Mag-log inDiana Porteiz mati karena kelelahan bekerja sebagai dokter dermatologis muda. Arwahnya pindah ke tubuh tokoh figuran novel yang ditakdirkan mati karena menggantikan kakak tirinya menikah dengan antagonis buruk rupa dan kejam, Putra Mahkota Arthur Vanderblit. Kisah di dalam kisah mulai terkuak, bahkan kisah baru ikut tertulis menggunakan benang takdir, bukan lagi tinta. Tentang hitam yang tak selalu hitam, dan putih yang tak selalu putih. "Jika aku menumpahkan darah di sini, apa Yang Mulia bisa benar-benar berjanji akan selalu membantuku?" Arthur menatap Diana dingin. "Siapa yang tahu sebelum darahmu benar-benar tumpah?"
view moreDiana adalah seorang dokter spesialis kulit termuda sepanjang sejarah–tapi ia meninggal mengenaskan karena kelelahan bekerja.
Itu adalah ingatan terakhirnya sebelum Diana membuka mata dan mendapati dirinya berada di tempat asing, dalam sebuah kamar dengan interior Cina kuno berwarna merah menyala, dilapisi ornamen emas dan sulaman phoenix yang membentang memenuhi dinding. Lampion merah menggantung dari langit-langit kayu ukir. Dan– Ia menunduk. Tubuhnya dibalut hanfu pengantin merah darah, lengkap dengan mahkota phoenix yang berat di kepalanya. Sulaman emas menjalar dari pundak hingga ujung rok. Tangannya bergetar saat menyentuh kain itu. “…Apa…?” gumamnya nyaris tak terdengar. Tekstur kain itu terasa nyata di ujung jemarinya. Bahkan wangi minyak bunga dan dupa yang memanjakan indra penciumannya pun tidak terasa seperti mimpi semata. Di mana ini? Bukankah dirinya sudah mati bodoh? Jika ia sudah mati, Bagaimana ia bisa ada di ruangan pengantin? Dan bahkan–sepertinya dialah sang pengantin itu sendiri. “Ah!” Belum sempat memahami situasinya, sebuah rasa sakit panas menghantam kepalanya. Seperti ada puluhan tusukan kecil yang memaksa masuk ke dalam otaknya. Diana memegangi pelipis, tubuhnya bergetar hebat saat ingatan asing memasuki kepalanya. Baru kemudian ia mengetahui bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah buku romansa zaman kuno yang sedang populer di dunia aslinya–Diana belum pernah membacanya, tapi rekan kerjanya yang penggila cerita serupa tak bosan-bosannya mencekoki Diana setiap kali mereka satu shift bersama. Dari semua informasi yang masuk ke dalam otaknya, Diana mengetahui bahwa tubuh ini adalah milik Diana Sinclair. Ia adalah putri bungsu keluarga Sinclair yang dipaksa menggantikan kakaknya, Isabella, untuk menjadi pengantin putra mahkota yang terkenal buruk rupa dan kejam. Tidak peduli bahwa Diana sudah memiliki tunangan, seorang pria di pemerintahan yang juga merupakan teman masa kecilnya. Sebelum dikirim ke kediaman pangeran mahkota, Alon, pria yang dicintai Diana yang asli, mengungkapkan bahwa ia akan menolong Diana kabur sebelum malam pertama ditunaikan. Namun, setelah kabur sesuai rencana, Alon justru membunuh Diana dan membuang tubuhnya ke jurang agar ia bisa tetap bersama Isabella–yang ternyata merupakan selingkuhan tunangan Diana yang asli. Kematian Diana Sinclair kemudian dianggap sebagai sebuah kecelakaan karena semua wanita yang dikirim sebagai istri sang putra mahkota selalu berakhir tanpa nyawa setelah malam pertama. “Cukup!” Diana terbangun dari memori itu dan memegangi mulutnya yang bergetar. Pucat. Keringat dingin membasahi tengkuknya. Tubuh ini akan dihabisi oleh kakak dan kekasihnya sendiri. Dirinya yang asli sudah mati konyol karena lelah bekerja–memenuhi tuntutan keluarganya yang tidak ada habisnya. Lalu ia masuk ke dalam tubuh karakter yang akan mati konyol juga? Diana menolak! Ia tidak akan membiarkan karakter sampingan ini dihabisi begitu saja. Tok, tok. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan samar terdengar dari jendela. Diana menutup matanya dan menghela napas dalam-dalam. Jika ia tidak salah, ini adalah malam pengantin Diana Sinclair dan sang putra mahkota. Seharusnya Diana Sinclair akan kabur dan lalu dibunuh malam ini saat ia melarikan diri–seperti perintah Alon dan Isabella. Dan yang mengetuk itu adalah pelayan pribadi Isabella, kaki tangan yang akan mengantar Diana ke tempat Alon sebelum mereka menikamnya. Diana membiarkan ketukan itu berulang sampai tiga kali sebelum keheningan kembali menguasai. Baru kemduian, ia berdiri pelan. Mata birunya berubah dingin seiring langkahnya mendekati jendela. Lalu, alih-alih membukanya, Diana justru menguncinya rapat dan kembali ke tempat tidur. Beruntung, karena tepat setelah ia merapikan pakaian pengantinnya– BRAK! Pintu utama kamar terbuka keras. Darah Diana tersentak. Instingnya memerintah tubuhnya untuk segera duduk di tepi kasur seperti dalam naskah aslinya. Tudung pengantin merah ia tarik turun menutupi wajahnya. Ia memaksa napasnya stabil, meskipun jantungnya berdegup liar. Langkah kaki pria terdengar berat, kokoh, seperti suara derap kuda yang bergerak mantap di tanah. Arthur. Putra Mahkota Norvenia. Dalam novel–tokoh antagonis yang digambarkan sebagai monster berhati dingin, wajah buruk rupa, brutal, dan pembunuh berdarah dingin. Tetapi kenyataannya … jauh berbeda. Sosok setinggi lebih dari 185 cm itu berhenti tepat di hadapan Diana. Kain pengantin merahnya bergoyang halus oleh hembusan angin yang masuk dari jendela. Diana mengangkat wajah. Dan tertegun. Topeng emas menutupi setengah wajah pria itu, menyisakan garis rahang kokoh dan bibir tipis yang terkatup rapat. Mata biru gelap–jernih seperti kristal yang disimpan di dasar danau beku–menatapnya tajam, penuh kehati-hatian yang nyaris mirip kecurigaan. Rambut hitamnya panjang, diikat dengan pengikat rambut emas yang menunjukkan status tertinggi seorang bangsawan. Arthur. Tokoh yang dikutuk novel sebagai monster. Nyatanya pria itu tampak seperti malaikat perang yang jatuh ke dunia. Arthur menyentuh pinggiran tudung pengantinnya, mengangkatnya perlahan. Gerakan itu tenang namun penuh penekanan. Seolah sedang menelanjangi jiwa seseorang. “Sinclair?” suaranya berat, dingin, memecah kesunyian ruangan seperti pisau tipis yang digesek di permukaan kaca. Lalu—senyum dingin muncul di bibirnya.“Berlutut, Diana! Kamu tidak sopan telah mendorong kakakmu!”Diana menegang. Keningnya terlipat dalam.Ia? Mendorong Isabella?Isabella berdiri di samping Alon dengan tatapan terluka pura-pura, tangannya memegang lengan pria itu seolah butuh penyangga. Diana tidak memedulikan itu—ia hanya menatap ayahnya dengan ekspresi datar.“Berlutut?” gumamnya di dalam hati, geli sekaligus marah.Dia Putri Mahkota sekarang.Namun keluarga Sinclair masih memperlakukannya seperti budak murahan.“Aku tidak menyentuh Kak Isabella sama sekali,” ucap Diana tegas. “Justru Kak Isabella yang menggenggam tanganku. Bagaimana bisa aku mendorongnya, Ayah?”Tuan Sinclair memukul sandaran kursinya dengan keras. Mata tuanya menyipit penuh amarah.“Dasar putri tidak tahu terima kasih! Tanpa keluarga Sinclair, memangnya kau bisa menjadi Putri Mahkota?!”Diana terasa ingin tertawa.Keluarga ini… benar-benar delusional.Renata maju setengah langkah sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi.“Benar yang Ayahmu katakan! Ji
Keesokan paginya, surat kembali datang. Diana tidak bisa menunda kunjungan ke keluarga Sinclair lebih lama.Namun, saat ia bertanya mengenai pangeran–“Saat ini Yang Mulia tidak ada di ruang kerjanya. Saya kurang tahu, Putri.”Diana mengangguk perlahan.Ah. Jadi begitu.Tidak ingin menemani perjalanan tradisi penting ini, rupanya.Diana menghela napas tipis. Sungguh, ia sudah menduga. Arthur bukan tipe pria yang suka memperlihatkan kepedulian secara terbuka.Bahkan sangat mungkin… ia hanya menganggap Diana sebagai kewajiban negara yang kebetulan masih hidup.Mata Diana berkilat dingin saat kembali menatap bayangan wajahnya di cermin.Baik.Kalau begitu… dia akan menghadapi keluarganya sendiri.Dengan atau tanpa suaminya.“Ayo segera pergi,” ucap Diana sambil bangkit dari kursi.Embun dan Bibi Erna segera mengikuti dari belakang.Kereta kuda keluarga kerajaan yang dilapisi hiasan emas berhenti tepat di depan gerbang utama kediaman Sinclair. Para prajurit kerajaan membuka jalur, dan Di
Diana melipat surat itu kasar dan menyimpannya di balik pakaian. Sejujurnya, Diana pribadi tidak ingin peduli pada tradisi seperti kunjungan keluarga dan lain sebagainya.Namun, tubuh ini adalah milik putri bungsu keluarga Sinclair yang kini telah menjadi putri mahkota.Apa pun yang ia lakukan sekarang, akan ditanggung juga oleh suaminya. Yang meski namanya sudah buruk dan orangnya menyebalkan–pria itulah yang akan mendampingi hidup Diana kelak.Ia menarik napas panjang untuk menguasai emosinya sebelum akhirnya kembali berjalan mengejar Arthur.Pria itu rupanya menuju ruang kerjanya. Di sana, Arthur tengah duduk tenang di balik meja kerjanya. Punggungnya tegak, kedua tangannya menyatu di atas meja, dan tatapannya langsung terarah padanya ketika Diana muncul di ambang pintu.Diana membungkuk singkat. “Maaf, Yang Mulia. Saya tadi terkesan memaksa. Jika Anda–”“Duduk.”Satu kata. Singkat. Tegas. Pemotongan yang entah keberapa kalinya.Diana ingin sekali mendesah keras, tapi ia menahanny
Mendengar itu, Arthur tersenyum miring. Tampak mencemooh.“Memangnya dirimu pikir kau siapa?” ucap Arthur, dingin dan menusuk. “Jangan terlalu tinggi menilai dirimu.”Senyum Diana membeku sejenak. Ia memaksakan kembali senyum normalnya.Seharusnya ia tidak terkejut. Sepengetahuannya dan semua orang di buku, “Diana” yang asli tidak paham soal medis sama sekali. Selain itu, dengan jaminan apa Arthur bisa memercayainya begitu saja?Namun, sekarang, ia punya langkah yang jelas dalam misinya untuk mengambil hati sang pangeran.Ia akan menyembuhkan Arthur.Dengan begitu, Arthur akan memberinya pengakuan dan perlindungan. Baik itu dari keluarga Sinclair ataupun dari kematian.“Yang Mulia,” Diana mencoba lagi. “Jika Yang Mulia mengizinkan, saya bisa membuktikannya.”Arthur akhirnya bertanya datar, “Apa yang bisa kau berikan jika gagal membuktikan kalimatmu?”Diana tak ragu. Ia menatap Arthur lurus, mata birunya mantap, suaranya stabil.“Nyawa saya.”Arthur tidak bereaksi banyak. Namun, sepas
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Rebyu