam kamu di mana?”

Aluna tahu di mana keberadaan lelaki itu. Namun dalam hatinya tetap ingin menuntut sebuah jawaban. Jason terlihat tidak menyukai pertanyaan tersebut. Wajahnya berubah keruh dan bertanya, “Aku ada di mana, nggak ada hubungannya denganmu.”

Jawaban yang begitu dingin membuat hati Aluna berdenyut perih. Dia kembali berkata, “Kamu tahu nggak kemarin ….”

“Kak Aluna,” potong sebuah suara merdu. Sebelah tangan Julie manahan handuk di depan dadanya, dan sebelah tangannya lagi menarik lengan Jason. Dia tersenyum manis sembari berkata, “Kemarin malam Kak Jason menemaniku merayakan ulang tahun.”

Aluna menyunggingkan senyum sinis. Setelah merayakan ulang tahun, mereka pasti menghabiskan malam di kamar sehingga tidak menghubunginya sepanjang malam.

Dia merasa seluruh energinya sudah habis terkuras. Sekarang dia hanya merasa sangat lelah. Karena sudah memutuskan untuk cerai, untuk apa dia menuntut sebuah jawaban dari lelaki itu?

Aluna melangkahkan kakinya dan bersiap untuk pergi. Namun lengan tangannya ditarik oleh Jason. Kening lelaki itu berkerut dalam dan berkata, “Aluna, sikapmu yang mati segan hidup pun tak mau ini mau kasih siapa lihat?”

Kebersamaan mereka berdua karena sebuah kecelakaan yang terjadi baru mereka menikah. Dalam benak Jason selalu menganggap bahwa semua ini adalah rencana Aluna. Meski selama tiga tahun ini perempuan itu menjadi istri yang baik, hal itu juga tidak bisa mengubah sikap licik dalam diri perempuan itu.

Sikap menyedihkan Aluna sekarang tentu saja hanya dianggap sebagai sebuah tipuan belaka bagi Jason. Namun sandiwara perempuan itu kali ini sudah terlalu berlebihan. Bahkan dia sengaja menggunakan perban di keningnya.

Memikirkan tadi Jason sempat khawatir membuat sorot mata lelaki itu sedikit menggelap. Dia mengangkat tangannya dan menarik perban tersebut untuk membongkar sandiwara perempuan itu.

Aluna secara refleks menghindar, tetapi dia tidak menyadari ada meja di sampingnya. Siku tangannya menabrak meja dan rasa sakit langsung menghantam bagian lukanya. Dia mengangkat tangan dan tanpa sengaja mengenai sebuah vas bunga.

Vas bunga tersebut jatuh dan mengeluarkan suara cukup nyaring. Seketika pecahan dari keramik vas tersebut berserakan di lantai.

“Aaahh!” teriak Julie sambil bersembunyi di punggung Jason.

“Kak Aluna, ini vas bunga yang baru dibeli oleh Kak Jason.”

Wajah Aluna tampak memucat. Sikapnya tadi membuat Jason pasti mengira dia sengaja berpura-pura sakit dengan sengaja menempelkan perban. Bagaimana pun, dia pernah melakukan hal yang lebih menjijikkan dari ini.

Rasa benci lelaki itu pada Aluna semakin dalam. Emosinya memuncak hingga ke ubun-ubun. Apakah Aluna merasa dirinya bisa berkali-kali dipermainkan?

Di bawah pengaruh emosi, dia menekan pundak Aluna dan menarik perban yang begitu mengganggu penglihatan Jason. Luka paling parah kebetulan ada di kening perempuan itu. Dokter mengatakan kemungkinan akan meninggalkan bekas.

Semua darah dan obat dari lukanya menempel di perban perempuan itu. begitu ditarik, Aluna merasakan seperti kulit kepalanya tengah ditarik secara paksa. Dia merintih kesakitan hingga air mata meleleh dari sudut matanya.

Jason tidak menyangka jika perempuan itu beneran terluka. Dia tercenung sesaat dan mendadak merasa perban di tangannya begitu panas.

“Ah! Keningnya Kak Aluna memang ada luka besar,” seru Julie sambil menutup mulutnya. Dengan suara ketakutan dia berkata, “Apakah wajahnya rusak?”

Mata Jason memicing dan dengan dingin serta tajam dia berkata, “Aluna, kamu sudah ada peningkatan. Sekarang mau sandiwara ternyata cukup totalitas.”

Bagi perempuan, wajah adalah harta mereka semua. Bagaimana mungkin Aluna melukai wajahnya sendiri seperti ini? Semua bayangan akan kejadian tiga tahun ini berputar dalam kepala Jason. Mendadak lelaki itu merasa sangat benci pada Aluna.

Sedangkan Aluna merasa ulu hatinya tengah ditusuk dengan pisau oleh Jason. Rasa sakitnya hingga membuat dia tidak bisa berbicara. Sedangkan ekspresi lelaki itu terlihat dingin dan cenderung jengah.

Langkah kaki Aluna terhenti. Dia menunduk sambil mengulas senyum pahit. Lelaki ini tidak ada bedanya dengan lelaki yang dia temui di rumah sakit tadi. Sambil berpikir, dia melangkah ke arah kamarnya.

Ketika tiba di depan pintu kamar, wajahnya semakin pucat pasi. Kamarnya yang semula rapi mendadak berubah berantakan. Sprei yang berwarna biru sudah terbuka dan tidak beraturan. Di bawah kasur ada terusan berwarna putih dan dalaman berwarna merah muda. Sedangkan di lantai terdapat dalaman dengan warna senada.

Suasana di ruangan tersebut sangat intim sekali.

Semua produk perawatan miliknya berserakan di atas meja rias. Bahkan kamarnya dipenuhi aroma bunga kesukaannya yang berasal dari sabun mandi yang dia sukai. Tubuh Aluna terhuyung ketika menyaksikan itu semua. Kuku tangannya menusuk telapak tangannya sendiri.

Dia yang sebagai istri Jason bahkan masih hidup. Lelaki itu sudah mengajak Julie dengan terang-terangan masuk ke kamarnya. Kemungkinan mereka sudah berhubungan di kasur ini. Sungguh sangat menjijikkan sekali!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status