LOGINSetelah mengetahui kekasihku, sang Duke menikahiku hanya untuk memberikan posisiku sebagai Ratu kepada sahabat masa kecilnya, aku membatalkan pernikahan kami. Kini aku kembali merebut takhta—untuk menghancurkan Duke dan wanita yang mengkhianatiku.
View More"Elyse, hentikan! Ini sudah gelas keberapa? Kalau kau terus minum seperti ini, kau akan pingsan!"
Nada suara Viona tidak membuat Elyse berhenti menenggak isi gelasnya, gelas keempat, atau mungkin kelima, ia sudah tidak peduli.
"Viona… lepaskan aku." Elyse menepis tangan temannya dengan gerakan putus asa.
Mereka duduk di sebuah sofa beludru hitam di dalam Salon, pesta rahasia yang hanya diakses oleh bangsawan kelas tertinggi, tempat mereka melampiaskan hasrat terpendam.
Seharusnya Elyse tidak ada di sini. Jika sang ayah tahu, sudah dipastikan dirinya akan mendapatkan hukuman yang mengerikan.
Tapi, pagi ini Elyse mendengar calon suaminya, Jester, Duke Levric, terang-terangan berkata ia menikahi Elyse agar wanita yang ia cintai bisa menjadi Ratu. Dan yang lebih parahnya lagi, wanita itu adalah Ivanka, sepupunya sendiri!
"Aku tidak pernah mencintai Elyse, aku hanya menikahinya agar posisi ratu dimiliki Ivanka. Hanya Ivanka yang pantas. Dan aku akan melakukan apa pun untuk kebahagiaan wanita yang kucintai."
Kalimat menyakitkan itu terucap dari mulut Jester. Betapa bodoh dirinya mengira selama ini pria itu mencintainya juga.
Namun siapa sangka, cinta yang selama ini ia harapkan ternyata Jester berikan pada sepupunya sendiri! Yang lebih menyedihkan lagi, selama ini keduanya sering bertemu dan bermesraan di belakangnya.
"Cukup, Elyse! Kalau kau mabuk seperti ini, bagaimana aku bisa mencari lelaki?"
"Pergilah, Viona. Aku tidak masalah minum sendiri." Elyse membalas tanpa menatapnya.
Viona terdiam, sedikit ragu meninggalkan wanita itu sendirian di tengah kekacauannya ini.
“Aku mengerti kau patah hati, tapi sebaiknya kau tetap menahan dirimu,” suara Viona melemah. “Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dan Elyse, kalau Duke Levric tahu kau ada di pesta seperti ini, apalagi aku yang mengajakmu, dia mungkin akan-”
“Memenggalmu?” Elyse menyelesaikan kalimat itu sambil tersenyum kecil, senyum yang tidak mengandung humor. “Dia tidak peduli. Dia bahkan pergi bersama Ivanka.”
Viona terpaku beberapa detik, sebelum akhirnya ia menyerah.
“Baiklah. Aku pergi dulu. Tetaplah di sini sampai aku kembali lagi.”
Elyse tidak memberi respons. Ia berdiri, pelan, goyah, dan meraih gelas lainnya sebelum berjalan menuju balkon besar.
Sesampainya di sana, tubuhnya terbentur pembatas balkon.
Bugh.
Dan kemudian,
Uekk.
Ia memuntahkan semua alkohol yang ia telan tadi. Rasanya lebih lega, meski pikiran dan hatinya tetap sesak.
"Bajingan kau, Jester!" teriaknya ke arah malam yang sunyi. Suaranya pecah, namun ia tidak peduli. Tidak ada orang lain di balkon itu. Ia sudah memastikan.
"Hiks..." tangisnya mulai pecah, air mata mengalir tanpa bisa ia tahan.
“Dasar bajingan…” gumam Elyse pelan.
“Siapa yang bajingan?”
Deg!
Elyse mengangkat kepalanya. Di depannya berdiri seorang pria bertubuh tinggi, mengenakan topeng hitam. Sosoknya terlihat samar dalam cahaya bulan yang remang, tapi cukup untuk membuatnya terlihat mencolok dan misterius.
“Siapa Anda?” tanya Elyse dengan suara serak.
“Hanya orang lewat yang tidak sengaja mendengar teriakan Anda,” jawabnya santai.
Elyse menghapus air matanya dengan gerakan kasar sebelum kembali menatap pria itu.
“Apakah Anda pemburu cinta satu malam?” tanyanya tiba-tiba.
Pria itu tidak langsung menjawab, hanya melangkah sedikit mendekat. Balkon itu cukup gelap, sehingga Elyse tidak benar-benar bisa melihat ekspresinya, hanya siluet dan cahaya bulan yang memantul di topengnya.
“Anda juga?” tanyanya, kali ini berjongkok di hadapan Elyse.
“Ya,” jawab Elyse datar.
“Mau mencoba dengan saya?” tanyanya tanpa basa-basi, nada suaranya terdengar enteng namun ada sesuatu yang tajam di baliknya.
Elyse mengangguk.
“Sepertinya tidak buruk. Keberuntungan berpihak pada saya malam ini, nona topeng kelinci.”
Elyse membalas. “Benar… tuan burung hantu.”
Mereka saling menyebutkan jenis topeng yang dikenakan, keduanya sama-sama menyembunyikan identitas.
“Kalau begitu,” ucap pria itu sambil mengulurkan tangan.
Elyse menatap tangan itu lama. Lalu menatap pemiliknya. Jika ia meraih tangan tersebut, maka tidak ada jalan kembali. Namun… mungkin ini lebih baik. Mungkin ini cara termudah untuk mempermalukan Jester, pria brengsek yang telah menghancurkan harga dirinya.
Elyse tersenyum kecil. Jester selalu mengatakan bahwa Elyse tidak akan bisa tanpanya, bahwa semua orang tahu Elyse akan selalu kembali padanya.
Namun malam ini, tidak lagi.
Ia meraih tangan pria itu.
Tangan besar, kokoh, dengan kapalan kasar seperti seseorang yang terbiasa memegang pedang. Tubuhnya atletis. Mungkin seorang ksatria… atau seseorang dengan profesi berbahaya.
Ah, siapa peduli. Di pesta Salon, tidak ada informasi pribadi yang boleh ditanyakan.
Brugh.
Jika pria itu tidak menahannya, Elyse pasti sudah jatuh. Sekarang tubuh mereka saling menempel, dan Elyse bisa mencium aroma parfumnya, mahal, mewah, berkelas. Mirip aroma Jester, namun dengan karakter yang berbeda. Lebih gelap. Lebih dewasa.
“Anda sudah mabuk?” tanyanya pelan, suaranya tepat di samping telinga Elyse, terlalu dekat, terlalu lembut.
“Tidak. Apakah anda tidak suka wanita mabuk?” Elyse membalas.
“Tidak masalah. Kadang justru membuat segalanya lebih… santai.” jawabnya.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, pria itu mengangkat Elyse begitu saja, tanpa ragu, tanpa tanya, tanpa sopan santun.
Seolah tubuh Elyse tidak lebih berat dari selembar kain.
Dan dengan tenang, ia membawa Elyse pergi dari balkon itu.
Di dalam ruang pribadi yang tidak dikenalnya, Elyse bahkan tidak tahu siapa pemiliknya. Yang jelas, pria di depannya bertindak seolah dia menguasai segalanya.
Mereka berciuman, panas, dalam, dan tanpa jeda.
“Tidak buruk,” gumam pria itu ketika bibir mereka terpisah.
Elyse menelan ludah. “A-apa… apa rasanya akan sakit?”
Pria itu hanya tersenyum samar, lalu mengambil gelas dari nakas dan menyodorkannya.
“Minum.”
Elyse meneguk isinya dalam sekali minum, lalu sebelum sempat bertanya lagi, bibirnya kembali ditangkap. Kali ini lebih menuntut, hangat, kuat, dan bercampur rasa wine.
Elyse masih berusaha mencari matanya dalam gelap, namun pandangannya mulai kabur.
“Buat aku tahu rasa surga dunia tanpa sakit.”
Elyse berhenti dan menoleh. Ia melihat Ivanka menatap Jester, lalu Jester yang sekarang malah menatapnya. Bohong kalau Elyse tidak berharap Jester akan mengejarnya… tapi jelas tidak. Jester tetap memilih berdiri di sisi Ivanka.Dengan napas berat, Elyse akhirnya pergi ke balkon. Ruangan pesta terasa terlalu sesak, terlalu banyak tatapan, terlalu banyak rasa sakit setiap kali melihat Jester gelisah saat Kaisar dan Ivanka menari. Dan yang paling memuakkan melihat Jester akan selalu memilih Ivanka.Di balkon, udara lebih tenang. Elyse bersandar dan menyesap wine, berharap dadanya ikut tenang.Namun baru beberapa detik berlalu, ia mendengar langkah seseorang mendekat dari belakangnya.Gaun mewah berwarna perak masuk menyusul langkah pelan, Ivanka.Tanpa salam, tanpa basa-basi, Ivanka membuka percakapan dengan nada penuh superioritas.“Aku pikir dengan aku menjadi ratu, Jester akhirnya akan bersikap baik padamu,” ucap Ivanka santai, seolah kalimat itu tidak menyakitkan.Elyse tak langsung
Pagi itu saat Elyse bangun tidur, ia berharap semuanya sudah berakhir setelah malam itu. Biarlah jika Jester ingin mengejar Ivanka. Ia bahkan sudah membayangkan hidup tanpa pertunangan dengan Jester dan hidup tanpa harapan kedua orang tuanya.Namun kenyataan tidak memberinya waktu untuk bernapas.Saat pelayan sedang membantunya menyisir rambut, pintu kamar terbuka kencang. Countess Leclair berjalan masuk.“Biarkan aku yang lakukan.”Pelayan langsung menunduk dan mundur. Countess berjalan mendekat dan mengambil sisir itu, gerakannya lembut… hampir penuh kasih.Elyse menahan napas.Countess jarang sekali melakukan hal seperti ini.Rasanya… aneh. Tapi juga sekaligus terasa hangat.Sisir bergerak perlahan melewati rambutnya, membuat Elyse tersenyum kecil. Tak ada tarik menarik atau kasar, Countess menyisir rambutnya seolah rambut itu miliknya sendiri.“Aku dengar kau mengatakan sesuatu pada Jester kemarin,” ucap Countess pelan.“Apa maksud ibu?” Elyse mencoba tenang, meski tubuhnya gemeta
"Kau berada di pesta semalam kan?"Elyse membeku seketika saat Dyall mengulang perkataannya. Tubuhnya seolah tak bisa bergerak, tatapannya tetap terpaku pada Dyall, yang menatapnya dengan tenang, seolah semua itu bukan hal besar.“Anda-” suara Elyse nyaris tercekat. Tidak mungkin Kaisar Dyall adalah pria bertopeng burung hantu yang menghabiskan malam bersamanya di pesta itu!“Ya, aku topeng burung hantu,” jujur Dyall tanpa ragu.Deg.Elyse menutup mulutnya rapat-rapat. Dia hampir berteriak jika logikanya tak bekerja. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya memerah, dan rasa malu bercampur marah menimpa dirinya.“Kau baik-baik saja?” tanya Dyall, melihat perubahan wajah Elyse.“Bagaimana saya bisa baik-baik saja di depan orang yang… meniduri saya dan memperlakukan saya seperti pelacur?” ketus Elyse, berusaha menahan teriak. Bagaimana tidak? Setelah tidur dengan lelaki ini yang ternyata adalah seorang Kaisar, Elyse diberi sekantung uang dan diperlakukan layaknya pelacur. Ia ingin melempa
“Apa maksudnya ini sekarang?!” teriak Nyonya Levric, Duchess terdahulu keluarga itu, suaranya penuh keterkejutan mendengar ucapan Elyse.“Astaga! Apa yang dikatakannya?” bisik Duke Levric terdahulu, ayah Jester, sambil menatap putrinya dengan tak percaya.“Elyse, kau, apakah kau gila?” sahut Jester dengan nada hampir tidak percaya.“Saya tidak gila,” Elyse membalas dengan tajam. “Seharusnya saya yang menyadarkan anda. Berciuman dengan wanita lain di depan calon istri anda sendiri adalah tindakan yang tidak masuk akal!”Semua orang membeku, termasuk Jester.“Elyse, ini tidak seperti-” mulai Jester, namun terhenti.“Tidak seperti apa?” Elyse memotong. “Anda bahkan tidak melihat saya saat anda mencium wanita lain dengan begitu nyata, di depan kedua mata saya!”Ruang itu hening. Semua mata menatap Elyse, tak ada seorang pun yang bisa menegur. Kali ini, dia tak mau menahan diri. Ia tak mau lagi menikah dengan bajingan ini.“Apa maksudnya ini sekarang, Jester?” bentak ayah Jester, suaranya












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.