Share

Bab 478

Auteur: Emilia Sebastian
Ayu masih berpura-pura polos.

Setelah mendengar ucapan Ayu, Ranjana menatap Ayu dan bertatapan dengannya untuk sesaat.

Ayu pun tertegun dan entah kenapa merasa agak ragu karena ditatap oleh Ranjana. Untuk apa Ranjana menatapnya? Tunggu, apa Ranjana sudah menyadari sesuatu?

Ayu tanpa sadar merasa tegang dan menelan ludah.

Namun, Ranjana malah tersenyum penuh arti. “Ayu, sebenarnya kamu nggak perlu takut. Kakak tahu semuanya. Jadi, kamu nggak usah bersandiwara di hadapan Kakak. Tunjukkan saja sifat aslimu.”

Ayu pun terdiam. Tunggu, apa yang Ranjana ketahui?

Kali ini, senyum di wajah Ayu terlihat jauh lebih dipaksakan dari senyuman Ranjana sebelumnya.

Untungnya, setelah menatap Ayu sejenak, Ranjana menggeleng lagi. “Ya sudahlah. Kalau kamu mau bersandiwara, terserah kamu. Kakak nggak keberatan.”

Ayu benar-benar tidak ingin melanjutkan topik ini. Dia pun mengganti topik pembicaraan dan berkata, “Oh iya. Kak Ranjana, apa kamu masih menyimpan bunga yang kuberikan padamu sebelumnya?”

Ranjana
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Ros
Yah kasian amat ranjana sdh di racuun sm Ayu. Juga Kahar sebentar lg. Mudah2an bunga yg ada di kamar Abista, Kasyia mau menolong abista. Dgn menyuruh Hala.Biar ga tau utk memusnahkan. Memang abista pernah berlaku kejam sm Kasyia. Semoga ada pintu maaf utk Abista. Kalo bapak nya ga usah. Jahat. Modar
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 589

    Ayu menarik keluar kotak kayu itu dari bawah tempat tidur Kama. Saat ditarik keluar, terdengar suara gemerincing di dalam kotak kayu itu. Begitu membukanya dan melihat setumpuk uang logam di dalamnya, mata Ayu langsung berbinar."Ternyata ada begitu banyak uang yang disembunyikannya."Ayu melihat kotak besar itu dan langsung gembira. Dia sedang mengkhawatirkan masalah uang. Berhubung Kama memiliki uang, uang itu akan jadi miliknya. Lagi pula, dia akan membuat Kama kembali cepat atau lambat."Coba kuhitung, berapa banyak uang yang diperoleh Kak Kama?"Ayu menuang keluar semua uang logam di dalam kotak kayu itu. Dia tidak peduli dengan untaian uang logam dan hanya mengacak-acak tumpukan uang itu. Setelah mengacaknya beberapa kali dan menemukan bahwa hanya ada untaian uang logam di dalamnya, ekspresi gembira di wajahnya langsung menghilang.Apa-apaan ini? Ternyata kotak sebesar ini hanya berisi uang logam? Ayu mengira pasti ada beberapa batangan perak atau semacamnya di dalam. Akan tetap

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 588

    Namun, Kahar tiba-tiba teringat penolakan Kama terhadap Ayu tadi. Pada akhirnya, sampai sosok Kama menghilang di balik pintu, dia masih tidak mengatakan apa pun.Melihat Kama yang sadar diri dan pergi sendiri, Ayu merasa jauh lebih baik. Jangan mimpi Kama bisa mengusirnya. Berhubung sudah datang, dia tidak akan pulang dengan tangan kosong lagi kali ini.'Jangan khawatir, Kak Kama. Kamu nggak akan bisa lari,' gumam Ayu dalam hati. Ada secercah cahaya yang melintasi mata Ayu. Namun, dia segera memasang lagi raut wajah khawatir, bagaikan seorang adik yang sangat peduli pada kakaknya ...."Kak Kahar, Kak Kama mau pergi ke mana? Di luar sangat gelap, gimana kalau kita panggil dia kembali?""Nggak." Kahar menggeleng untuk menolak, lalu berkata dengan nada tidak senang, "Kak Kama masih saja membela Syakia. Jelas-jelas, Syakia yang jadi biksuni nggak ada hubungannya dengan kamu. Tapi, Kak Kama masih saja berani menyalahkanmu. Hal seperti ini adalah pilihan Syakia sendiri. Kalau nggak, itu ya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 587

    Ayu menangis dengan sangat menyedihkan. Wajah kecilnya dibasahi air mata dan matanya memerah. Dia mengulurkan tangan kecilnya untuk menarik ujung pakaian Kama dengan pelan. Dia mengangkat sedikit kepalanya dan menatap Kama dengan berlinang air mata.Ayu bersikap seperti dirinya benar-benar sudah menyadari kesalahannya, benar-benar takut, dan benar-benar sedang meminta Kama memaafkannya.Namun, apa sebenarnya yang dipikirkannya adalah, 'Aku sudah berusaha keras bersandiwara. Kama pasti akan tertipu olehku!'Ayu sangat yakin akan hal ini. Dia tidak percaya bahwa hati Kama bisa sekeras batu. Melihatnya seperti ini, bagaimana mungkin Kama sama sekali tidak tergoyahkan?Namun, pada detik berikutnya ...."Plak!"Tiba-tiba terdengar suara pukulan di rumah gubuk itu. Kama tentu saja tidak menampar Ayu. Sebaliknya, dia menepis tangan Ayu yang sedang mencengkeram pakaiannya itu tanpa menunjukkan belas kasihan.Ekspresi Kama terlihat sangat dingin. Dia menatap tampang sok kasihan Ayu, lalu berkat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 586

    Hanya saja, saat itu Ayu tidak berada di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, melainkan di pengadilan kekaisaran. Oleh karena itu, Ayu baru berhasil melarikan diri. Sebaliknya, semua kemarahan itu justru dilampiaskan kepada Kahar?Namun, sejak awal, Cempaka sebenarnya tidak berpikir untuk meminta Kahar memilih di antara keduanya. Siapa suruh Kahar berulang kali melindungi Ayu di hadapan Cempaka? Masih mending apabila Kahar hanya melindungi Ayu, tetapi dia juga berani menghina Syakia di hadapannya. Bagaimana mungkin Cempaka menoleransi hal ini?Jadi, Cempaka baru memberikan pilihan ini. Jawaban dari soal pilihan ganda ini membuat Kahar menderita, juga membuat Cempaka kecewa.Kama bertanya, "Jadi, kamu akhiri pertunangan dengannya? Hanya karena dia mau kamu pilih antara dirinya dan Ayu, lalu kamu pilih Ayu?"Jika memang benar demikian, Kama merasa itu sangat konyol. Untungnya, adiknya itu masih belum sepenuhnya tidak tertolong.Kahar menggeleng. "Nggak, aku nggak setuju. Awalnya, aku sam

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 585

    "Ka ... kamu lagi bohongi aku?" tanya Kama dengan ragu.Kahar terkekeh. Ada ketidakrelaan yang terpancar di matanya. "Aku justru berharap ini cuma kebohongan belaka. Sayangnya, ini kenyataan." Kama mengernyit dan bertanya dengan bingung, "Kenapa?"Kahar menjawab dengan acuh tak acuh, "Gara-gara Syakia."Kerutan di kening Kahar makin dalam. "Apa hubungannya ini dengan Syakia?""Tentu saja ada. Gimanapun, dialah yang memaksaku untuk akhiri pertunangan dengan Cempaka," ujar Kahar dengan geram. Dia ingin sekali bergegas naik gunung dan menyerbu Kuil Bulani untuk menghajar Syakia demi melampiaskan kebenciannya."Nggak mungkin." Kama berujar tanpa ragu, "Jangan coba-coba bohongi aku. Dengan hubungan antara Syakia dan Cempaka, kecuali Cempaka sendiri yang mau akhiri pertunangan ini, Syakia nggak mungkin melakukannya."Ucapan Kama memang tepat. Berhubung begitu akurat, ekspresi Kahar pun menjadi makin muram. Memang Cempaka yang ingin mengakhirinya, tetapi ...."Kalau bukan karena Syakia, mana

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 584 

    "Apa katamu?" Kama yang seharian tinggal di kaki Gunung Selatan dan bekerja di desa pun terbelalak begitu mendengar ucapan Kahar. Dia menyahut dengan tidak percaya, "Apa yang terjadi dengan Kak Abista? Kenapa dia tiba-tiba jatuh sakit dan bahkan sakit parah?"Abista jelas-jelas sehat saja, bagaimana mungkin dia hampir mati? Tunggu! Kama tiba-tiba teringat terakhir kali dia bertemu Abista di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Saat itu, raut wajah Abista memang sangat buruk, seperti sedang sakit. Jadi, apakah Abista sudah sakit dari saat itu sehingga dia terlihat begitu menakutkan?"Cepat ngomong! Kak Abista sakit apa?" tanya Kama dengan cemas sambil menarik kerah baju Kahar. Dia langsung mengabaikan Ayu. "Aku juga nggak tahu!" Kahar buru-buru menjawab, "Ayah nggak kasih tahu kami dari awal. Cuma Ayah dan Tabib Iwan yang tahu keadaan Kak Abista yang sebenarnya. Kak Kama, kalau mau tahu, tanya saja pada Ayah atau Tabib Iwan." Namun, Kahar tahu bahwa Kama pasti tidak akan bertanya pad

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status