“Mengenai para pembunuh di festival lampion itu, ada orang yang kamu curigai?” tanya Adika dalam perjalanan mengantar Syakia pulang ke Kuil Bulani.“Orang yang mau membunuhku cuma beberapa orang itu. Kalau bukan orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, ya orang-orang di balik Ayu itu. Aku lebih curiga sama sekelompok orang misterius di balik Ayu itu.”Syakia teringat pada ucapan Hala mengenai ahli misterius yang berjaga di area tempat tinggal Ayu. Berhubung ada orang yang hendak membunuhnya, itu pasti berkaitan dengan ahli misterius itu.Namun, Adika malah berkata, “Bukan hanya sekelompok orang.”“Hmm?” Syakia memandang Adika dengan bingung melalui jendela.Adika menjelaskan, “Dari beberapa pembunuh malam ini, ada 2 orang yang keterampilannya berbeda dengan orang lainnya.”Syakia langsung terkejut. “Mereka mau membunuhku?”“Mungkin bukan membunuhmu.”“Jadi?” Syakia tertegun sejenak, lalu tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya dengan kening berkerut, “Mereka mau membunuhmu?”Sya
Melihat Syakia yang sudah menyadari sesuatu, Adika baru berkata, “Cuma ada beberapa penjahat. Semuanya sudah disingkirkan.”Kapan? Kenapa dirinya sama sekali tidak menyadari apa pun? Syakia langsung membelalak terkejut.“Jangan khawatir. Aku nggak akan biarkan mereka mengganggumu.”Adika bertindak dengan sangat cepat dan tanggap. Sebelum para pembunuh itu sempat mendekati Syakia setiap kalinya, Adika sudah menyingkirkan mereka.Setelah membunuh orang-orang itu, Adika merasa agak aneh. Dia pun memicingkan matanya. Orang-orang itu bukan hanya menargeti Syakia. Ada 2 orang di antaranya yang mengarahkan pisau mereka ke arah Adika. Target sekelompok orang ini adalah mereka berdua.Siapa pelakunya? Siapa yang begitu bernyali hingga berani mengincar Pangeran Pemangku Kaisar dan Putri Suci dinasti ini?Berhubung masalahnya sudah diselesaikan, Syakia tidak ingin merusak suasana dan tidak mengatakan apa-apa untuk sejenak. Dia hanya tersenyum dan berujar, “Kalau begitu, ayo jalan! Kebetulan, kita
Adika masih menatap Syakia lekat-lekat, seolah-olah tidak ingin melepaskannya dengan begitu saja.Syakia tertegun sejenak, lalu tersenyum dengan tidak berdaya. “Baik. Aku sudah mengerti.”Setelah memikirkan hal ini, Syakia tiba-tiba menyadari sebuah hal. Di hadapannya, Adika sepertinya sangat jarang bersikap layaknya seorang pangeran yang berstatus lebih tinggi darinya. Dia juga tidak tahu sejak kapan hal itu dimulai. Namun, berhubung Adika sudah bersikap begitu, dia akan membiarkannya.“Malam ini masih panjang, festival lampion ini juga akan berlangsung semalaman. Sahana, gimana kalau kamu temani aku menyambut Tahun Baru? Kita bersenang-senang sepuasnya.”Setelahnya, Syakia dan Adika pun benar-benar berbaur dalam kerumunan. Di bawah hiasan lampion yang panjang, mereka berjalan menelusuri jalanan, melihat-lihat di sana sini, dan berbelanja. Dalam sekejap, tangan Adika sudah penuh dengan barang bawaan.Ada lampion yang dibelinya bersama Syakia, lampion yang bisa dilepaskan di sungai, la
Empat jam kemudian, kereta kuda akhirnya tiba di ibu kota. Kebetulan, langit juga sudah gelap.Malam ini, tidak ada jam malam di ibu kota. Begitu rombongan Syakia memasuki ibu kota, mereka langsung disambut oleh pemandangan di mana setiap sudut rumah diterangi oleh cahaya.Sejak masuk ke kota, setiap jalan dipenuhi dengan lampion dan dekorasi warna-warni. Pohon-pohon juga dihiasi dengan cahaya gemerlapan sehingga suasananya terasa sangat meriah.Setelah tiba di jalan utama di mana festival lampion diadakan, terlihat aneka lampion warna-warni yang indah. Ada hiburan seperti menikmati lampion, menebak teka-teki lampion, pertunjukan barongsai, dan hiburan lainnya.Begitu melihat semua ini, Eira tidak berhenti berdecak kagum sepanjang jalan. Setelah hampir tiba di lokasi, kereta kuda pun dilarang melaju di jalan. Jadi, Syakia dan yang lain langsung turun dari kereta kuda dan berbaur dengan kerumunan.“Nih.”Pada saat ini, Adika tiba-tiba melemparkan sebuah kantong uang ke tangan Eira. “Ada
Adika sudah terbiasa melakukan perjalanan seperti ini. Sebaliknya, dia baru akan merasa tidak terbiasa apabila tidak bertemu dengan Syakia terlalu lama.Kali ini, Adika datang menjemput Syakia secara pribadi. Syakia tetap duduk di kereta kuda seperti biasa, sedangkan dirinya menunggangi kuda.Ketika datang, Adika melajukan kudanya sangat cepat. Sekarang, dia mengendalikan kudanya untuk melaju di samping kereta kuda dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat maupun lambat. Ketika melirik ke samping, melalui tirai yang tersingkap oleh angin sepoi-sepoi sesekali, Adika bisa melihat Syakia dan Eira yang mengobrol dengan gembira di dalam kereta kuda.Adika melirik wajah Syakia, lalu tiba-tiba berkata, “Di dalam kereta kuda ada tungku penghangat tangan. Keluarkan saja tungku itu untuk hangatkan tanganmu. Jangan sampai masuk angin.”Setelah mendengar ucapan itu, Syakia mencarinya dan hampir langsung menemukan tungku penghangat tangan yang dimaksud Adika. Tungku itu bukan hanya ada satu, melai
Tahun ini, orang-orang di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan sudah ditakdirkan tidak bisa hidup dengan tenang. Namun, Syakia malah hidup dengan nyaman tahun ini.“Besok, kamu mau turun gunung untuk nikmati festival lampion?” tanya Adika dengan tiba-tiba pada hari ini.“Festival lampion?” Syakia tertegun sejenak. “Festival lampion apa?”“Besok itu malam Tahun Baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, akan diadakan festival lampion di ibu kota.”Setelah mendengar ucapan Adika, Syakia baru tersadar bahwa ternyata setengah tahun telah berlalu sejak dia meminta Kaisar mengizinkannya menjadi biksuni. Tak disangka, malam Tahun Baru sudah dekat.Setelah malam Tahun Baru, mereka akan menyambut tahun yang baru lagi.Syakia mengembuskan hawa hangat, lalu menggosok-gosok tangan kecilnya yang agak beku dan menjawab sambil tersenyum, “Boleh saja. Tapi, aku harus minta izin sama Guru dulu.”Tatapan Adika tertuju pada tangan kecil Syakia yang agak beku itu untuk sejenak.Setelah melakukan segala sesuatu