Share

bab 15

Author: Pita
last update Last Updated: 2025-10-06 08:19:25

Matahari pagi menembus kaca patri istana, mewarnai ruangan dengan kilau merah keemasan. Namun, keindahan itu tak mampu menyingkirkan rasa gelisah yang sejak malam tadi terus menghantui hati Pangeran Mahkota Jagatra Eduardo Batistuta.

Ia terbangun dari tidur yang tak nyenyak. Mimpi buruk kembali datang bayangan gelap, tawa dingin saudara-saudaranya, dan wajah Audina yang perlahan memudar, seolah direnggut dari dirinya. Jagatra terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.

“Kenapa… aku selalu merasa seperti akan kehilangan sesuatu?” gumamnya pelan, menatap tangannya yang bergetar.

Kenangan masa lalu pun ikut muncul. Luka lama saat ia kecil ketika sang ayah, Raja William, memalingkan wajah dari keberhasilannya, memilih memuji adik-adiknya. Luka itu tak pernah sembuh, dan kini kembali terasa perih.

Di ruang makan utama, Jagatra berusaha menutupi kegelisahannya dengan senyum sopan. Namun, tatapan tajam Kaesar Avdar yang terus mengawasinya membuat dadanya sesak. Seolah setiap gerak-g
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 37 Ratu yang tak peduli.

    Malam kini semakin larur dan Istana kini terasa sunyi, hanya ada suara gesekan angin malam yang menyusup melalui celah jendela.Di sebuah ruangan pribadi yang dipenuhi aroma bunga kering dan wewangian mahal, Ratu Ardelia duduk di depan cermin besar. Jemarinya menyisir rambutnya perlahan, ekspresinya tenang… terlalu tenang.Pintu diketuk sekali.“Masuk,” ucap Ratu Elean datar.Jagatra masuk dengan langkah pelan, meski suaranya terdengar penuh keyakinan “Ibu.”Ardelia menatapnya dari refleksi cermin, tanpa berbalik. “Ada apa?”Jagatra berdiri di belakangnya. Tatapannya sulit dibaca. “Tentang rumor mengenai Audina. Aku berencana menyelidiki langsung.”Sisir di tangan sang ratu terhenti sejenak. Tapi hanya sebentar, lalu kembali bergerak seperti tak terjadi apa-apa.“Jika itu hanya soal seorang pelayan, kau tidak perlu repot, Nak,” ujar Ardelia tenang. “Kerajaan punya hal yang lebih penting daripada ikut campur dalam urusan kecil dan mengotori reputasi keluarga raja karena seorang gadis k

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 36 Ditertawakan.

    Suasana ruang makan keluarga kerajaan malam itu terasa jauh dari hangat. Lilin-lilin besar menyala dengan tenang, menyebarkan cahaya keemasan ke seluruh ruangan, tapi atmosfer di dalamnya terasa seperti dingin yang disengaja.Jagatra duduk dengan wajah datar, nyaris tak menunjukkan emosi. Ia makan tanpa benar-benar merasa lapar. Sementara itu, Kaesar duduk tidak jauh darinya, tampak santai… mungkin terlalu santai.Ratu Ardelia memperhatikan kedua putranya. Ia tahu suasana aneh ini bukan sekadar karena kasus tuduhan yang menimpa seorang pelayan. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang tumbuh diam-diam, berlapis luka dan ambisi.Setelah beberapa saat, Kaesar menaruh sendoknya. “Kakanda tampak tidak tenang,” ujarnya ringan, seolah tidak bermaksud apa-apa.Jagatra tidak menjawab ia hanya diam sambil terus memakan makanannya.“Apa karena pelayan itu?” Kaesar mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, senyumnya sangat tipis. “Oh… atau lebih tepatnya wanita itu.”Sunyi tiba-tiba menggantung t

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 35 Api kecil ditengah malam.

    Malam di istana terasa lebih dingin dari biasanya. Langit begitu gelap, nyaris tanpa bintang. Udara membawa kesunyian yang aneh, seolah tengah menyimpan rahasia besar yang menunggu untuk pecah kapan saja.Jagatra berdiri sendirian di balkon kamarnya. Jubah tidurnya terayun pelan tertiup angin. Matanya tak fokus melihat halaman istana yang diterangi obor. Dalam pikirannya, bayangan wajah Audina muncul lagi dan lagi mata yang sempat ketakutan ketika ia dituduh, bibir yang berusaha kuat meski jelas gemetar.“Tuduhan mereka… adalah caramu melukaiku juga, Kaesar,” gumamnya pelan, suaranya mengandung rasa sakit yang ia tahan sendirian."Menyakiti orang yang aku cintai sama saja kalau kau menyakitiku, apa itu tujuanmu yang sebenarnya Kaesar."Tangannya mengepal di pagar marmer. Meski ia tak mengatakan apa pun di hadapan keluarganya, amarah itu tidak hilang. Justru malam ini, ia mulai menyadari sesuatu bahwa jika ia terlalu lama diam, maka ia akan terlalu lama menerima luka tanpa melawan.Nam

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 34 Audina Dituduh.

    Angin sore berhembus pelan di halaman istana, tapi suasananya jauh dari tenang. Di ruang rapat kecil yang biasanya digunakan para penasihat kerajaan dan beberapa bangsawan berkumpul. Wajah mereka serius, sebagian malah tampak seperti menunggu pertunjukan yang menarik.Di meja utama, Kaesar duduk dengan ekspresi datar tapi penuh kendali. Di sebelahnya, seorang pejabat istana muda bernama Lord Amsyar yang dikenal licik dan ambisius membuka gulungan laporan dengan suara lantang.“Ada laporan dari penjaga wilayah timur kota. Seorang gadis rakyat biasa… disebut-sebut sering terlihat bersama Pangeran Jagatra di luar istana.”Ruang itu seketika dipenuhi gumaman pelan.Kaesar tampak terkejut, tapi terlalu halus untuk terlihat seperti benar-benar terkejut. Cristian, yang duduk bersandar tidak jauh dari situ, hanya menatap dengan tatapan penuh analisa… seolah ingin melihat ke arah mana arah angin akan berhembus.Lord Amsyar melanjutkan dengan nada yang dibuat penuh khawatir.“Dikabarkan bahwa

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 33 Jagatra Dicemooh?

    Pagi itu, ruang latihan prajurit dipenuhi suara denting pedang. Matahari baru saja muncul, namun suasana sudah cukup ramai. Para bangsawan muda dan pewaris keluarga besar berkumpul, bukan hanya untuk berlatih… tapi juga untuk mengamati.Dan mereka menunggu satu orang: Pangeran Jagatra.Jagatra datang dengan langkah tenang seperti biasa. Tatapannya masih sama datar namun penuh wibawa. Tapi hari ini, sebagian mata yang tertuju padanya… tidak lagi berisi kekaguman.Melainkan keraguan.Bahkan sebagian… meremehkan.Bisikan halus mulai terdengar begitu ia melangkah masuk.“Katanya ia sering menyelinap keluar istana akhir-akhir ini…”“Apa benar pangeran Jagatra jatuh cinta pada gadis biasa?”“Seorang calon raja… tertarik pada penjual bunga?”“Kalau perasaannya mudah goyah begitu, bagaimana mau memimpin kerajaan?”Setiap kata itu seperti duri yang dilemparkan ke udara. Tak menyentuh langsung… tapi menusuk secara perlahan.Mekipun begitu Jagatra memilih untuk pura-pura tak mendengar.Sedangkan

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 32 Menyusun Rencana.

    Malam di istana terasa lebih dingin dari biasanya. Langit begitu gelap, Di salah satu balkon tersembunyi yang menghadap ke halaman latihan prajurit, Kaesar berdiri sendirian. Mata tajamnya menatap langit, tapi pikirannya melayang entah ke mana.Ia menggenggam pagar batu dengan erat. Di kepalanya, satu nama terus bergema: Jagatra.“Kau terlalu lembut, Kakanda…” gumamnya pelan. “Dan kelunakan itu… akan menghancurkanmu.”"Kenapa kau begitu goyah hanya karena seorang gadis kakanda? aku nggak habis pikir seseorang yang dulunya tangguh, penuh pendirian, kuat, dan lebih mementingkan kerajaan kini rapuh hanya karena seorang gadis biasa? aku nggak akan membiarkanmu menjadi raja kakanda, karena kau sudah tak pantas menduduki gelar itu.." gumam Kaesar.Kaesar bukan tak sayang pada kakaknya. Tapi sejak kecil, ia tumbuh di bawah bayang-bayang Jagatra yang selalu menjadi yang terbaik, paling dikagumi, paling dipercaya. Dan kini, ketika posisi itu mulai terlihat goyah hanya karena seorang gadis bung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status