Abian memandang penuh takjub wanita berhijab yang memiliki pahatan wajah begitu sempurna. Kedua mata indah dengan hidung mancungnya, serta bibir mungil berwarna pink. Begitu Indah dipandang."Apa aku terlalu cepat datang ke rumahmu?""Tidak, kau tepat waktu. Apa kau membawa semua yang aku katakan?" jawab wanita yang tidak lain adalah diriku sendiri sambil tersenyum menatap wajah Abian. Pria itu terlihat begitu sangat tampan dengan setelan baju santainya. Celana jeans dan kaos berwarna putih polos."Ayo, masuklah!" ajakku.Abian menganggukan kepalanya lalu mengikuti langkahku.Aku sengaja mengajak Abian untuk duduk di ruang tamu, dengan begitu jika suamiku keluar, dari lantai dua akan dengan mudah melihatku dari atas."Akan aku buatkan minuman dulu,"Abian masih setia memamerkan deretan gigi putihnya itu. tak ada yang berubah dari dulu, Ia masih saja murah senyum padaku walaupun aku adalah wanita yang telah mematahkan semangat hidupnya saat itu.Abian menatap sekeliling rumah Mawar, mel
Mulan menajamkan pendengarannya. Setelah bersaing menangis tersedu-sedu dengan Nathan yang butuh untuk di berikan susu, Mulan menghentikan tangisannya dan berjalan keluar kamar tanpa melihat box bayi Nathan. Bayi itu masih setia menangis histeris karena tak mendapatkan apa yang ia inginkan.Setelah membuka pintu rumah, Mulan dapat melihat seorang pria berkulit sawo matang sedang tersenyum melihat ke arahnya."Siapa anda?""Saya Jimmy, yang ditugaskan pak Akbar untuk datang ke sini. Beliau hari ini tidak dapat datang, karena masalah kesehatannya. Kalau ada yang ingin anda inginkan, anda dapat mengatakan langsung pada saya agar saya dapat membelikan keperluan yang anda inginkan."Mendengar penuturan pria di hadapannya itu, Seketika wajah Mulan memancarkan sebuah senyum kemenangan.dengan datangnya pria bernama Jimmy ini, Ia bisa meminta bantuan kepada Jimmy agar membelikan susu formula untuk Nathan."Belikan aku susu termahal dan pastinya paling bagus untuk Nathan. Untuk bayi usia nol sa
Setelah berhasil mendaratkan ciuman bibir pada diriku, Mas Akbar terlihat begitu bahagia. Ia kembali mengecup keningku, sebagai penutup pergulatan antara rasa kesal dan cemburunya pada Abian. "Puas?" sarkasku."Sangat, bibirmu begitu candu dan selalu ingin aku rasakan kenikmatannya." Mas Akbar mengelus lembut kepalaku yang tertutup oleh Hijab."Benarkah, itu?"Mas Akbar nampak mengangguk dan tersenyum menanggapi pertanyaan diriku."Baiklah, sudah cukup untuk hari ini. Aku harus menyiapkan makan malam kita, mas.""Pesan saja sayang…" rengek Mas Akbar. "Baiklah." Akhirnya aku memilih untuk mengalah dari pada harus berdebat dengan Mas Akbar. "Oh iya mas, besok malam kita harus menghadiri acara ulang tahun pernikahan Paman Hamzah. Dan jangan sampai lupa, kalau ada kendala di kantor, Mas besok harus tetap datang. Jangan sampai melewatkan hal ini."Mas Akbar sedikit terkejut mendengar penuturan diriku, ia nampak duduk dengan gelisah. Mungkin karena sudah membuat janji dengan Mulan, sehin
Pesta ulang tahun pernikahan Paman Hamzah dan Bibi Auliya merupakan salah satu pesta yang menurutku begitu mewah dan berkesan. Para tamu undangan terlihat begitu suka cita menyambut kedatangan suami istri itu. Aku hanya duduk sendirian di sebuah meja bundar yang dikelilingi oleh empat kursi yang masih kosong.Mas Akbar? Pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Karena merasa tidak nyaman dengan tatapan mata keluarga dari pihak Mas Akbar, aku memutuskan untuk duduk sendiri, tanpa ingin diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting yang sebenarnya mereka sudah tahu Jawabannya."Sendirian?" aku menatap pria dengan postur tubuh tinggi sedang menatap diriku. "Abian?" "Boleh aku duduk?""Tidak ada yang melarangnya," jawabku sinis. Entah mengapa, diriku justru melampiaskan kekesalanku pada Abian. Pria itu nampak mengambil tempat duduknya yang berhadapan langsung dengan diriku."Lihatlah pasangan suami istri itu, mereka sudah menikah selama tiga puluh tahun. Sebuah bukti bahwa
Sehari sebelum pesta pernikahan.Akbar memijat kepalanya walaupun tak terasa sakit sama sekali. pria tampan berhidung mancung tersebut nampak begitu frustasi saat mengiyakan ajakan mawar agar menemani istrinya itu pergi ke pesta paman Hamzah dan Bibi Auliya. belum sempat Ia bangun dari posisi tidurnya, ponselnya kembali bergetar. Akbar pikir, Mulan yang menghubungi dirinya. Saat Akbar memperhatikan layar ponselnya, ternyata nomer Jimmy mengirim sebuah pesan singkat. Karena rasa penasarannya, Akbar segera membuka pesan singkat tersebut. dan sebuah foto Mulan telah tergambar jelas sedang memberikan botol dot susu pada Nathan.Wajah Akbar memerah menahan amarahnya. Berulang kali Akbar telah mewanti-wanti agar Mulan tidak memberikan susu formula untuk Nathan. Karena Akbar menginginkan anaknya itu bisa menikmati Asi ibunya selama enam bulan pertamanya. Tapi, lihatlah foto ini. Mulan telah membuat kesalahan besar dengan memberikan susu formula pada Nathan. Dengan perasaan yang bercampur ad
Akbar segera memarkirkan mobilnya di tempat yang telah disediakan. Walaupun pesta diadakan di rumah, tapi Untuk memarkirkan sebuah mobil saja, Akbar sedikit kesulitan karena banyaknya tamu kendaraan yang telah terparkir di halaman rumah megah tersebut.Setelah mendapatkan bantuan dari penjaga keamanan, Akbar segera bergegas menuju ke dalam rumah sang pemilik pesta. Namun, bukan untuk memberikan selamat pada sang pemilik rumah, melainkan untuk menemui Mawar. Sebenarnya Akbar tidak memiliki minat untuk dapat menghadiri acara ini, tetapi saat ia datang ke rumah Mulan, wanita itu sudah tidak berada di rumahnya. Nathan telah dititipkan oleh orang kepercayaan Akbar, yaitu Santi. Kepergian Mulan membuat Akbar merasa kesal sekali, karena wanita itu tidak izin pada dirinya. Bahkan, Santi juga tidak mengetahui kepergian majikannya itu. Hanya saja, Santi mengatakan bahwa pakaian yang dikenakannya Mulan sangatlah bagus dan terkesan mewah, tidak seperti biasanya."Abian, tolonglah. Aku harus pergi
Dengan perasaan kurang nyaman, aku masuk ke dalam mobil Abian. di perjalanan menuju pulang, pandanganku tertuju pada kaca jendela mobil untuk melihat pemandangan kota minyak yang begitu indah. jalanan kota Balikpapan yang stabil membuat penggunanya begitu menikmati momen malam hari ini."Apa kau menikmati perjalanan ini?"Kualihkan arah pandangku pada Abian. Pria itu nampak begitu gagah saat dilihat dari samping. Hidungnya yang mancung begitu terlihat memikat siapa saja yang melihatnya.Kulitnya yang putih dan bersih."Mawar?" "Hah?"Abian nampak tersenyum sembari memandang sekilas wajahku."Kau tertangkap basah sedang memperhatikan diriku."Aku merasa sangat malu dengan sederet kata yang mampu membuat pipiku memerah. "Tidak!" elakku tanpa berani menatap ke arah Abian."Apa alasanmu pergi dari pesta sebelum bertemu dengan Paman Hamzah?"Seketika tubuhku menegang mengingat wajah Mulan yang tersenyum manis saat memasuki rumah paman Hamzah. Bagaimana bisa pelakor Seperti dirinya bisa d
"Dimana Mawar?" ulang paman Hamzah yang terlihat melihat sekelilingnya."Mawar, aku dan istriku tadi tidak berangkat bersama paman. Tapi, tadi kata Herman, Mawar telah tiba terlebih dahulu."Paman Hamzah berpaling menghadap diriku. Kedua alisnya tampak terpaut menjadi satu. Kerutan di keningnya menandakan bahwa beliau masih belum paham penjelasanku."Kenapa harus berangkat sendiri?""Aku ada urusan kantor yang tidak dapat aku tinggalkan."Paman Hamzah tersenyum miring menanggapi jawabanku."Kau pikir paman ini bodoh?" Akbar memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Tubuhnya nampak begitu gelisah."Kantor itu hanya alasan. Bukankah begitu? Jangan main api kalau tidak mau terbakar. Besok siang, temui aku di hotel. Aku dan ayahmu sepakat bahwa kau akan mengelola bisnis kami, pilih salah satunya." Kata-katanya terdengar tidak ingin dibantah oleh Akbar."Tapi, paman…bagaimana dengan tempat kerjaku sekarang?"Paman Hamzah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Akbar. Beberapa tamu und