"Kahar!"Suara Cempaka tiba-tiba meninggi. Dia memelototi Kahar, "Jangan pakai mulut busukmu itu untuk menyebut Kia-ku! Kia-ku 1.000 kali lebih baik dari kalian berdua! Dia nggak perlu ngomong apa-apa padaku karena aku suka memperlakukannya dengan baik. Aku mau kasih pelajaran bagi kalian yang berani menindasnya! Ingat, ini baru permulaan."Mata dingin Cempaka menyapu Ayu, lalu dia mencibir, "Lebih baik kamu sembunyi mulai sekarang. Aku sudah bilang, kalau kamu berani muncul di hadapanku, aku pasti akan menghajarmu! Di mana, kapan, dan sekeras apa pun aku menghajarmu, itu tergantung suasana hatiku saat itu."Hari ini, suasana hati Cempaka sangat buruk. Jadi, dia pun melampiaskannya pada wajah putri haram ini. Mengenai Kahar ...."Plak! Plak! Plak!"Tanpa sungkan, Cempaka dengan kuat mencambuk Kahar 3 kali lagi. Makin erat dia melindungi Ayu, makin kuat pula pukulan Cempaka. Bahkan cambukan terakhir juga membuat tulang lengannya gemertak. Tulangnya seharusnya sudah hancur.Saking kejamn
"Pfft!"Rasa sakit yang dibayangkan Ayu tak kunjung datang. Namun, malah terdengar tawa penuh ejekan yang tak kenal ampun."Hahahaha! Lihat tampang pengecutmu itu! Duh, lucu sekali!"Cempaka yang memegang cambuk berdiri 3 meter jauhnya. Sambil menunjuk Ayu, dia tertawa sampai tidak bisa berdiri tegak, seolah-olah telah melihat lelucon besar.Ayu yang baru menyadari bahwa dirinya telah ditipu begitu marah hingga wajahnya memerah. Dia tidak tahan lagi dan melangkah maju sambil berseru marah, "Dasar wanita jalang! Beraninya kamu membodohiku!""Plak!"Pada detik berikutnya, Cempaka berhenti tertawa mengayunkan cambuknya ke arah tubuh Ayu yang tidak terlindungi oleh Kahar. Tidak, lebih tepatnya, cambuk itu mengenai wajahnya. Sebab, cambukan ini sudah melukai separuh wajah Ayu dengan parah."Aaahhh!"Kali ini, jeritan Ayu bahkan terdengar oleh penduduk desa yang sedang bekerja keras ribuan meter jauhnya."Apa yang terjadi? Suara apa itu tadi?""Entahlah ...."Satu per satu penduduk desa meli
Punggung Kahar juga baru saja dicambuk. Dia pun meringis kesakitan. Wanita yang paling ahli mencambuk adalah Cempaka.Cambuk kuda di tangan Cempaka memang terlihat biasa saja, tetapi itu sebenarnya adalah senjata yang dibuat dengan bahan-bahan khusus oleh seorang ahli yang dicari oleh Keluarga Sumarno. Cambuk itu lebih kuat daripada cambuk Keluarga Angkola. Jadi, meskipun Kahar dan Ayu terluka, Cempaka sebenarnya memang telah menunjukkan belas kasihan. Sebab, jika Cempaka benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya, cambukan itu berkemungkinan besar sudah mematahkan tulang mereka!"Cempaka, bisa nggak kamu tenang sedikit?"Kahar menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit, lalu berkata kepada Cempaka, "Apa yang membuatmu nggak puas pada Ayu? Kalau ada apa-apa, ya ngomong saja. Kenapa kamu harus main tangan? Kalian itu sama-sama perempuan, kenapa kamu harus mempersulitnya seperti ini?""Bukankah pertanyaan itu seharusnya kamu tanyakan ke adikmu ini. Apa yang membuatnya nggak puas de
"Ah!" Ayu tiba-tiba menjerit, seolah-olah ketakutan. Dia meraih lengan Kahar, lalu berbalik dan menghambur ke pelukannya. "Kak Kahar, Kak Cempaka mau cambuk Ayu lagi! Ayu takut!"Ayu terlihat seperti sangat ketakutan. Dia tidak berhenti menangis tersedu-sedu supaya dirinya terlihat kasihan.Kahar yang merasa sakit hati segera mengulurkan tangan untuk melindunginya. "Ayu, jangan takut. Dengan adanya Kakak di sini, Kak Cempaka nggak akan memukulmu lagi."Ayu mengucapkan kata-kata tadi memang untuk memancing keributan. Namun, dia tidak menyangka Kahar yang berusaha menghiburnya malah membuatnya kesal.'Apa kamu buta? Kamu nggak lihat dia sudah mencambukku di depanmu? Kamu masih berani bilang dia nggak akan mencambukku karena ada kamu di sisiku? Dasar pecundang! Kalau bukan karena kamu masih berguna, kamu pikir aku masih akan mempertahankanmu!' umpat Ayu dengan sangat marah dalam hati.Ayu takut Cempaka akan menyerangnya lagi. Dia pun buru-buru menarik Kahar, lalu bersandar dalam pelukanny
Itu adalah saat-saat paling membahagiakan sejak Kahar kecil sampai besar. Sekarang, dia malah terpaksa harus menandatangani surat pembatalan pernikahan itu dengan tangannya sendiri. Bagaimana mungkin dia rela?Kahar menatap Cempaka. "Apa pun yang kamu katakan, aku nggak akan nyerah soal kamu. Kamu itu tunanganku. Sekalipun pertunangan ini sudah diakhiri, kamu harus jadi milikku seumur hidupmu! "Kahar mengeluarkan sesuatu dari saku di dadanya dan menyerahkannya kepada Cempaka.Cempaka menunduk dan melihat bahwa itu adalah liontin giok yang diukir oleh Kahar sendiri, yang mana juga merupakan simbol pertunangan mereka.Cempaka melihat retakan pada liontin giok itu, yang mana masih terlihat sangat jelas meskipun telah diperbaiki. Dia tidak mengulurkan tangan untuk mengambilnya."Cermin yang sudah pecah sulit untuk diperbaiki lagi, begitu pula dengan giok dan manusia," ujar Cempaka dengan tenang.Kahar menyahut dengan mata merah, "Aku nggak percaya.""Terserah kamu mau percaya atau nggak.
Ekspresi Ayu tiba-tiba berubah. Setelah mendengar apa yang dikatakan Kahar barusan, dia bisa menebak identitas orang di hadapannya. Dia pun menggigit bibir bawahnya, lalu menoleh dan bertanya, "Kak Kahar, siapa gadis ini? Kenapa dia langsung berkata seperti itu begitu melihatku?"Kahar dengan gembira memperkenalkan mereka. "Dia tunanganku, Cempaka. Ayu, panggil saja dia Kak Cempaka."Ayu langsung menunjukkan ekspresi polos dan menyapa Cempaka, "Kak Cempaka ....""Woi! Masih nggak mau diam!"Sebelum Ayu selesai menyapa, Cempaka sudah menggunakan cambuk untuk menunjuk ke arahnya dan menyela, "Siapa itu kakakmu? Jangan asal panggil. Aku cuma punya seorang adik, yaitu Kia. Sedangkan kamu ...."Cempaka mengamati Ayu dari atas ke bawah dengan jijik dan berkata dengan nada menghina, "Putri haram sepertimu masih nggak pantas."Begitu mendengar ucapan Cempaka, raut wajah Ayu dan Kahar langsung berubah drastis.Ayu terlihat sedih dan menyahut, "Kak Cempaka, meski nggak menyukaiku, ka ... kamu ju