Share

Bab 390

Author: Emilia Sebastian
Syakia sudah berjanji untuk memberikan semua obat herbal yang ditanam di Paviliun Awana kepada Adika. Obat herbal ini awalnya akan dibagikan kepada Pasukan Bendera Hitam yang terluka atau cacat karena berperang demi Dinasti Minggana selama bertahun-tahun.

Sekarang, sebagian besar tanaman yang sudah ditanam selama sebulan malah dihancurkan oleh sekelompok orang ini. Mereka bahkan juga meracuni ladangnya. Mana mungkin Syakia diam saja dalam menghadapi kekejaman seperti ini?

Syakia tidak akan mengampuni dalang di balik insiden ini maupun sekelompok penjahat di depannya.

“Paman Yanto, layanilah mereka dengan ‘baik’.”

Yanto tidak menyangka Syakia memiliki sisi seperti ini. Dia awalnya mengira Syakia yang selama ini terlihat lembut dan baik hati sangat mirip dengan Anggreni. Tak disangka, di balik kelembutan Syakia, tersembunyi juga sisi yang tegas dan kejam seperti ini. Dia sangat mirip dengan kakeknya dulu!

Sepasang mata Yanto langsung berbinar. Dia menatap Syakia dengan tatapan membara,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dennis Yoseph
cerdas Sahana
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 390

    Syakia sudah berjanji untuk memberikan semua obat herbal yang ditanam di Paviliun Awana kepada Adika. Obat herbal ini awalnya akan dibagikan kepada Pasukan Bendera Hitam yang terluka atau cacat karena berperang demi Dinasti Minggana selama bertahun-tahun. Sekarang, sebagian besar tanaman yang sudah ditanam selama sebulan malah dihancurkan oleh sekelompok orang ini. Mereka bahkan juga meracuni ladangnya. Mana mungkin Syakia diam saja dalam menghadapi kekejaman seperti ini?Syakia tidak akan mengampuni dalang di balik insiden ini maupun sekelompok penjahat di depannya.“Paman Yanto, layanilah mereka dengan ‘baik’.”Yanto tidak menyangka Syakia memiliki sisi seperti ini. Dia awalnya mengira Syakia yang selama ini terlihat lembut dan baik hati sangat mirip dengan Anggreni. Tak disangka, di balik kelembutan Syakia, tersembunyi juga sisi yang tegas dan kejam seperti ini. Dia sangat mirip dengan kakeknya dulu!Sepasang mata Yanto langsung berbinar. Dia menatap Syakia dengan tatapan membara,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 389

    “Kalau begitu, Paman Yanto tolong aturkan orang-orang untuk melakukan semua itu mulai besok. Maaf harus merepotkan Paman selama beberapa hari ke depan.”“Nggak repot kok. Ini cuma hal sepele. Hanya saja, orang-orang yang menaruh racun masih belum tertangkap. Kalau kita sudah selesaikan masalah ini, orang-orang itu mungkin akan datang lagi.”Syakia tentu saja mengetahui hal ini. Dia pun tersenyum tipis dan menjawab, “Paman Yanto nggak usah khawatir. Paman aturkan saja orang-orang untuk memulihkan tanah ini besok. Malam ini, orang-orang itu akan tertangkap.”...Malam ini.Pada malam yang larut, sekelompok orang yang masing-masing membawa sebuah ember kayu menghindari orang-orang yang sedang berpatroli dan diam-diam menyelinap ke Paviliun Awana.“Kak Eka, kemarin, kita sudah siram ladang sisi barat. Yang sisi selatan juga sudah ada beberapa yang kita siram. Apa malam ini kita perlu ganti tempat dan pergi ke sisi barat atau utara?”“Boleh juga. Kalau begitu, kita pergi dulu ke sisi barat.

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 388

    “Apa orang-orang itu sudah tertangkap?”“Beberapa orang yang datang di hari pertama sudah tertangkap. Tapi, beberapa hari kemudian, muncul lagi sekelompok orang yang baru. Selain itu, mereka juga makin hati-hati dan sangat licik. Yang meracuni ladang obat itu mereka.”Syakia bertanya, “Ada orang yang kena dampaknya?”Yanto menggeleng. “Mereka sepertinya cuma menargeti ladang obat kita. Jadi, nggak ada dampak besar bagi orang-orang.”Syakia mencibir, “Kalau ada orang yang keracunan, masalah ini nggak akan sesederhana itu.”Setelah memahami situasinya, Syakia memberi perintah, “Maaf merepotkan Paman Yanto. Berhubung ini masih pagi, aku mau pergi lihat keadaan di Paviliun Awana.”Shanti kebetulan juga ada di tempat. Setelah mendengar ucapan Syakia, dia pun berkata, “Aku akan ikut bersama kalian.”“Aku juga! Aku juga mau ikut!” seru Eira sambil buru-buru mengangkat tangannya.Setelah keluar dari Kuil Bulani, terdapat sebuah kereta kuda sederhana yang sudah menunggu. Ini adalah pesan Syakia

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 387

    Adika tidak menyangka Syakia masih mengingat hal ini, juga sudah memisahkan ladang obat itu untuknya. Dia sangat terharu. Mana mungkin dia tidak jatuh cinta pada Syakia yang begitu baik? Hanya saja, apa yang dikatakan Laras juga benar. Kalau ada orang yang mengetahui pikiran Adika yang seperti ini, itu bisa merusak praktik biksuni dan reputasi Syakia. Hal ini sangatlah tidak bermoral. Jadi, Adika hanya bisa menyembunyikan perasaan ini dengan hati-hati.Tanpa Laras, rombongan ini sama sekali tidak terpengaruh. Tidak lama kemudian, mereka pun mulai melanjutkan perjalanan.Dua hari kemudian, rombongan yang pergi ke Lukati pun kembali ke ibu kota. Kepulangan mereka kali ini berbeda dari sebelumnya. Kali ini, Kaisar yang memimpin para pejabat untuk menunggu di tembok kota demi menyambut mereka. Pasukannya begitu besar hingga Syakia merasa terkejut.Setelahnya, Syakia baru tahu bahwa kabar dari Lukati sudah tersebar hingga ke ibu kota. Setelah berhasil memohon hujan untuk mengakhiri kekeri

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 386

    Keadaan di dalam hutan menjadi hening untuk sejenak. Kemudian, baru terdengar tawa mengejek yang rendah.“Yang kamu bilang benar. Aku memang nggak layak.” Adika memasang tampang dingin dan melanjutkan, “Tapi, kamu lebih nggak layak lagi. Kamu mau pakai informasi orang itu untuk paksa aku? Sayangnya, aku nggak akan masuk jebakanmu.”Seusai berbicara, Adika langsung mengangkat tangannya. Beberapa prajurit Pasukan Bendera Hitam pun segera muncul dan mengepung Laras.Laras sontak merasa terkejut. Firasat buruk juga mulai menyelimuti hatinya. “Mau apa kamu?”Adika menjawab dengan dingin, “Kamu seharusnya berterima kasih dengan baik pada Sahana. Kalau bukan demi dia, aku sudah penggal kepalamu dari awal.”Seusai berbicara, Adika berbalik dan memberi perintah, “Bawa dia pergi, lalu ikat dia dengan baik sebelum serahkan dia pada Bupati Nugraha. Suruh Bupati Nugraha awasi dia dengan baik. Selama dia nggak mati, terserah bagaimana Bupati Nugraha mau menghukumnya. Tapi, kalau orangnya sampai kabu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 385

    Orang yang muncul di luar kereta kuda tidak lain adalah Laras.“Pangeran Adika, aku nggak melakukan apa-apa terhadapmu. Buat apa kamu begitu mewaspadaiku?” tanya Laras sambil tersenyum tipis.Adika mengernyit dan berkata dengan tidak senang, “Kalau ada yang mau kamu katakan, cepat katakan. Kalau nggak, pergi sana.”Sikap Adika yang dingin ini benar-benar berbeda dari senyum yang ditunjukkannya secara refleks tadi.Laras pun mendengus dalam hati, ‘Ngapain kamu sok hebat? Sekarang, kamu memang perlakukan Kia dengan sangat berbeda dari wanita lain. Tapi, nggak ada yang bisa jamin keistimewaan seperti ini nggak akan kamu berikan kepada wanita lain. Gimanapun, semua pria di dunia ini sama saja.’Laras menekan kebencian dalam hatinya, lalu tersenyum lembut dan berkata, “Iya, aku tahu Pangeran nggak suka sama aku. Tapi, ada sebuah kesepakatan yang mau kubuat dengan Pangeran.”Meskipun Laras berkata seperti itu, Adika tetap tidak meliriknya. Adika hanya menjawab dengan nada yang sangat dingin

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 384

    Adika bersandar di sisi Syakia dengan santai. Dia memejamkan matanya dan terlihat sangat menikmati pijatan Syakia. Dia pun menjawab semua pertanyaan itu dengan lugas, “Cukup, nggak terlalu kuat, nggak kejambak, masih sedikit sakit. Tapi, kepalaku nggak begitu sakit lagi karena dipijat Kia.”Syakia pun menghela napas lega setelah mendengarnya. Untungnya, dia masih ingat pengetahuan mengenai titik akupunktur di puncak kepala yang diajarkan Shanti kepadanya. Setelah menggabungkannya dengan beberapa teknik, pijatannya sepertinya benar-benar bermanfaat.Syakia yang mengira pijatannya benar-benar bermanfaat pun menatap puncak kepala Adika dengan serius dan fokus mempelajari tekniknya dan titik-titik akupunktur itu.Setelah sesaat, suasana di dalam kereta kuda sepertinya sudah sepenuhnya hening. Keheningannya mencapai titik di mana meskipun terdapat suara roda berputar di luar, napas lembut di dalam kereta kuda juga dapat terdengar.Syakia melirik Adika, lalu menyadari Adika sudah memejamkan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 383

    “Sakit kepala? Ada apa ini? Sakitnya datang dan pergi atau terus-menerus sangat sakit?”Setelah mendengar Adika berkata kepalanya sakit, Syakia tidak lagi peduli pada panggilan Adika yang terlalu mesra itu dan buru-buru menanyakan keadaannya.“Datang dan pergi, seperti ada banyak orang yang berbicara di dalam kepalaku. Ribut dan sakit sekali.”Adika menatap Syakia lekat-lekat. Saat ini, pria yang biasanya sangat gagah dan dapat diandalkan itu terlihat sangat rapuh. Dia bagaikan seekor serigala besar yang terluka dan hanya bisa melolong kepada manusia di depannya untuk menunjukkan betapa sakit dirinya.Syakia tidak pernah melihat sisi Adika yang selemah ini. Bahkan pada saat dia melihat penyakit Adika kambuh untuk yang pertama kalinya di tepi sungai, Adika juga masih tetap bisa mempertahankan sedikit kesadarannya. Sekarang, Adika sepertinya sepenuhnya menunjukkan sisi lemahnya setelah sakit kepadanya.Syakia pun mengelus kepalanya dengan khawatir, lalu memeriksa denyut nadinya. “Sakitny

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 382

    Laras melirik Syakia dengan penuh keengganan untuk berpisah. Setelah itu, dia melirik Adika dan gadis di samping meja itu dengan agak dingin.‘Tambah satu lagi. Tapi, nggak masalah. Semuanya masih belum berakhir,’ gumam Laras dalam hati.Tidak lama setelah Jiwan pulang ke rumahnya, ada orang yang mengantarkan surat perjanjian penjualan diri Laras ke penginapan. Selain itu, ada juga selembar surat pemutusan hubungan selir yang terlihat cukup resmi.Setelah menerima kedua surat tersebut, Laras pun meninggalkan penginapan ini. Syakia menyuruh Hala untuk mengikutinya beberapa saat. Alasannya tidak lain adalah untuk mengawasinya.“Gimana?” tanya Syakia setelah Hala kembali.“Sepertinya, dia masih menyimpan sedikit uang. Dia beli sedikit makanan, lalu membungkusnya dan berjalan keluar dari tembok kota. Sepertinya, dia berencana untuk kembali ke ibu kota.”Kembali ke ibu kota ....Kalika berjarak sangat jauh dari ibu kota, apa Laras berencana untuk berjalan kaki pulang ke ibu kota? Selain itu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status