Luis mengatakan Anggi layak mendapatkan yang terbaik .... Apa ini rasanya dilindungi, dicintai, dan diakui oleh orang? Jika begitu, betapa bahagianya Wulan yang disayangi semua orang di Keluarga Suharjo!Hati Anggi terasa sangat bergejolak. Dia sudah pernah tewas karena kebodohannya sekali. Dia pun memperingati dirinya sendiri untuk tidak percaya pada siapa pun. Namun, Luis .... Dia adalah orang yang dirumorkan bagaikan raja neraka. Hanya saja, dia sepertinya sama sekali tidak kasar maupun kejam. Perlindungannya terhadap Anggi malah sangat jelas dan hampir membuat Anggi tidak dapat menahan emosinya.“Putri sepertinya nggak percaya,” ucap Luis sambil tersenyum.Anggi tersenyum tipis dan menjawab, “Awalnya memang nggak percaya. Tapi, siapa suruh yang mengatakannya itu Pangeran. Saya pun percaya.”Anggi menyadari bahwa selama beberapa hari terakhir, Luis sangat sibuk meskipun salju turun sangat lebat. Selain itu, Luis sudah makin sering tersenyum. Entah itu hanyalah perasaannya atau buka
“Di rapat pagi ini, Jenderal Pratama minta Ayahanda untuk batalkan perjodohan Wulan.” Luis terdiam sejenak setelah mengucapkan hal itu. Setelah melihat Anggi tidak menunjukkan reaksi yang terlalu besar, dia baru melanjutkan, “Dia akhirnya ditegur Ayahanda. Pernikahan Wulan tetap akan dilanjutkan.”Anggi mengangguk. “Itu akibat perbuatannya sendiri.”Luis berujar, “Waktu kamu ketemu sama Ayahanda, dia mungkin akan tanya kamu soal ini. Kalau kamu memohon padanya ....” Luis menyimpan bidak terakhir ke dalam botol giok, lalu menutupnya dan melanjutkan, “Mungkin dia akan mempertimbangkan ulang hal ini.”“Saya nggak akan memohon padanya,” ucap Anggi dengan sangat tegas.Luis menggigit bibirnya dengan tidak sadar. “Kamu nggak mau restui mereka?”“Tentu saja.” Setelah berhenti sejenak, Anggi melanjutkan, “Itu cuma salah satu alasannya.”Hal yang terpenting adalah, nasib tokoh utama pria dan wanita telah berubah. Dengan begitu, apa yang terjadi selanjutnya mungkin juga bisa berubah. Itu adalah
Mina akhirnya paham, lalu berseru dengan nada tenang, “Putri tiba.”Di luar gerbang. Setelah mendengar seruan itu, Wulan langsung menerjang masuk. Mina pun buru-buru mengadang di depan Anggi.Wulan berlutut di depan Anggi dan berkata sambil menangis, “Kak, Ayah bilang cuma Kakak yang bisa menolongku. Kak, tolonglah aku ....”Anggi menggeser kakinya dengan ekspresi jijik dan menjawab, “Nona Wulan, kamu nggak salah? Ini pernikahan yang dianugerahkan Kaisar. Siapa yang bisa menolongmu? Bagaimana aku bisa menolongmu?”“Bisa kok, pasti bisa. Ayah sudah bilang, selama Kakak memohon pada Pangeran, Kaisar pasti akan batalkan perjodohan ini demi Pangeran.”“Memangnya yang dikatakan Ayah pasti benar?”Wulan pun tertegun. Air matanya masih lanjut menetes. Angin dingin yang bertiup langsung mengeringkan air matanya dan meninggalkan sedikit rasa sakit.“Sudah ada banyak istri Pangeran Pradipta yang meninggal, termasuk selir dan gundiknya yang tak terhitung jumlahnya. Anggi, kamu benar-benar begitu
Sura melempar Wulan ke dalam kereta kuda, lalu memelototi Fani dengan dingin dan juga melemparnya masuk ke kereta kuda. Selanjutnya, dia menyeret kusir turun dari kereta kuda dan menempati posisinya sebelum melajukan kereta kuda itu.“Putri.” Dalam perjalanan kembali, Torus menghentikan Anggi dan Mina di tengah jalan, lalu berkata, “Pangeran menyuruh Putri untuk langsung kembali ke kamar utama. Malam ini, kalian akan makan di sana.”Pada saat ini, langit sudah gelap.“Baik.” Setelah mengiakannya, Anggi memberi perintah pada Mina, “Bahan obat yang ada di Paviliun Pir nggak usah dipindahkan dulu.”Salep yang diracik Anggi sudah cukup digunakan Luis untuk setengah bulan.“Baik. Aku akan segera kembali.” Mina membungkuk, lalu pergi. Sementara itu, Anggi mengikuti Torus berjalan ke kamar utama.“Pangeran sudah mau makan?” tanya Torus.Melihat Luis mengangguk, Torus segera pergi menyiapkan makan malam.Luis mengulurkan tangannya ke arah Anggi dan bertanya, “Semuanya lancar-lancar saja?”Ang
“Pangeran, kali ini kamu sudah memercayaiku?” Anggi merasa sedikit bangga. Senyuman di wajahnya juga semakin cerah lagi.Pada saat ini, Luis merasa Anggi adalah wanita tercantik di dunia. “Percaya.” Luis bahkan tidak menyuruh tabib istana atau tabib dari rumah sakit untuk memeriksa kandungan salep itu. Sejak dia tahu Anggi adalah gadis yang menyelamatkannya dulu, dia sepenuhnya memercayai Anggi. Alasannya karena waktu itu Luis pernah mengatakan ingin membalas budinya, Anggi malah menolak. Pada akhirnya, Anggi menghilang, dia benar-benar tidak meminta balasan apa-apa.“Kalau begitu ….” Anggi menatap kedua mata indah si pria, lalu bertanya dengan suara pelan, “Malam ini saya akan obati kaki Pangeran dengan akupuntur, ya?”Luis menggenggam tangan Anggi dan meletakkannya di dalam telapak tangannya, bagai barang yang sangat berharga saja.“Pangeran?” Ketika melihat Luis tidak berbicara, Anggi merasa agak gugup.Luis memang mengatakan kondisi tubuhnya baik-baik saja, tetapi sampai saat ini
“Masih, masih bisa diobati ….” Luis menatap Anggi dengan hati sedikit bergejolak. “Saya percaya dengan Putri.”“Saya nggak akan mengecewakan Pangeran.” Anggi kelihatan sangat percaya diri. Tatapannya yang indah dan teguh itu bagai memiliki daya magis yang bisa memikat hati orang-orang saja!Sekitar 15 menit kemudian, lutut, betis, dan perut Luis dipenuhi dengan banyak tusukan jarum perak.Sekitar 30 menit kemudian, kedua kaki Luis terasa panas. Dia tidak pernah merasa kakinya begitu hidup seperti sekarang.“Pangeran, apa kamu merasa ada yang nggak nyaman?” Kedua tangan Anggi sedang menekan-nekan kaki Luis.Luis merasa gerakan Anggi sangat lembut bagai sedang menguliti telur ayam saja. Dia pun menggeleng, lalu berkata dengan datar, “Sepertinya kedua kakiku terasa agak panas. Sebelumnya, Tabib dari rumah sakit juga pernah melakukan akupunktur, tapi aku nggak merasakan apa-apa.”Tentu saja, titik akupunktur para tabib kelihatan hampir mirip, tetapi kekuatan ketika menusukkan jarum perak s
Terdengar suara gemerisik dahan pohon akibat embusan angin dingin.Luis menatap gadis yang sedang bersandar di depan dadanya. Hati yang baru mulai tenang dengan tidak gampangnya, malah kembali berdegup kencang.Bahkan ketika bermimpi, Anggi tetap memanggil nama Satya. Apa Anggi begitu menyukai Satya hingga tidak bisa melepaskannya?“Gigi ….” Suara Luis terdengar serak, tetapi terdapat pesona yang sangat khas. Sayangnya, Anggi tidak kedengaran.Sebelumnya, Luis tidak pernah merasa egois hingga ingin memiliki sesuatu. Namun kini, dia sangat jelas, tidak peduli siapa pun yang berada di hati Anggi, dia tetap menginginkan Anggi, pasti menginginkan Anggi!Tangan besar Luis mulai menempel di samping wajah si gadis. Namun, baru saja disentuh, dia bagai terkejut parah saja, raut wajahnya kelihatan ketakutan. “Jangan, Wulan! Wulan!”“Gigi! Gigi ….” Luis merasa kaget. Dia segera menenangkan gadis di dalam pelukannya. “Ada saya di sini. Jangan takut! Kamu jangan takut,” ucap Luis dengan nada ringa
Jangan bergerak ….Jika begitu, Anggi pun akan terus bersandar di dalam pelukan Luis? Apa dia akan merasa kebas lantaran ditimpa?“Gigi,” ucap si pria di dalam kegelapan. “Meskipun bukan kamu, aku tetap akan bermusuhan dengan Keluarga Bangsawan Aneksasi. Jadi, sejak kamu menikah denganku, kamu sudah menjadi satu kesatuan denganku. Kamu nggak usah khawatir akan merepotkanku.”Sepertinya Luis merasa gugup. Tangan besar yang menempel di pundak Anggi terasa agak gemetar.Anggi sedikit mengangguk. Luis memang tidak akur dengan Keluarga Bangsawan Aneksasi. Sepertinya tanpa perlu hasutan Anggi, Luis memang tidak memiliki kesan yang bagus terhadap Keluarga Bangsawan Aneksasi.“Mulai sekarang, saya sudah nggak punya keluarga lagi, selain Pangeran.” Suara Anggi terdengar manja. Saking manjanya, hati Luis pun terasa memanas.Hanya dia?Ucapan itu terdengar sangat berat.Luis telah mengingatnya. Dia akan melindungi gadis di dalam pelukannya, tidak akan mengecewakan Anggi untuk selamanya. “Oke.”Ta
"Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber
Luis tersenyum tanpa berkata apa-apa. Anggi memang sering memujinya seperti itu.Jika itu dulu, dia memang layak disebut sebagai putra mahkota yang baik untuk negara dan rakyat. Namun, setelah turun dari takhta, yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang menginjaknya saat dia sudah jatuh!Sejak saat itu, siapa pun yang berani memusuhi Kediaman Pangeran Selatan, pasti akan dibunuh tanpa ampun!Baik itu Burhan ataupun Satya, mereka jelas tak bisa lepas dari keterlibatan dalam kejadian masa lalu!Selama bertahun-tahun ini, dia memang telah menjadi cacat. Bagi Keluarga Pangeran Aneksasi, dia hanyalah kucing penghalang jalan yang tidak menakutkan.Tidak peduli bagaimana dia memancing atau menantang, mereka tetap bisa menahan diri dengan sangat baik.Dengan perlindungan Kaisar, Keluarga Pangeran Aneksasi sangat berhati-hati sehingga tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Hal ini pun membuat Luis tidak bisa menyingkirkan mereka!Namun, sekarang wajahnya dan kakinya mulai pulih. Dia tida
Anggi melihat wajah Luis yang masih tampak kebingungan. Dia kembali mendekat. Ciuman yang tadinya hanya singkat, perlahan semakin dalam. Dia memegang kepala pria itu, lalu berbisik lembut di telinganya."Pangeran, kamu harus percaya pada pesona dirimu sendiri. Aku nggak akan mengkhianatimu."Konon, surga kelembutan adalah makam bagi para pahlawan. Saat wanita yang dicintai merayunya seperti ini, tubuh Luis langsung bergetar, bahkan sampai kulit kepalanya terasa kebas.Melihat tatapan tulus dari Anggi, dia sudah tak ingin membedakan apakah ini nyata atau hanya pura-pura. Dalam kebingungan, Luis hanya bisa mengangguk pelan. "Aku percaya padamu, Gigi."Pipi Anggi memerah. "Pangeran memang baik."Luis terdiam. Tunggu dulu, barusan dia menyetujui apa? Hanya karena satu ciuman dari wanita ini, pikirannya langsung menjadi kacau. Dia menyetujui sesuatu yang begitu berisiko semudah itu."Gigi, aku ...." Luis ingin mengoreksi ucapannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu s
"Saat itu aku hanya pura-pura setuju. Mohon Pangeran percaya, aku sama sekali nggak pernah berniat memutuskan garis keturunan Pangeran."Luis menatapnya. "Aku tahu." Dia memang tahu Satya bertemu Anggi pada malam tahun baru, tetapi soal obat pencegah kehamilan, dia belum mendengar apa pun.Anggi membuka mulut, ingin berbicara. Jika dipikir-pikir, orang-orang di sekitarnya semua adalah bawahan Luis. Ke mana pun dia pergi, siapa pun yang dia temui, mana mungkin tidak diketahui oleh Luis?"Gigi, kamu ingin mengambil kembali kucing tadi?" tanya Luis dengan nada datar.Anggi menjawab, "Nggak. Yang membuatku penasaran sekarang adalah bukankah dia mencintai Wulan? Wanita yang dicintainya telah menikah dengan pria lain, tapi dia nggak terlihat sedih sama sekali. Sebaliknya, dia merawat seekor kucing yang dulu sama sekali nggak dipedulikan. Kenapa begitu?""Karena kamu.""Karena aku?""Ya. Setiap kata yang dia ucapkan tadi, semuanya ditujukan kepadamu. Dia masih menunggumu, masih mencintaimu, d
Sejak kapan Satya menjadi begitu penyayang terhadap binatang? Selain itu, kalimat yang barusan dia ucapkan terdengar aneh. Apa seekor kucing bisa mengerti maksud ucapannya?Anggi menatap Satya yang sedang menggendong Pir. Dia ingat saat dia pertama kali menemukan kucing itu, kucing itu masih kecil.Satya bisa merawat kucing yang dia titipkan dengan begitu baik, hal ini benar-benar di luar dugaan Anggi."Tak disangka, ternyata kamu punya hati yang begitu lembut. Kamu begitu menyayangi hewan kecil," ujar Luis sambil tersenyum.Satya pun tersenyum, pandangannya sekilas menyapu Anggi sebelum kembali menatap Luis. "Sebenarnya dulu aku hampir melupakan betapa berharganya Pir. Untung saja aku akhirnya tersadar."Hah! Saat itu juga, Anggi sadar bahwa Satya memang memiliki maksud terselubung. Ternyata bukan hanya ilusinya.Namun, berapa persen dari kesadarannya itu yang benar-benar tulus? Pria ini egois dan haus akan kekuasaan, mana mungkin sungguh-sungguh peduli pada cinta atau kasih sayang? S
Anggi memandang ke arah suara itu, lalu melihat seekor kucing mujair berdiri di atas dinding batu. Sinar matahari membuat bulunya terlihat sangat mencolok."Kucing ini ...." Dika tiba-tiba melompat turun dari pohon, membuat Anggi terkejut hingga melompat kecil.Pantas saja, kadang-kadang Dika tak kelihatan. Ternyata dia suka bersembunyi di sudut mana pun di halaman.Semua orang kini memandang ke arah Dika. Dika perlahan berkata, "Kucing ini sangat mirip dengan kucing di Kediaman Pangeran Aneksasi, kucing Satya."Kucing Satya?"Kenapa bisa ada di sini?" tanya Luis dengan alis berkerut.Tepat saat itu, penjaga pintu datang melapor, mengatakan bahwa Satya ingin bertemu. Luis terkekeh-kekeh, lalu mengizinkannya masuk. Dia memang penasaran, apa yang diinginkan Satya kali ini.Saat menoleh ke arah Anggi, Luis melihat ekspresinya biasa-biasa saja, tak menunjukkan tanda-tanda senang sedikit pun. Bahkan saat bertatapan, Anggi malah bertanya, "Kenapa Pangeran menatapku seperti itu?"Luis berdeha
Di bawah tatapan penuh harap Anggi, Luis berjalan beberapa langkah. Dia menoleh ke belakang. Ketika melihat Anggi yang terpaku, dia tersenyum dan memanggil, "Gigi? Gigi?"Luis memanggil dua kali, tetapi Anggi tidak menjawab. Sebaliknya, matanya mulai berkabut, seolah-olah akan menangis kapan saja."A ... aku ...." Luis panik dan langsung melangkah cepat mendekatinya, memeluknya erat. "Kenapa? Kamu marah karena aku merahasiakan ini darimu? Maaf, aku cuma ingin memberimu kejutan. Aku bukan sengaja ingin menyembunyikannya."Anggi membalas pelukannya. "Pangeran, aku nggak marah. Aku senang."Dia bilang dia senang? Sampai menangis hanya karena senang untuk dirinya?Luis sama sekali tidak menyangka. Dia melepaskan pelukan, menatap gadis yang matanya merah itu. Seketika, dia tidak tahu harus berkata apa."Pangeran, bisa jalan beberapa langkah lagi nggak?" tanya Anggi, mendongak menatap pria tinggi itu."Baik." Luis melepaskan Anggi dan kembali berjalan beberapa langkah. Tatapan Anggi beralih
"Aku sudah pergi, terus kembali lagi.""Kenapa? Ada urusan?""Wulan datang mencariku," ucap Anggi, menatap langsung ke arah Luis, "Pangeran, menurutmu apa mungkin Wulan dan Satya akan kembali menjalin hubungan lama mereka?""Gigi ...." Luis menatap gadis di depannya, merasa agak cemburu karena melihat Anggi begitu peduli pada mantan tunangannya itu. "Apa kamu begitu keberatan kalau mereka bersama kembali?"Anggi mengangguk. "Aku nggak bisa membiarkan dia bersama Satya. Apa Irwan dan Junaidi masih mengawasi Satya?"Luis bertanya balik, "Apa yang ingin kamu ketahui?" Di seluruh ibu kota, tidak ada satu pun informasi yang tidak bisa dia selidiki.Anggi membalas, "Aku hanya ingin tahu, apa Wulan dan Satya masih diam-diam berhubungan atau nggak.""Hanya itu?""Ya, hanya itu." Apa lagi yang bisa dia lakukan?Dua orang itu adalah tokoh kunci. Jika mereka benar-benar bersatu, bangkit kembali bukan hal yang mustahil!Luis tidak tahu kekhawatiran Anggi yang sesungguhnya. Dia hanya mengira bahwa
"Benar, kali ini berbeda dari biasanya. Dia berpakaian mewah, membawa banyak pelayan dan penjaga. Jelas sekali, dia datang dengan persiapan," ujar Mina dengan tenang.Anggi mengernyit, lalu bangkit dengan anggun. "Aku penasaran, apa yang ingin dia lakukan hari ini."Begitu Anggi keluar, semua orang langsung menyambutnya dengan hangat, memanggilnya dengan hormat, "Salam sejahtera, Putri!"Sekilas, Anggi langsung melihat Wulan, yang saat itu menatapnya dengan tatapan cerah dan bibir menyunggingkan senyuman tipis. Alis yang sedikit terangkat pun membuatnya terlihat angkuh.Anggi membisikkan beberapa instruksi kepada Mina, lalu kembali masuk ke ruangan.Mina merapikan ekspresinya, lalu berjalan ke depan Wulan. Dia membungkuk sedikit dan berkata, "Silakan masuk, Putri."Anggi secara langsung mengizinkan Wulan memotong antrean. Siapa yang berani protes? Namun, hari itu tanggal 7. Waktu pengobatan gratis sangat berharga dan antreannya sangat panjang.Dengan senyuman di wajah, Wulan memutar me