Kama menunduk dan menatap Ayu yang sudah sedikit marah. Pada akhirnya, dia mengucapkan sesuatu seperti kutukan dengan nada yang sangat mengejek, "Kamu akan berakhir tanpa apa-apa.""Diam!"Ayu tidak tahan lagi. Dia mengira saat Kama kembali, dia seharusnya bisa mengendalikan Kama dengan menggunakan luka kakinya. Namun, dia tidak menyangka bahwa Kama akan menjadi orang yang sepenuhnya berbeda setelah kembali dan menolaknya tanpa ampun.Setiap kalimat Kama membongkar rahasianya, dan setiap kata itu penuh ejekan terhadapnya. Sampai akhirnya, Kama juga berani mengatakan bahwa dia adalah orang yang paling menyedihkan? Apa darinya yang menyedihkan? Dia jelas-jelas tidak menyedihkan saat ini!Ayu sudah berhasil mengusir Syakia. Sekarang, dia barulah orang yang paling disayangi di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Dibandingkan dengan Syakia yang menjadi biksuni, dia jelas-jelas memiliki kehidupan yang terbaik. Jadi, bagaimana mungkin dia menyedihkan?Ayu tiba-tiba berdiri dari tempat tidur,
Malam itu, Kama duduk di luar gerbang Kuil Bulani hingga subuh. Ketika bel pagi berbunyi dan suara pelafalan sutra samar-samar terdengar, Kama perlahan-lahan berdiri. Setelah melirik pintu Kuil Bulani yang tertutup, dia baru menyeret tubuhnya yang kaku dan dingin berjalan menuruni gunung selangkah demi selangkah.Ketika kembali ke rumah gubuk, fajar baru mulai menyingsing. Namun, Kama melihat seberkas cahaya lilin dari rumah gubuknya dari kejauhan. Dia pun agak mengernyit.Hari sudah hampir terang, memangnya Kahar dan yang lainnya belum beristirahat? Kama yang merasa ada yang tidak beres mempercepat langkahnya dan segera tiba di luar rumahnya. Dia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu. "Kahar, buka pintunya.""Iya!"Kahar keluar dengan cepat. Dia berlari beberapa langkah dan membukakan pintu untuk Kama. Kama melirik ke dalam dan melihat Ayu duduk di samping tempat tidurnya. Dia sedang mengusap pergelangan kakinya dengan hati-hati."Kenapa kalian belum tidur? Bukannya aku sudah suruh
"Ayo jalan. Bukannya kamu bilang mau lihat bintang? Di mana kita bisa lihat bintang? Kak Kama nggak tahu jalan.""Aku tahu, aku tahu! Aku akan tunjukkan jalannya ke Kak Kama!"Saat mendengar mereka akan pergi melihat bintang, Syakia langsung gembira."Baiklah. Kalau begitu, kamu tunjukkan jalannya. Kakak akan menggendongmu.""Tapi aku berat sekali. Kak Kama bisa capek kalau menggendongku.""Siapa bilang kamu berat?""Kata Kak Kahar.""Dia lemah sekali, bahkan lebih parah dari Ranjana. Jangan pedulikan dia. Dengarkan ucapan Kakak, Syakia nggak berat. Meski kamu sudah besar, Kak Kama juga masih bisa menggendongmu!""Kak Kama baik sekali!""Kalau begitu, siapa yang paling baik? Coba jawab, Kak Abista atau Kak Kama yang paling baik?""Hmm .... Kalian berdua sama baiknya!""Cih, jelas-jelas aku paling baik!""Hehe ...."Hari itu, kakak beradik itu pergi ke pinggiran kota dan memandangi bintang sepanjang malam. Ketika kembali, mereka pasti akan dimarahi. Namun, ketika melihat benjolan di kep
"Kak Kama, Kak Kama! Ayah bilang, malam ini akan ada banyak bintang. Ayo kita keluar dan lihat bintang bersama!"Saat itu, Kama yang berusia 10 tahun dihukum ayahnya untuk berlutut di kamar karena memukul anak-anak lain di sekolah. Sementara itu, Syakia yang saat itu baru berusia 6 tahun berlari masuk dan langsung menyaksikan hal ini."Kak Kama, kamu kenapa? Kenapa berlutut di lantai? Kak Kama, cepat bangun! Lantainya dingin. Kata kepala pelayan, kamu bisa sakit kalau berlutut kelamaan."Syakia kecil berlari ke sisi Kak Kama, lalu memeluk lengannya, dan berusaha menariknya untuk berdiri."Jangan ganggu aku, aku mau berlutut di sini!"Kama tidak peduli meski ayahnya menghukumnya. Intinya, dia pasti akan pergi menghajar kedua bajingan bermulut buruk itu setelah hukuman ini! Berani-beraninya mereka memanggilnya anak yatim! Dia pasti akan menghancurkan mulut mereka!Kama yang berusia 10 tahun tidak terima dihukum ayahnya. Dia merasa kesal dan mengangkat tangannya untuk mendorong Syakia men
Ayu menarik keluar kotak kayu itu dari bawah tempat tidur Kama. Saat ditarik keluar, terdengar suara gemerincing di dalam kotak kayu itu. Begitu membukanya dan melihat setumpuk uang logam di dalamnya, mata Ayu langsung berbinar."Ternyata ada begitu banyak uang yang disembunyikannya."Ayu melihat kotak besar itu dan langsung gembira. Dia sedang mengkhawatirkan masalah uang. Berhubung Kama memiliki uang, uang itu akan jadi miliknya. Lagi pula, dia akan membuat Kama kembali cepat atau lambat."Coba kuhitung, berapa banyak uang yang diperoleh Kak Kama?"Ayu menuang keluar semua uang logam di dalam kotak kayu itu. Dia tidak peduli dengan untaian uang logam dan hanya mengacak-acak tumpukan uang itu. Setelah mengacaknya beberapa kali dan menemukan bahwa hanya ada untaian uang logam di dalamnya, ekspresi gembira di wajahnya langsung menghilang.Apa-apaan ini? Ternyata kotak sebesar ini hanya berisi uang logam? Ayu mengira pasti ada beberapa batangan perak atau semacamnya di dalam. Akan tetap
Namun, Kahar tiba-tiba teringat penolakan Kama terhadap Ayu tadi. Pada akhirnya, sampai sosok Kama menghilang di balik pintu, dia masih tidak mengatakan apa pun.Melihat Kama yang sadar diri dan pergi sendiri, Ayu merasa jauh lebih baik. Jangan mimpi Kama bisa mengusirnya. Berhubung sudah datang, dia tidak akan pulang dengan tangan kosong lagi kali ini.'Jangan khawatir, Kak Kama. Kamu nggak akan bisa lari,' gumam Ayu dalam hati. Ada secercah cahaya yang melintasi mata Ayu. Namun, dia segera memasang lagi raut wajah khawatir, bagaikan seorang adik yang sangat peduli pada kakaknya ...."Kak Kahar, Kak Kama mau pergi ke mana? Di luar sangat gelap, gimana kalau kita panggil dia kembali?""Nggak." Kahar menggeleng untuk menolak, lalu berkata dengan nada tidak senang, "Kak Kama masih saja membela Syakia. Jelas-jelas, Syakia yang jadi biksuni nggak ada hubungannya dengan kamu. Tapi, Kak Kama masih saja berani menyalahkanmu. Hal seperti ini adalah pilihan Syakia sendiri. Kalau nggak, itu ya