Share

Bab 521

Penulis: Lilia
Apa lagi yang berani dikatakan Wawan? Dia masih memiliki tugas. Tidak boleh terjadi masalah apa pun saat ini. Katanya, "Tapi, bagaimanapun Kaisar itu seorang penguasa."

Satya tersenyum dingin dan berkata, "Kaisar hanya perlu patuh. Apa pun yang dia mau makan, semuanya akan disediakan."

Selesai berbicara, Satya langsung memerintahkan orang untuk membawa Kaisar ke aula samping Istana Lotus.

"Sup kambing. Sup kambingku," ucap Kaisar.

Jelita berkata dengan kesal, "Jangan ribut. Nanti akan ada orang yang bawakan untukmu."

Kaisar dibawa secara paksa. Wawan mengawal dari samping. Mulai sekarang, Kaisar akan dikurung di Istana Lotus.

Jelita menyeka keringat dinginnya sebelum bertutur, "Barusan itu mengejutkan sekali."

Satya merangkul Jelita sembari menimpali, "Apa yang kamu takutkan? Seluruh Pasukan Pengawal Istana ada dalam kendaliku. Setelah anak ini lahir dengan lancar, Luis dan lainya hanya akan mati."

"Gimana kalau setelah minum sup kambing, Kaisar bertenaga lagi dan balik menekan kita?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 813

    Anggi mengangguk. "Mm. Kalau bukan karena kejadian ini, aku tetap akan mengurus kantor medis wanita, 'kan?""Benar."Hanya saja, saat itu Luis tidak merasa Najwa berbahaya. Namun, sekarang dia tidak bisa tenang lagi."Kalau begitu, kalau aku nggak pergi, Najwa mungkin juga nggak akan menunjukkan celah apa pun," kata Anggi.Luis mengangguk. Memang sejauh ini Najwa masih cukup terkendali. Hanya saja, orang di sisinya, Tora, pernah pergi ke keluarga Yasa dan membakar rumah itu.Tiba-tiba, Anggi menghela napas. Luis segera menangkap perubahan itu. "Kenapa?""Dulu aku pernah bilang padamu, waktu aku di Biro Falak, aku bermimpi." Dia menatap Luis, tubuh mungilnya bersandar di pelukan pria itu. Perawakannya yang jauh lebih kecil membuatnya terlihat seperti seorang gadis manja yang sedang merengek."Aku ingat." Wajah Luis agak menegang, seakan-akan tanpa emosi. Namun, bagaimana mungkin dia lupa?Hari itu, Anggi berada di Biro Falak bersama Aska selama satu hari satu malam. Hari itu juga, Anggi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 812

    "Najwa .... Dia memang bermasalah. Lalu putra Jelita, Nandaka, bagaimana?"Anggi berdiri dengan emosi. Dia menatap Luis. "Kenapa Najwa bisa sampai terhubung dengan keluarga Yasa?"Luis mengusap dagunya, tampak sangat tenang.Anggi melotot padanya, lalu menarik lengannya. "Cepat bicara."Di saat genting begini, kenapa Luis malah begitu tenang? Padahal dirinya sudah cemas sampai dadanya terasa sesak.Luis jarang melihat Anggi menunjukkan sikap manja seperti itu. Jantungnya berdetak kencang, berharap Anggi bisa terus seperti ini, sekalipun dia harus menyerahkan nyawanya ke tangan Anggi."Jangan cemas." Luis langsung menariknya ke dalam pelukan, menatapnya penuh kasih sayang. "Aku sudah menyuruh Sura pergi menangkap orang.""Menangkap orang?" Anggi agak bingung. "Menangkap siapa?""Junaryo dan Nandaka ....""Junaryo dan Nandaka? Junaryo siapa?" ucap Anggi, lalu tiba-tiba sadar. "Jenderal Junaryo dari Negeri Darmo? Dia membawa Nandaka? Jadi, Nandaka nggak ikut terbakar dalam kebakaran itu?"

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 811

    Memang sama sekali tidak ada sedikit pun rasa kekeluargaan. Orang seperti itu lebih baik mati saja agar Yasa tidak lagi memikirkan mereka.Keduanya sedang berbincang dengan suara pelan. Dari aula utama, keluar seorang pelayan wanita.Pelayan itu adalah gadis yang diatur oleh kepala pelayan atas perintah Daud. Namanya Rahmi.Rahmi melangkah keluar, memberi salam dengan sopan. "Hamba memberi hormat pada Nyonya.""Pergi panaskan air. Aku ingin membersihkan diri.""Baik."Rahmi segera bangkit. Tora pun ikut bersamanya.Sementara itu, api besar di Noriga berkobar dahsyat. Asap tebal menggulung ke langit. Dika dan Sura duluan menerima kabar. Keduanya hendak berangkat, tetapi Torus memanggil mereka."Kasim Torus, apa maksudmu?""Kaisar sudah bilang, urusan di Noriga nggak perlu ditangani," ucap Torus sambil memeluk kocokan ekor kudanya, sama sekali tidak terlihat panik.Sura berkata, "Tapi di sana ada putra Jelita ....""Tenang, Kaisar tahu semuanya.""Tahu semuanya? Apa ada hal yang aku dan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 810

    Bagaimanapun juga, Najwa hanyalah putri selir. Maira bukan ibu kandungnya, jadi dia tidak terlalu memedulikannya. Meskipun merasa tingkah laku dan ekspresi Najwa agak berbeda dari sebelumnya, dia pun tidak terlalu curiga.Lagi pula, Najwa sudah menikah, bahkan dengan Daud, sang Jenderal Kavaleri. Bagi Keluarga Raharjo, ini tetap membawa manfaat. Karena itu, Kumar mengirimkan beberapa barang berharga sebagai hadiah dan tidak membicarakan hal lain lagi.Langit berangsur gelap. Daud dan Najwa pun berpamitan dengan Kumar dan Maira tanpa berbasa-basi lagi.Setelah naik ke kereta kuda, Najwa bertanya, "Suamiku, apa Ayah bicara sesuatu padamu?""Nggak."Najwa merangkul lengan Daud. Daud berpura-pura mengangkat tangan untuk menggaruk kepalanya, lalu menyingkap tirai kereta. "Kalau Ibu? Bicara apa padamu?"Najwa agak curiga, tetapi para lelaki memang selalu ceroboh, jadi dia tidak memedulikannya. Dia hanya menjawab, "Nyonya Maira bukan ibu kandungku, jadi hanya menasihati secara formal agar aku

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 809

    Kunjungan pulang kali ini sama sekali tidak terlihat ada kejanggalan. Satu-satunya hal yang sedikit mencurigakan hanyalah ketika Maira bertanya kenapa suara Najwa masih belum juga pulih.Najwa pun menjawab dengan lancar, lebih dulu berterima kasih atas perhatian ibunya, lalu berkata bahwa dia berencana pergi ke kantor medis wanita untuk bertanya langsung kepada tabib istana atau tabib wanita di sana."Suaramu tak kunjung sembuh. Kalau terus ditunda, aku dan ayahmu akan khawatir," ucap Maira dengan penuh perhatian.Najwa mengangguk. Dia memang hanya putri selir dan ibu kandungnya telah meninggal. Posisinya di Keluarga Raharjo memang tidak begitu diprioritaskan, tetapi juga tidak sampai diperlakukan dengan buruk. Maira pun terlihat cukup baik hati.Usai makan, Daud dan Kumar masuk ke ruang kerja."Daud, putriku ini agak penakut dan lembut. Kalau ada kekurangannya, tolong dimaklumi.""Ayah Mertua terlalu merendah. Najwa orangnya sangat baik."Kumar mengangguk puas, lalu mempersilakan Daud

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 808

    "Jenderal ...." Dari luar pintu terdengar suara ketukan.Itu adalah Ghali, pengawal pribadi Daud, yang mulai mengetuk pintu sesuai perintah sebelumnya. "Ada urusan mendesak di militer. Mohon Jenderal segera pergi menanganinya."Daud menghentikan gerakannya, lalu bersuara, "Baiklah."Dia menoleh pada Najwa. "Maaf, aku harus pergi sebentar."Saat itu, Najwa sangat menginginkan tubuh Daud. Hanya saja, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa berpura-pura mengerti. "Pergilah, aku akan menunggu Jenderal.""Baik." Daud berdiri, meletakkan kain lap, lalu pergi.Najwa menatap punggungnya. Tangannya menyentuh tubuhnya yang sensitif, membuatnya semakin tak tahan. Akhirnya, dia hanya bisa memuaskan diri sendiri.Entah sudah berapa lama ... tiba-tiba seseorang melompat masuk dari jendela.Najwa terkejut sampai melompat. Begitu melihat bahwa itu adalah Tora, dia pun menahan suara dan marah. "Kamu gila? Gimana kalau dia kembali ....""Jangan khawatir, Nyonya. Hamba sudah melihat Daud pergi ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status