Home / Romansa / Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan / Bab 4 ( Kepergian Mas Akbar )

Share

Bab 4 ( Kepergian Mas Akbar )

Author: Tri Afifah
last update Last Updated: 2023-03-29 14:16:48

Saat Mas Akbar Kembali ke rumah, waktu telah menunjukkan pukul empat sore. Selama lima jam keluar dari rumah, tidak satupun pesan yang Mas Akbar kirimkan untukku. dan anehnya, aku merasa biasa saja. Sepertinya ini menjadi hal biasa yang aku alami selama kurang lebih dua bulan ini, dan itulah sebabnya mengapa aku merasa biasa saja tanpa pesan Mas Akbar.

"Bahkan sampai aku pulang pun, kau tidak mencari keberadaanku!" Mas Akbar tampak seperti orang yang sedang dalam pengaruh Alkohol. Jalannya sempoyongan dan beberapa kali terjatuh dan Berdiri lagi.

Aku yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Mas Akbar.

Sebelum Mas Akbar sampai ke tempat dudukku, aku merekam videonya dengan ponselku.

"Mawar, aku mencintaimu lebih dari Wanita itu."

Bruk! Sekali lagi, Mas Akbar kembali terjatuh ke lantai.

"Tapi…Mulan. dia, Berbeda denganmu."

Mulan?

Aku menggenggam erat ponselku, melampiaskan hasrat ingin mencekik leher suamiku yang sedang Mabuk Alkohol dan wanita yang baru saja diucapkan oleh Mulut manisnya itu.

"Mawar! Aku harus bagaimana, aku mencintaimu dan Mulan. Hahahaaa…"

Karena sudah tidak bisa bersabar lebih lama lagi, aku menelepon seseorang yang akan membantuku.

"Datanglah ke rumahku, Sekarang."

Butuh waktu kurang lebih dua puluh menit agar orang yang aku hubungi itu sampai ke rumah.

"Apa yang terjadi?" Pria dengan kemeja putihnya itu berjalan mendekati tubuh Mas Akbar yang sudah tergeletak di lantai.

"Mas, bangun Mas!"

Ya, dia adalah Agung sepupu Mas Akbar.

"Mbak Mawar, Mas Akbar ini kenapa sih!"

"Mbak juga tidak tahu, yang jelas Ia mabuk. Lebih baik angkat Mas mu itu ke kamar."

Agung nampak terkejut.

"Berat, Mba…" keluhnya.

"Ya sudah, diangkat dan ditaruh di sofa aja."

Agung mengangguk setuju.

Setelah berhasil mengangkat tubuh Mas Akbar dan membaringkannya di atas sofa, Agung segera mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Mbak buatkan minuman dulu."

Tak ada jawaban. Agung nampak mengangguk saja tanpa berniat untuk menjawab. Mungkin karena terlalu kelelahan mengangkat tubuh Mas Akbar yang berotot itu, sedangkan tubuhnya tidak terlalu berisi. Bisa dikatakan terlalu kurus untuk pria seusianya.

Setelah mengeluarkan minuman bersoda dari dalam kulkas, aku bergegas menuju tempat Mas Akbar dan Agung beristirahat.

"Ini minumlah…" ucapku seraya menyodorkan minuman kaleng pada Agung. Pria itu langsung menerimanya dengan senang hati.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Mbak?"

"Biasa, Masmu itu cemburu pada Mbak tentang Abian. Padahal yang menyinggung soal Abian, Masmu sendiri. Tapi malah dia yang kesal dan marah. eh, pulangnya malah mabuk begini." jawabku jujur.

"Masalahnya, apa mbak sampai Mas Abian di ikut sertakan dalam urusan rumah tangga kalian?"

Aku menghembuskan nafas kasar. Bisa-bisa merembet jika aku terus menjawab pertanyaan Abian.

"Agung, kamu itu kayak nggak kenal siapa Masmu itu. Posesif."

Akhirnya Agung mengangguk mengiyakan jawaban yang aku berikan.

"Ya sudah mbak, sudah mau jam lima lewat ini. Aku pulang dulu ya,"

"Lho, kenapa harus buru-buru? Tadi sudah sholat Ashar belum?"

"Alhamdulillah, sudah mbak. Tapi aku lagi sedang ada janji sama temen, Mbak. Jadi nggak bisa lama-lama."

"Temen apa demen, Gung?"

Agung tertawa mendengar sindiran yang aku berikan padanya. Sepertinya hal yang aku katakan benar adanya. Mungkin, Agung telah memiliki tambatan hati.

***

"Sayang, Kenapa aku berada di Sofa dan tidak di kamar kita?"

Aku terdiam, melihat wajah tampan Suamiku sendiri. Kesadarannya telah pulih setelah aku menunaikan ibadah sholat Isya.

"Kau sudah sadar?"

Alis pria berhidung mancung itu saling bertautan dengan sikap bingungnya.

"Apa maksudmu, sudah sadar? Bukankah aku ketiduran di sofa,"

Aku menggelengkan kepalaku.

"Kau pulang dalam keadaan Mabuk. Kau juga pulang tidak membawa mobilmu."

Mas Akbar Tampak terkejut mendengar ucapanku. Wajahnya seketika memucat sempurna. Mungkin sekelebat bayangan bisa dengan jelas Ia ingat saat sebelum pulang dalam keadaan tak sadar.

"Ya sudah Mas. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu."

Mas Akbar hanya diam saja sambil mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

Lelahkah dirimu Mas?

Kita hampir sama. Sama-sama saling merasakan bagaimana rasanya lelahnya kehidupan rumah tangga ini. Kalau kau ingin hidup berumah tangga dengan dua wanita sekaligus, beda dengan diriku.

Jalan kita sudah tidak sama Mas. Tapi sebelum itu, aku ingin mengenal siapa sosok wanita penggoda suamiku.

Oh, tunggu dulu.

Wanita penggoda suamiku? Aku tidak sejahat itu, Mas. Aku tidak ingin langsung melabelinya sebagai penggoda dirimu. Aku harus tahu alur kisah cinta kalian berdua, baru setelah itu aku dapat memastikan siapa yang sebenarnya benar-benar bersalah.

Ataukah dirimu menyalahkan diriku karena sampai saat ini diriku belum bisa mengandung anak darimu?

Aku masih ingat, saat di awal tahun kedua pernikahan kita ini aku berinisiatif agar kita mengikuti program kehamilan. Tapi, kau sama sekali tidak terpengaruh dengan keinginanku itu.

Tapi, tadi siang saat di Restoran. Aku dapat melihat raut wajah keterkejutan dirimu saat pelayan itu menanyakan soal kelahiran seorang anak. Apakah Mulan yang kau sebut itu sudah berhasil memberikan dirimu seorang anak, Mas?

***

Keesokan harinya, Mas Akbar terlihat sudah siap untuk berangkat ke Samarinda. Mobil yang kemarin sore tidak dibawa pulang oleh Mas Akbar Pun sudah berada di garasi mobil. Aku tidak tahu siapa yang mengantarkan mobil itu. Mungkin semalam, saat aku dalam keadaan tidur ada orang suruhan Mas Akbar yang mengantarkan Mobil.

"Sayang, mungkin Mas tiga atau empat hari di Samarinda." Mas Akbar memulai sebuah obrolan di atas meja makan.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Mas Akbar.

"Sayang jadi menginap di rumah Ayah dan Ibu?"

"Mungkin saja Mas. Aku belum terlalu yakin." Jawabku sambil mengolesi roti tawar dengan selai strawberry.

"Kenapa?"

Aku menghentikan kegiatan mengoleskan selai di roti.

"Karena aku belum yakin, hanya itu."

"Aku harap kau tidak macam-macam saat aku ke luar kota."

Aku menatap kesal wajah Mas Akbar.

"Macam-macam, bagaimana Mas? Coba terangkan lebih detail agar aku paham dan mengerti arti ucapanmu itu." Selera makanku mendadak hilang mendengar ucapan Mas Akbar yang terkesan menuduhku bermain-main di belakangnya.

Mas Akbar meletakkan kembali roti tawar yang tadi sudah aku olesi dengan selai kacang ke atas piring.

"Aku hanya ingin kau tetap berada di sampingku."

Aku terdiam mendengar ucapan Mas Akbar. Ingin tetap berada disampingku, tapi dia membuat luka di hatiku.

"Baiklah, aku lebih baik pergi saja. Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik."

Belum sempat aku meraih tangannya agar aku cium, Mas Akbar telah melangkahkan kakinya menuju ke pintu.

Aku hanya dapat melihat punggung Mas Akbar yang telah hilang di balik pintu.

"kau benar-benar pergi tanpa memandang wajahku, Mas..." monolog ku pada diri sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampuslah kau mawar. dan buat penulis goblok, belajar bikin cerita yg waras dan wajar. koq istri goblok kayak gini yg dijadikan tokoh cerita.
goodnovel comment avatar
amymende
makin dibaca makin gak sreg bahasa n susunan kalimatx, sekelas good novel gini?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 177 ( Sebuah Akhir)

    Perasaanku saat ini sedang dalam keadaan kurang nyaman. Setelah Abian pamit akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Akbar, entah mengapa perasaan ini tak menentu."Belum ada kabar?" tanya Mama yang saat ini duduk di sebelahku.aku menggeleng sambil terus mencoba untuk menghubungi nomer telpon Abian."Sebentar lagi juga Abian memberi kabar. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan ini. Polisi juga sudah memiliki bukti yang cukup kuat untuk menangkap Sandoro." Papa memotong pembicaraan kami. Pria paruh baya itu terlihat asyik menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Mama."Tapi, Pa…tidak biasanya Abian bersikap seperti ini." Jawabku sambil memaksakan senyum."Coba cek ponselmu, siapa tahu saja sudah ada berita penangkapan Sandoro."Aku menuruti kemauan Papa dan melihat berita terbaru yang menyuguhkan video penangkapan Sandoro.Mama yang melihat ekspresi wajahku menyimpulkan sesuatu dan segera menyalakan layar televisi. "Benar dugaan Papa," lirih Mama sambil mengelus lem

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 176 ( Ditangkapnya Sandoro)

    Dunia Akbar runtuh dalam hitungan detik. Kedua matanya masih menatap tak percaya dua tubuh yang tanpa busana saat ini saling melekat dan berkeringat bersama menapaki gairah cinta yang tiada tara.Tak ada yang bersuara, semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing."Mas Akbar…" lirih Mulan, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.Akbar ambruk begitu saja, tubuhnya terasa begitu lemah. Kalau dimasa lalu, Ia menyakiti Hati Mawar dengan menyetubuhi wanita lain, kini Akbar harus menanggung beban derita yang entah bisa disembuhkan atau tidak selama sisa umurnya, karena melihat dengan jelas tubuh istrinya kini disetubuhi oleh Ayahnya sendiri."Akbar!" teriak Sania panik melihat anaknya jatuh terduduk di lantai.Sania hanya mampu memeluk tubuh Akbar sambil menangis menjerit pilu, merasakan rasa sakit yang akan Akbar tanggung seumur hidupnya."Apa ini, Bu? Kenapa nasibku Seperti ini? Aku memiliki ayah monster dan wanita yang…" tangisnya pecah. Pria tegap itu menangis dalam pelukan Sa

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 175 ( Rahasia dibalik Rahasia)

    Dengan perasaan yang kacau, Akbar memutuskan untuk menemui orang tuanya yang saat ini berada di rumah. Ingatannya kembali pada saat pertama kalinya Ia bertemu dengan Mulan yang saat itu sedang diTawan oleh beberapa Orang yang mengaku telah membayar mahal gadis desa itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali. Ia benar-benar merasa iba atas hal yang terjadi pada Mulan saat itu.Sampai pada akhirnya, dirinya mulai menyadari bahwa Ia jatuh cinta pada gadis desa yang sangat berbeda sekali dengan Mawar.Mulan sangatlah lembut dan selalu membutuhkan pertolongannya. Sebagai seorang Pria, Ia merasa sangat dibutuhkan dan dihargai."Sial!" teriaknya frustasi. Mobil yang dikendarainya melaju sangat cepat agar cepat sampai ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah, Akbar segera memarkir mobilnya dan berlari ke dalam rumah, mencari sosok pria yang sangat ingin ia temui."Akbar?" Sania tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Wajah Akbar tampak begitu merah, Seperti menahan sesuatu."Dimana Ayah, Bu

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 174 ( Lebih Baik Dicintai daripada Mencintai)

    "Aku belum selesai bicara!" cegah Akbar, merasa pernyataan Abian terdengar begitu mengusik hatinya."Apa lagi yang ingin kau dengar?" Abian berbalik dan menatap wajah Akbar. Dua pria tampan itu terlihat memiliki ekspresi sama-sama dingin dan hal itu membuat suasana semakin tegang saja."Ayahmu ada di balik semua ini. Cobalah untuk berpikir, apa yang membuat kehidupan rumah tanggamu dengan Mawar berantakan. Kalau kau selalu beralasan kau berselingkuh karena perilaku seksual yang menyimpang, lalu atas dasar apa seorang wanita seperti Mulan mau tinggal dengan orang yang tak normal seperti dirimu!"Akbar sama sekali tidak menyangka, ucapan Abian begitu menusuk hati dan pikirannya. Pria itu ingin sekali menghajar habis-habisan Abian, namun Ia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan alasan, mengapa Abian begitu ngotot untuk menyalahkan ayahnya."Kita sama-sama seorang Pengusaha dan memiliki banyak uang untuk mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui. Kalau kau tidak begitu peduli denga

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 173 ( Tuduhan Yang Sama)

    "Apa yang membuatmu datang kemari?"tanyaku penasaran pada sosok yang saat ini berdiri di hadapanku.Akbar tidak menjawab, kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang."Apa yang sebenarnya kau inginkan, Akbar? Lebih baik kau pulang saja."Saat hendak melewati tubuh Akbar, pria itu mencekal lenganku, membuatku terpaksa menghentikan langkah kaki dan kembali memandang wajahnya."Aku ingin kita memulai sebuah lembaran baru. Mulan Seperti hilang ditelan bumi. Wanita itu meninggalkan diriku begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum menatap wajahku.Aku segera menepis tangan Akbar, dadaku bergemuruh menahan diri agar tidak mengucapkan kata-kata kasar. Aku tidak ingin pengunjung Restoran terganggu dengan kemarahanku.Tak ingin berlama-lama, aku bergegas meninggalkan Akbar. Berjalan keluar Restoran."Mawar, tunggu!"tak kusangka, Akbar masih saja mengejarku sampai ke tempat parkir."Apa sih yang kau inginkan!" sentakku dengan perasaan kesal setengah mati melihat polah tingkah Akbar yang kekan

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 172 ( Luka Lama Bersemi kembali)

    Bab 172Luka dalam hati selamanya akan menjadi sesuatu yang tidak pasti, jika tidak terobati dengan baik. Semuanya akan terasa indah jika bisa menyikapi hal itu dengan baik.Seperti halnya dengan diriku, tiga buka pasca perceraianku dengan Akbar, hati ini seperti tanaman yang baru saja tumbuh dan akan memulai sebuah perjalanan yang panjang.Akbar?Terakhir kali aku mendengar kabarnya. Pria itu masih mencari keberadaan Mulan, istri keduanya yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Setiap kali otakku kembali membayangkan masa lalu itu, bukan hanya rasa sakit, melainkan rasa kasihan.Kami bertiga memiliki alasan untuk menjadi korban. Ya, korban ketidakadilan atas keegoisan seorang Sandoro. Abian telah memiliki semua bukti yang mengarah pada mantan mertuaku itu.Pria paruh baya itu adalah alasan pertama, kenapa rumah tanggaku dan Akbar hancur berantakan. Walaupun, pada dasarnya kembali lagi pada diri sendiri akan sebuah kekuatan Cinta, yang Akbar tidak memiliki itu semua.Pria i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status