Share

Bab 4

Owen yang sudah hidup kembali dan memiliki kekuatan yang sangat besar. Dia memang masih belum menguasai semuanya, tapi kekuatannya saat ini sanggup untuk membunuh dua pembunuh biasa.

Beberapa detik kemudian, saat pembunuh yang satu lagi belum merespons, Owen langsung berlari pergi memeluk Theresa, lalu bersamanya bergelinding ke dalam sungai.

Apa mereka ingin mati bersama?

Ekspresi wajah Theresa terlihat rumit. Lelaki ini memang sangat menyebalkan. Hanya saja, padahal mereka baru bertemu sebentar saja, si lelaki malah rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan dirinya.

Saat ini, kedua kaki Theresa sudah terasa lemas. Dia segera menepi ke tepi sungai. Perasaannya sangat kalut saat ini. Di satu sisi, dia berharap Owen bisa naik ke tepi sungai, tapi di sisi lain, dia juga berharap Owen sudah tidak bernyawa. Sebab, tubuhnya sudah dilihat, diraba, dan bahkan bibirnya juga sudah dicium oleh lelaki itu.

Theresa menggigit bibirnya sambil menunggu. Hanya saja, dia masih tidak berhasil menunggu si lelaki. Dia sungguh tidak tahu bagaimana nasib si lelaki itu.

Entah kenapa air mata mulai menetes dari ujung mata Theresa. Theresa sudah berusaha untuk menahannya, tapi dia tetap tidak sanggup mengendalikan air matanya ….

Tak lama kemudian, terdengar suara klakson mobil. Pengawal-pengawal Keluarga Lestari sudah tiba!

Theresa yang mengenakan pakaian Owen itu sudah menunggu sangat lama. Setelah memastikan Owen tidak naik ke tepi sungai, dia berbisik di dekat tepi sungai, “Namaku Theresa Lestari. Kalau … kamu bisa cari aku ….”

Kemudian, Theresa membalikkan badannya untuk berjalan pergi. Namun, dia tidak tahu Owen yang berada di dalam sungai sudah mendengar namanya.

Theresa Lestari?

Nama yang sangat bagus!

Setelah Theresa pulang ke rumah, dia bagai orang gila saja. Dia memerintah semua pengawalnya untuk mencari Owen di dalam sungai. Namun pada akhirnya, mereka tidak bisa menemukan apa pun.

Theresa hanya tahu lelaki itu bernama Owen Guswadi. Dia adalah seorang menantu pecundang. Anak buah Theresa berhasil menemukan kartu identitasnya. Katanya, kartu identitasnya ditemukan di pusat pembuangan sampah.

Aneh sekali.

….

Saat ini, Lucy dan Sarah sedang menunggu di depan Kantor Catatan Sipil.

Lucy terus melihat jam tangannya, dan emosinya juga sudah hampir meledak. Semalam dia sudah janjian dengan Owen untuk mengurus perceraian mereka pagi hari ini. Namun sekarang sudah hampir siang hari, dan masih belum tampak bayangan Owen.

Owen juga tidak pulang semalaman, dan ponselnya juga tidak bisa dihubungi.

Ketika Lucy sudah tidak bisa bersabar lagi, akhirnya tampak Owen berlari ke sisinya dengan terengah-engah dan pakaian koyak!

Semalam Owen sudah memperlakukan Theresa dengan sangat kasar. Terakhir, dia pun mengetahui bahwa Theresa berasal dari keluarga kaya. Jadi, Owen pun tidak berani naik lagi. Setelah mendengar nama Theresa, dan menyadari ada banyak pengawal yang berjaga di sana, Owen pun langsung berenang ke sisi lain. Kemudian, dia mengalami banyak rintangan, bahkan pingsan di dalam sungai.

Saat Owen sudah menyadarkan diri, matahari pun sudah menggantung di atas sana.

Owen pun kepikiran masalah perceraiannya dengan Lucy. Dia juga ingin segera terlepas dari siksaan ini. Oleh sebab itu, Owen datang dengan tergesa-gesa.

Plak!

Lucy langsung menampar Owen.

“Dasar cowok nggak berguna! Semalam kamu ke mana saja? Bukannya aku sudah bilang urus prosedur perceraiannya di pagi hari. Sekarang sudah siang! Kamu sudah buang-buang waktuku saja!” marah Lucy.

“Semalam aku ada sedikit urusan ….”

Owen memegang pipinya. Betapa inginnya dia membalas menampar Lucy, tapi dia tidak berani melakukannya. Pada akhirnya, Owen hanya bisa menelan penghinaan ini.

“Orang nggak berguna sepertimu bisa ada urusan apa! Kenapa? Jangan-jangan semalam kamu nggak senang? Jadi, kamu pergi cewek lain?” Sarah berjalan mendekati, lalu berbicara dengan nada menyindir.

“Ibu, sepertinya Ibu sudah memandang tinggi dirinya. Cewek mana yang mau sama cowok pecundang seperti dia! Meski dia ingin pergi cari kupu-kupu malam, dia juga nggak sanggup buat bayar!” ucap Lucy dengan tersenyum.

Owen sungguh malu. Dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya untuk menatap kedua wanita di hadapannya.

“Sudahlah, aku sudah cukup muak untuk lihat kamu lagi! Ayo kita urus prosedur perceraian kita!” ucap Lucy dengan mendengus. Kemudian, dia duluan berjalan memasuki Kantor Catatan Sipil.

Namun pada saat ini, Owen malah berkata, “Kartu identitasku hilang. Kita … kita … nggak bisa cerai. Semalam sewaktu kalian usir aku keluar, kalian buang semua barangku ke dalam tong sampah. Di dalamnya ada kartu identitasku. Semua ini juga bukan salahku. Jam segini sampah-sampah itu juga sudah dimusnahkan. Aku nggak bisa menemukan kartu identitasku lagi.”

“Apa?” Lucy terbengong, lalu menatap Owen dengan galak. Tiba-tiba dia tersenyum sinis dan berkata, “Sepertinya kamu sengaja nggak mau cerai sama aku? Pakai alasan kartu identitasmu hilang lagi. Kamu kira aku bisa dibohongi sama kamu! Kamu itu cowok bukan, sih?”

“Iya, kalau kamu nggak ingin cerai, kamu bisa terus terang! Kenapa? Memangnya enak ya diselingkuhi? Atau kamu bersedia jadi ayah dari anak yang dikandung Lucy? Kamu suka asuh anak orang lain?” Sarah juga ikut menyindir.

“Bukan, kartu identitasku memang sudah hilang. Lagi pula, semua juga ulah kalian. Apa hubungannya sama aku?” Owen mengepal tangannya dengan kuat, dan matanya mulai memerah.

Sekarang Owen juga ingin segera bercerai dengan Lucy. Hanya saja, dia tidak memiliki kartu identitas, dia juga tidak berdaya.

Kebetulan saat ini sebuah mobil Porsche dan mobil Audi berhenti di depan Owen dan yang lainnya.

Saat pintu mobil Porsche dibuka, tampak seorang pemuda berumur 26-27 tahun dengan busana mahal dan kacamata hitam sedang menuruni mobil.

Disusul, dua orang pengawal berpakaian rapi menuruni mobil Audi, lalu bergegas berjalan ke belakang si pemuda.

Keberadaan mereka tentu saja menarik perhatian banyak pengguna jalan. Dalam sekali lihat, semua orang juga bisa menebak kalau lelaki itu pasti adalah tuan muda dari orang kaya.

“Tuan Fredi, Tuan sudah datang, ya ….”

Lucy dan ibunya langsung menyingkirkan ekspresi galak di wajahnya, dan tersenyum lebar terhadap Fredi.

Fredi Leonard melepaskan kacamata hitamnya, lalu berbicara dengan ekspresi arogannya, “Lucy, bukannya kamu bilang hari ini kamu akan bercerai dengan suamimu? Ada apa ini? Kenapa sampai saat ini kalian masih belum urus prosedur perceraian?”

“Haish, jangan diungkit lagi! Si pecundang ini sengaja terlambat datang. Kemudian, dia ngotot bilang kartu identitasnya hilang. Sepertinya dia nggak ingin bercerai sama aku!” Lucy spontan memelototi Owen.

“Kata siapa nggak punya kartu identitas nggak bisa cerai! Aku kenal sama anggota Kantor Catatan Sipil! Ayo, aku bawa kalian untuk urus prosedur perceraian!”

Fredi memeluk pinggang Lucy dengan mesra, lalu melirik Owen sekilas dengan tatapan sinis. “Aku peringati kamu, lebih baik kamu ikuti apa kata kami, kalau nggak, kamu akan menyesal nanti!”

“Hei, kamu dengar nggak? Meski kamu nggak ada kartu identitas, suamiku juga bisa jalankan prosedur perceraian kita! Sekarang kamu nggak bisa ngeyel lagi, ‘kan?”

Lucy tersenyum pada Owen, lalu mengecup pipi Fredi. Kemudian, mereka berdua berjalan ke dalam Kantor Catatan Sipil dengan mesranya.

Dasar sepasang lelaki dan wanita jalang!

Owen mengepal erat tangannya, dan dapat terlihat kobaran api di dalam matanya.

Lucy bukan hanya selingkuh, dia bahkan menebar kemesraan dengan selingkuhannya di hadapan Owen. Sungguh menjengkelkan!

Hanya saja, ketika kepikiran Owen akan segera terbebas dari Lucy, dia pun berusaha memendam amarahnya. Owen mengikuti langkah mereka berdua berjalan memasuki Kantor Catatan Sipil.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
King Li
keren banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status