Di saat yang bersamaan seorang wanita muncul. Itu wanita yang bersama dengan William di kamar tadi dan sosok wanita yang baru saja Olivia khawatirkan.Olivia dengan cepat membalik tubuhnya, wanita itu tidak boleh melihat wajahnya.“Aku harus pergi,” bisik Olivia pada Daniel lalu berlari meninggalkan tempat itu.Namun saat Olivia hendak benar-benar pergi dari tempat itu tiba-tiba suara tamparan yang cukup keras terdengar. Olivia sontak menghentikan langkahnya dan mengintip dari balik semak.Terlihat wanita itu kini tersungkur di hadapan Daniel dengan darah segar yang mengalir di sudut bibirnya.“Hey Elia melakukan tugas mudah seperti itu saja kau tidak becus dan malah bermain-main seenakmu!” bentak Daniel.Kemudian Daniel jambak rambut Elia hingga wanita itu meringis kesakitan. Olivia sontak ternganga melihat pemandangan yang baru saja terjadi di hadapannya. Entah mengapa kekhawatiran Olivia tentang apa yang akan dilakukan Daniel terhadap Elia terwujud benar.Buru-buru Olivia mengeluar
“Kalau begitu aku akan bersiap-siap,” ucap William lalu melepaskan pelukannya.Namun kali ini Olivia yang malah menarik tubuh William dan memeluknya dengan manja.“Kenapa kamu tidak istirahat saja bersamaku dan biarkan Jimmy yang pergi mengurusnya?” pinta Olivia seraya memainkan jemarinya di atas dada bidang William. “Apa kamu tidak mau bersenang-senang denganku?” tanya Olivia dengan memasang wajah memelas yang terlihat menggemaskan di mata William.Senyuman pun merekah di wajah pria itu. Ia tahu apa yang dimaksudkan Olivia. Kemudian William mulai mendekatkan wajahnya dengan Olivia seraya salah satu tangannya memegangi wajah mungil Olivia.Olivia terlihat antusias dan langsung menutup matanya sebagai tanda ia akan memberikan dirinya hari ini pada pria itu. Wajah William semakin mendekat, semakin mendekat dan ia kecup wajah Olivia seraya tersenyum jahil.Olivia kembali membuka kelopak matanya dan menatap William dengan wajah terlipat.Sedangkan William malah terkekeh-kekeh puas menjahi
“Sudah kami lakukan, kita tinggal menunggu hasilnya dari tim IT,” ujar Raka yang membuat Olivia semakin panik.Di saat yang bersamaan pintu ruangan diketuk dari luar ruangan dan tak lama seorang pria muncul dari balik pintu dan membawa sebuah flashdisk di tangannya.Mata Olivia membulat begitu menatap benda kecil itu. Dengan cepat ia berisaha memikirkan sesuatu dan....Tiba-tiba saja tubuh Olivia terhuyung ke arah pria yang membawa flashdisk. Si pria itu tentu saja dengan spontan langsung berusaha menangkap tubuh Olivia yang hampir beradu dengan lantai ruangan dan membuat pria itu menjatuhkan flashdisk yang digenggamnya.Karena pria itu sedikit terlambat bereaksi karena tidak menduganya alhasil mereka tetap terjatuh.“Apa Anda baik saja?” tanya pria itu dengan raut wajah yang masih terkejut. William dan Raka juga tidak kalah heboh mereka segera memekik menyerukan nama wanita itu dan bergegas mendekati Olivia.Beruntung flashdisk itu tergeletak di dekatnya dan tanpa banyak berpikir la
“Kau mengatakan tentang tersangka wanita saat di kantor polisi tadi. Apa ada wanita yang bersamamu malam itu?” tanya Olivia.William mengela napas berat, “Aku juga tidak yakin, tapi... entahlah itu benar terjadi atau tidak,” jawab William seraya memutar kemudi. Matanya fokus menatap jalanan di depannya yang terbilang cukup padat.“Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?” selidik Olivia.Sebenarnya Olivia tidak begitu peduli William tidur dengan siapa, yang ingin ia ketahui adalah apakah pria itu mengingat wanita malam itu atau tidak. Tapi sepertinya William tidak mengingatnya.“Apa kamu melihat wajahnya?” tanya Olivia lagi.“Sepertinya tidak karena aku tidak mengingat apa pun. Aku tidak yakin Olivia.” Kali ini William mengalihkan pandangannya dan menatap Olivia seraya tersenyum jahil, “Apa kamu cemburu?” celetuknya.Olivia mendengus dalam hatinya, mengapa juga ia harus cemburu? Bagi Olivia perasaan semacam itu sudah tidak ada lagi untuk William. Hanya ada amarah dan kebencian yang mem
BAB 21Setelah beradu pandang dengan William, Elia segera memutar tubuhnya dan hendak melarikan diri tanpa mempedulikan lagi barang-barang miliknya. Namun begitu ia melangkah William langsung mencekal lengannya. “Sepertinya kita pernah bertemu,” ucap William seraya menyelidik Elia dari rambut hingga ujung kaki. Elia berusaha menepiskan genggaman tangan William, “Ga mungkin, kayanya kamu salah orang,” Elia berusaha berkelit. “Tidak mungkin, lagi pula sepertinya kau mengenalku saat barusan melihat wajahku....” “Ga usah ngaco deh lagian kamu ini siapa?” tukas Elia dengan cepat sambil berusaha melepaskan genggaman tangan William, tapi itu sulit William menggenggamnya dengan erat. “Pesta pembukaan hotel Saphire. Apa kau....” “Will hentikan kamu membuatnya takut,” sela Olivia memotong perkataan William dan buru-buru melepaskan genggaman tangan William pada wanita itu. Saat genggaman tangan William berhasil terlepas Elia pun segera melarikan diri dan membuat William termangu menatap w
Suasana di kediaman William tampak hening, William juga terlihat sudah tertidur pulas. Namun lain halnya dengan Olivia yang masih terjaga. Sejak awal Ia hanya pura-pura memejamkan matanya. Setelah yakin bahwa William sudah tertidur Olivia pun bangkit. Ia diam-diam mengganti pakaian lalu pergi meninggalkan ruangan.‘Mari bertemu di tempat kerjamu agar tidak ada yang mencurigaimu, kita tidak tahu bisa jadi Daniel mengirim orang untuk membuntutimu sepanjang hari,’ pinta Olivia dalam pesannya yang ia kirim pada Elia.Setelah itu Olivia berjalan menuju pintu utama. Saat Olivia menyentuh gagang pintu tiba-tiba William memeluk tubuhnya dari arah belakang.Olivia sontak membeku dan menurunkan lagi tangannya. ‘Sejak kapan dia mengikutiku? Bukankah dia sudah tidur?’ rutuk Olivia dalam hatinya.“Sudah hampir tengah malam, kamu mau ke mana Olie?” tanya William dengan suaranya yang serak.“Ah... aku... tidak bisa tidur, jadi ingin berjalan-jalam sebentar,” balas Olivia terbata-bata.“Kalau begitu
“Kalau kamu tidak mengizinkanku, aku akan melakukannya sendiri.” Olivia berkata tegas.Tentu saja hal itu semakin membuat William serba salah. Mau bagaimana pun ia tidak ingin melibatkan Olivia dalam persoalan ini.“Olie tidak bisa....”“Aku tidak peduli, aku akan tetap melakukannya. Jadi pilihlah aku melakukannya sendiri atau kita lakukan ini bersama?” ancam Olivia, “Aku tidak bisa diam saja Will, aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu. Bukankah akan lebih baik kalau kita bisa melakukannya bersama?”Walaupun mulutnya bertutur manis tetapi dalam hatinya Olivia tidak ingin mengatakannya. Jika bukan karena melindungi posisinya sendiri dan memastikan kesalamatan Elia, Olivia tidak sudi mengeluarkan ucapan seperti itu pada sosok yang telah merenggut nyawa Selena.William mengembuskan napas berat, wajahnya tampak kalut beberapa kali ia usap wajah mulusnya.“Baiklah,” ucap William dengan berat hati. “Tapi kamu harus berjanji jika semuanya semakin rumit dan berbahaya kamu akan berhenti
Di dalam mobil William dan Raka menunggu Olivia seraya mendengarkan baik percakapan antara Olivia dan Elia.Namun wajah Raka tampak berkerut, berkali-kali ia memiringkan kepalanya.“Sepertinya ada yang aneh,” ujar Raka.“Aneh bagaimana maksudmu?”Raka melepaskan headset yang tertaut di telinganya, kemudian pria itu memakai topinya dan keluar dari mobil.“Aku akan memeriksanya.” Tanpa menunggu respon dari William, Raka berlalu begitu saja meninggalkan William yang masih kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi saat ini.William berdecak kesal, ia juga melepas headset yang terpasang di sebalah telinganya kemudian menggunakan hodie miliknya dan berlari menyusul Raka.***“Jadi bagaimana? Bukankah kamu tidak punya banyak waktu untuk berbincang denganju seperti ini. Polisi yang datang bersama suamimu akan segera menyadari kalau suara yang ia dengar bukan percakapan sungguhan kita melainkan hanya sebuah rekaman.” Elia mengankat kedua alisnya.“Baiklah, tapi kau harus benar-benar menep