Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!

Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-29
Oleh:  Zhang A YuBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
11Bab
12Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Nalan Bai Ning putri bangsawan Nalan yang meninggal karena penyakit. Karena selama hidupnya selalu mematuhi aturan keluarga bangsawan yang rumit dan rajin bersembahyang, dia diberi kesempatan lahir kembali tapi sialnya malah menjadi Nona ketiga di keluarga Chun; Chun Mei, yang ternyata dikirim ke istana sebagai Selir. Chun Mei bertekad hidup berumur panjang dan tidak terikat aturan bangsawan yang mengerikan! Namun karena dia terlanjur menjadi Selir Kaisar Lin Yi, dia hanya punya satu pilihan untuk bertahan hidup di sana. Dia tidak boleh menarik perhatian Kaisar Lin Yi atau Selir-selir lain di istana harem mengirimnya ke kematian! Chun Mei melakukan segala cara demi menghindari pertemuannya dengan Kaisar Lin Yi, tetapi tak disangka dia dan pria itu malah ditakdirkan bertemu secara tidak sengaja hingga dia berakhir menjadi satu-satunya Selir yang dikejar Kaisar. Selir senior; Li Mu Wan marah besar. "Chun Mei! Beraninya kamu menggoda Kaisar Lin Yi! Wanita sepertimu layak mati!"

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Reinkarnasi di Balik Tirai Sutra.

Hujan gerimis membasahi atap istana, mengguyur daun plum yang menguning di musim gugur terakhir. Di dalam Paviliun Qingxin, seorang gadis muda duduk bersimpuh di tepi ranjang ukiran giok, matanya menatap kosong pada bayangan di cermin perunggu.

Chun Mei, nama yang kini disematkan padanya, menarik napas dalam. Tapi di balik dada ramping itu, bukan jiwa seorang selir istana yang lemah dan jinak seperti yang diharapkan semua orang.

“Aku hidup kembali,“ bisiknya lirih, jari-jarinya yang pucat mengepal di atas pangkuan, "tapi bukan sebagai Putri Agung dari Klan Hu Nalan seperti dulu, melainkan seorang selir?”

Ingatannya masih membekas jelas. Sakit yang membakar sekujur tubuh, darah yang mengalir dari mulutnya saat tabib ternama menyerah. Dia mati di ranjangnya sendiri, karena penyakit akut yang sulit disembuhkan. Tapi sekarang... dia membuka mata di tubuh seorang wanita muda berusia delapan belas tahun, selir kelas rendah yang dihadiahkan ke istana Kaisar Lin Yi.

Nama besar itu... Lin Yi. Kaisar muda yang memegang kekuasaan absolut atas Dinasti Han. Tampan, dingin, dan kejam, kata orang.

Takdir mempermainkannya!

Chun Mei selalu ingin panjang umur, hidup tidak dibayang-bayangi kematian, tetapi dia malah menjadi seorang Selir, sementara di istana harem... kematian dan kehidupan hanya sebatas seutas benang tipis yang rapuh.

Tidak!

Chun Mei bertekad hidup lebih lama lagi di kelahiran barunya ini. Dan jika dia menginginkan itu, maka dia harus menjadi selir yang tak dikenal Kaisar meski hanya namanya saja.

Waktu bergulir.

Tanpa terasa satu bulan sudah Chun Mei menjalani kehidupannya sebagai selir di paviliun Qingxin.

Sejauh ini dia berhasil memainkan perannya sebagai selir yang tidak mencolok, atau bahkan dikenal Kaisar sekalipun.

Chun Mei berdandan biasa, pakaiannya selalu yang paling sederhana, jika ada momen-momen yang mungkin bisa membuatnya bertemu Kaisar, dia selalu menjadi orang pertama yang menghindar.

Berbanding terbalik dengan selir lain, yang bagaimanapun caranya ingin menarik perhatian Kaisar lalu berakhir di ranjang, memiliki anak, diangkat menjadi Ratu.

Hingga pada hari ini...

Langit temaram menembus tirai sutra tipis yang tergantung di sekeliling aula megah. Aroma dupa wangi melati melayang lembut di udara, bercampur dengan alunan merdu alat musik petik dan denting lembut lonceng hias.

Di hadapan panggung opera yang didekorasi megah, tujuh selir berpakaian paling indah duduk bersisian di kursi ukir berlapis brokat emas. Wajah mereka berhias senyum, mata memancarkan hasrat tersembunyi—bukan kepada pertunjukan, tapi kepada satu-satunya pria di ruangan itu.

Kaisar Lin Yi.

Duduk di singgasana rendah dari kayu cendana, pria muda itu mengenakan jubah hitam berhias sulaman naga perak. Wajahnya tak berubah, dingin dan nyaris tak menunjukkan emosi. Mata tajamnya menatap lurus ke panggung, tapi jelas terlihat bahwa pikirannya entah melayang ke mana.

Opera di panggung memainkan cerita cinta tragis antara putri kerajaan dan prajurit biasa. Para aktor menyanyi dan menari penuh penghayatan, suara mereka menggema hingga ke langit-langit paviliun. Tapi Lin Yi tidak menunjukkan ketertarikan sedikit pun.

Di sisi lain, Selir Li Muwan menyenderkan tubuhnya sedikit ke depan, suara tawanya lembut saat dia sesekali menyisipkan komentar pada Kaisar yang tak menanggapi. Selir Mu Fei ikut tersenyum, menggoda dengan kipas berhiaskan batu giok yang terus digerakkan pelan-pelan.

Namun Lin Yi... tetap membisu.

Hanya satu kali dia bergumam pelan, hampir tak terdengar. “Membosankan.”

Nenek Permaisuri yang duduk tak jauh darinya menoleh, namun belum sempat menegur, Lin Yi sudah berdiri perlahan. Tubuh tegapnya menjulang di tengah ruangan, membuat semua orang seketika menunduk.

“Lanjutkanlah opera ini tanpaku,” katanya datar, “aku ingin udara segar.”

Tanpa menunggu jawaban, dia melangkah keluar. Suara langkah kaisar menggema di lantai batu, mengiris kesunyian ruangan yang seketika menjadi tegang.

Nenek Permaisuri menahan napas, tapi akhirnya hanya menghela pelan.

“Biarkan dia pergi,” ujarnya lirih kepada dayang di sampingnya, "jika dia jenuh, tak ada yang bisa menahannya.”

Para selir hanya bisa menunduk, bibir mereka tersenyum kecut.

Sementara itu...

Taman Dalam – Jalur Bebatuan Putih

Udara sore terasa lembut. Angin berembus, menggoyang daun maple merah dan kuning yang gugur satu per satu.

Lin Yi berjalan perlahan, tanpa pengawal. Seperti bayangan yang menyelinap di antara pilar dan semak berbunga, dia menyusuri taman istana harem yang jarang dikunjunginya.

Hingga langkahnya terhenti.

Di bawah pohon plum tua yang menggugurkan bunga-bunga kuning, berdiri seorang wanita muda dengan rambut disanggul sederhana, pakaiannya lebih mirip dayang daripada selir. Dia tampak kebingungan, menatap peta kecil di tangannya sambil mengerutkan kening.

Seolah waktu berhenti.

Tatapan Lin Yi mengeras.

Siapa dia? Kenapa bukan di paviliun?

Wanita itu—Chun Mei—belum menyadari kehadirannya. Dia terlihat sedang berpikir keras, bingung tapi juga khawatir.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
11 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status