Home / Romansa / Pembalasan Istri Tersakiti / Bab.2 Mendapat Hinaan

Share

Bab.2 Mendapat Hinaan

Author: Say_the name
last update Last Updated: 2024-07-18 12:25:43

“Garvi?!” seru Anais seraya mengerutkan keningnya. Melihat pria yang masih berstatus sebagai suaminya dengan buket bunga besar di tangannya tengah berlutut di hadapan seorang wanita. 

“Sarah Dania!” gumam Anais.

Wanita yang bernama Sarah dan Garvi mengalihkan atensinya pada Anais. Garvi sedikit tersentak dengan kedatangan Anais yang tak terduga. Namun ia kembali menguasai perasaannya, dan menatap Anais penuh amarah.

“Ngapain kamu di sini?” tanya Garvi tidak suka. Ia kemudian menarik pinggang Sarah dalam pelukannya. Membuat mata Anais memanas.

“Harusnya aku yang tanya, Garvi. Kamu ngapain di sini?” ucap Anais balik bertanya. Meski sebenarnya ia tahu sedang apa Garvin bersama Sarah. Ia hanya menolak kenyataan yang ia lihat.

Sarah Dania, seorang aktris yang cukup terkenal. Ia dikenal sebagai wanita baik-baik dan lemah lembut, sehingga banyak orang memuja kebaikan dan kecantikannya. Termasuk para kaum adam.

Tapi siapa sangka, justru wanita baik-baik itu merebut seorang pria beristri. Dan ia adalah Anais Adiyaksa.

Sarah menatap sinis pada Anais karena merasa telah menang. Ia memberikan seorang putri untuk Garvin. Sedangkan Anais, kehilangan putranya dan tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga Anderson.

“Anais! Terima saja kekalahanmu. Garvin sudah melamarku dan memintaku untuk jadi istrinya. Jadi kamu tidak usah berharap lebih pada Garvi. Kamu harus sadar diri kalau tidak bisa memberikan anak untuk Garvi,” ucap Sarah yang disertai dengan senyuman dengan nada mengejek.

Koridor yang saat Anais datang hanya terlihat segelintir orang, makin detik bertambah makin banyak pasang mata yang menyaksikan kejadian tersebut. Entah itu pasien atau dokter yang lewat.

Jati pun mengamati kejadian itu dari sudut lain koridor. Ia mengikutinya sejak wanita itu keluar dari kamar inapnya. Ia meradang, melihat Anais mengemis cinta pada pria yang menjadi suaminya itu.

“Apa perlu aku patahkan tulang kaki pria itu?” bisik pria yang berdiri di samping Jati.

Dengan pandangan mata yang tak luput dari sosok Anais, Jati berkata, “Jangan. Biarkan saja!”

Meskipun bibirnya mengatakan untuk membiarkan saja pemandangan yang tidak menyenangkan itu, nyatanya tangannya mengepal menahan amarah. Ia hanya menunggu waktu yang tepat. Tidak mau kecerobohan yang ia lakukan akan berdampak bagi hubungannya dengan Anais yang sudah lama renggang.

Anais mendekat dan meraih jemari Garvi seraya berucap, “Garvi, kita belum bercerai. Tapi kamu—”

“Aku akan segera menceraikanmu!” Garvi kembali mendorong tubuh Anais. Untungnya, tubuh Anais ditangkap oleh seseorang dan membawa kedalam pelukannya. Sehingga tubuhnya yang masih ringkih itu tidak beradu dengan lantai keramik Rumah sakit.

‘Jati!’ pekik Anais dalam hati. 

Matanya melebar tatkala manik hitam keduanya beradu. Terlihat sebuah kemarahan dalam netra pria itu. Anais segera mendorong tubuh Jati agar menjauh. Dan pria itu hanya bisa menurut dalam diam.

Menjauh dari Anais, sudah ia lakukan sejak dulu. Itu sebabnya mereka berada di kota yang berbeda. Yang Jati sendiri tak tahu alasan pasti kenapa Anais membangun tembok besar nan tinggi diantara mereka. Jati bahkan dilarang datang ke pernikahan Anais dan Garvi. Ia hanya mendengar dari Paman Jordan cerita-cerita tentang pria yang menjadi suami keponakannya. 

Garvi mendekat ke arah Anais, kemudian berbisik, “Tunggulah dengan tenang dan jangan buat keributan. Setidaknya menunggu kamu pulih, baru akan aku bicarakan dengan pengacaraku.”

“Garvi, kamu tahu ‘kan? Kalau aku sangat mencintaimu? Aku sudah berkorban untukmu dan—”

Genangan air mata sudah berkumpul di pelupuk. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat sebelum genangan itu menerobos pertahanan yang Anais buat.

“Sarah juga berkorban untukku dengan melahirkan anak untukku. Aku juga tidak mau selalu berdebat dengan Papa hanya untuk membelamu setiap saat,” ucap Garvi menatap wajah Anais yang sudah basah karena air mata.

“Aku capek, lelah, Anais!” imbuhnya penuh penekanan.

Kecewa? Tentu saja hal itu yang dirasakan oleh Anais. Wanita itu sudah berkorban untuk keluarga suaminya selama 3 tahun pernikahan mereka. 

Selama menjadi menantu keluarga Anderson, yang Anais lakukan hanya berkutat dengan pekerjaan dapur. Tidak ada waktu sedikitpun untuknya merasakan jalan-jalan menikmati angin senja, memanjakan diri dengan pijatan yang menenangkan, ataupun hanya sekedar santai menikmati secangkir teh dan cemilan sembari menatap hujan di halaman belakang.

Setiap hari hanya kerja, kerja dan kerja. Namun, tak sekalipun Anais mengeluh. Sikap itu ia dapatkan lantaran Anais hanya seorang yatim piatu. Bukan putri seorang pemimpin perusahaan besar atau seseorang yang memiliki nama. Dan ia sering mendengar kata-kata seperti itu dari mulut mertuanya.

Lain hal dengan Sarah Dania. Siapa yang tak kenal dengan aktris yang sedang naik daun itu. Wajahnya terpampang di berbagai majalah maupun papan iklan besar pinggir jalan.

Anais tertunduk dengan isakan kecil terdengar. “Kamu berjanji padaku untuk—”

“Anais! Aku mohon mengertilah! “ bentak Garvi. “Lihatlah tubuhmu itu!”

Sarah tersenyum remeh saat Garvi menyinggung tentang penampilan Anais. Garvi membandingkannya dengan tubuh Sarah yang tetap terlihat langsing meski setelah melahirkan. Tidak seperti Anais yang memakai pakaian Rumah Sakit yang longgar, wajah kusam tanpa riasan, serta rambut yang dikuncir asal.

Anais memindai sendiri tubuhnya. Tapi Anais juga baru saja melahirkan, meski putranya tak selamat. Anais juga tidak terlalu mementingkan penampilan. 

Apa yang salah dari penampilannya? Sebelum kejadian kemarin, Garvi tak pernah mempermasalahkan penampilannya. Apalagi setelah ia hamil besar dan berat badannya bertambah dua kali lipat. Lalu kenapa sekarang ia menjadi masalah?

“Ayolah Anais. Kenapa kamu mengemis cinta dari calon suamiku? Salahkan saja takdirmu atau orang tuamu. Salah siapa terlahir miskin dan nggak punya apa-apa,” cibir Sarah seraya mendekat dan membenamkan tubuhnya dalam pelukan Garvi.

Dahi Anais mengerut seiring tontonan yang ia lihat dengan matanya. Calon suaminya? Bukankah yang ia maksud dengan calon suami adalah suami dari Anais?

Pandangan Anais mengunci pada Garvi yang terlihat salah tingkah. ‘Benarkah yang dikatakan Sarah? Ini semua karena aku tidak punya apa-apa?’

Anais menarik satu sudut bibirnya. Inikah alasan Garvi berubah? Dulu, ia bilang akan mencintai dan menyayanginya setulus hati. Lalu sekarang ia membahas masalah Anais yang tidak punya apa-apa? Konyol sekali!

Jati yang sedari tadi menjadi pengamat, mengeraskan rahangnya. Rasanya ia ingin sekali menghabisi pria yang menjadi suami Anais itu. Pria pengecut yang melukai hati wanita demi wanita lain. Menjijikan!

“Ada apa ini!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Tersakiti   Bab.18 Tabur Tuai

    Anais mengusap pipinya yang terasa panas seraya menatap Sarah penuh amarah. “Orang lain yang buat kamu marah, kenapa aku yang jadi pelampiasan?” protes Anais pada Sarah.Emosi Sarah semakin meledak. Ia berkilah jika Anais lah penyebab semua ini terjadi. Itu sebabnya Anais pantas mendapat sebuah tamparan. “Hey! Kamu. Jangan kurang ajar sama Sarah. Sarah ini aset perusahaan kita. Kamu mau dapat masalah karena berurusan dengan bintang terkenal seperti Nona Sarah ini?” Broto memberikan pembelaan pada Sarah.Calista menangkap tubuh Anais yang sempat terhuyung ke belakang karena Broto mendorongnya dengan sangat keras.“Anak baru udah cari masalah,” bisik salah satu staf yang datang bersama Broto.“Ya maklum lah, ia kan wanitanya Pak Lukman, HRD kita,” timpal karyawan lain.“Pantas saja. Mana bisa seorang ibu rumah tangga bisa masuk dengan mudah. Ternyata pakai orang dalam?”Telinga Anais terasa panas saat makian dan cibiran itu terlontar dari karyawan Perusahaannya sendiri. Ia hanya bisa

  • Pembalasan Istri Tersakiti   Bab.17 Dasar!!

    “Tu—tunggu. Maksudnya apa?” Ada rasa penasaran yang bercampur sedikit rasa kesal dalam pertanyaan Sarah. Bagaimana tidak, artis besar macam dirinya ditolak secara tidak terhormat oleh seorang pemimpin perusahaan.Orang-orang yang berada di ruangan itu saling bertukar pandangan, tidak mengerti dengan jalan pikiran pimpinannya.Anton, yang menjabat sebagai wakil Direktur Adhyaksa properti mendekat pada Jati serta berusaha menenangkan perasaan Sarah yang tersentil egonya. “Tuan Jati, saya kira ada kesalah pahaman disini. Perusahaan sudah membuat kesepakatan dan sudah menandatangani kontrak. Nona Sarah—”Jati mengangkat tangannya, memberi tanda pada Anton untuk tidak melanjutkan ucapannya. Kemudian maju satu langkah lebih dekat pada Sarah yang sedikit kesal.“Dia sendiri yang mengatakan tidak mau melanjutkan proyek ini,” tuduh Jati.Sarah menganga tak percaya dengan ucapan Jati. Ia disini adalah sebagai korban, kenapa justru berubah menjadi tersangka? Sarah berkilah jika dirinya hanya min

  • Pembalasan Istri Tersakiti   Bab.16 Sampai di sini

    “Nyebelin banget sih! Siapa juga yang berlebihan?” gerutu Anais.Ucapan Jati saat berada di lift masih terngiang di pikirannya. Dan karena hal itu, membuat pipi Anais tiba-tiba memerah tersipu. Perhatian Jati yang selama ini ia abaikan, nyatanya pria itu tidak bosan dan masih terus berusaha meluluhkan hati Anais yang beku.Semula terjadi saat Anais mengetahui jika dirinya akan dijodohkan dengan Jati oleh kakeknya. Anais menolak, karena ia menganggap Jati hanya sebagai Paman dan juga kakak laki-laki baginya. Sejak saat itu, Anais menganggap jika Jati sengaja menjadi bagian dari Adhyaksa untuk mendapatkan harta milik keluarga Anais.Seberapa keras Jati mengelak, Anais tetap percaya dengan apa yang ia pikirkan. Lebih tepatnya, Anais menolak untuk percaya.“Anais!”Seruan dari seseorang membuat si pemilik nama tergagap. Lamunan tentang Jati menjadi buyar seketika. Mila, kepala timnya sudah berulang kali meneriakkan namanya.“Kamu ini kerja apa ngelamun?” cibir Mila tidak suka.Anais hanya

  • Pembalasan Istri Tersakiti   Bab.15 Kemarahan Garvi

    Bab.15“Sialan!” hardik Garvi tak percaya.Garvi melempar map asal membuat kertas yang di dalamnya berhamburan keluar. Kemudian ia mengendurkan dasinya agar oksigen lebih leluasa masuk ke dalam saluran pernapasannya.Garvi memukul angin untuk melampiaskan kekesalannya. Kemudian menyugar rambutnya kasar lalu meletakkan tangannya pada pinggang. Hingga atensinya teralihkan saat pintu ruangan kantornya dibuka oleh ayahnya.“Apa-apaan ini, Garvi? Kenapa banyak kertas berserakan?” tanya Louis dengan mata menelisik.“Itu dokumen yang dikirim pengacara Anais, Pah,” jawab Garvi seraya menahan emosi.Louis mengerutkan keningnya, kemudian memungut salah satu kertas yang berada di bawah kakinya lalu membacanya.Garvi menjelaskan jika Anais, melalui surat yang dikirimnya itu mengatakan akan membongkar perselingkuhan Garvi dengan Sarah jika Garvi tidak memberikan apa yang Anais minta di pengadilan.“Dasar jalang sialan!” umpat Louis seraya melempar kertas yang ada di tangannya.Louis ikut tertular

  • Pembalasan Istri Tersakiti   Bab.14 Memulai Rencana Lagi

    “Dengan diam saja waktu dihina seperti itu?” Jati kembali mencibir pola pikir Anais. “Dengar Anais, kamu bisa dengan mudah menghancurkan mereka berkeping-keping tanpa harus bersusah payah. Kenapa kamu malah pilih jalan yang sulit dan menyusahkanmu?”Anais menarik oksigen banyak-banyak, kemudian menghembuskan secara perlahan. Menetralkan perasaan yang sedang berkecamuk di dalam dadanya.“Sudah aku bilang aku punya rencana! Kamu nggak usah ikut campur atau mengguruiku! Ini urusanku sendiri Jati!” tegas Anais pada sang Paman angkatnya.Kesal dengan Jati yang tidak mau mengerti perasaannya, Anais bangkit dari tempatnya duduk. Lalu meraih tas tangan yang dibawanya meninggalkan mobil Jati.“Mau kemana?” tahan Jati seraya mencengkeram lengan Anais agar menghentikan langkahnya.Anais menatap tajam penuh amarah pada Jati. Kemudian dengan ketus menjawab, “ Bukan urusanmu!”Anais menolak tawaran Jati untuk mengantarnya. Yang dilakukan Jati hanya mengusap wajahnya penuh sesal dan membuang napas k

  • Pembalasan Istri Tersakiti   Bab.13 Aku Punya Rencana Sendiri

    Bab.13“A—apa? Aku? Cemburu?” tanya Anais dengan netra membola. “Tolong jangan bercanda, Paman. Yang benar saja!”Anais mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Matanya bergerak liar dan berusaha menenangkan hati yang tiba-tiba saja berdebar tak karuan.Sedangkan Paman Jordan, menarik sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan, mendapati wanita yang sudah ia anggap seperti keponakan sendiri salah tingkah.‘Ayolah Anais. Jangan bodoh! Jati adalah anak angkat Kakek, yang artinya ia adalah pamanku. Nggak seharusnya aku merasa cemburu kalau ia mendekati wanita lain,’ batin Anais.Meski Anais berusaha menampik perasaan itu, Paman Jordan dapat melihat ke dalam hati Anais perasaannya yang sesungguhnya pada Jati. Ia hanya bisa berharap yang terbaik untuk keduanya.***Siang ini, Anais ada janji temu dengan pengacara yang akan mendampinginya untuk perceraiannya dengan Garvi. Mereka sepakat akan bertemu di depan gedung pengadilan. Ia berdiri seraya menunggu pengacaranya yang katanya sebentar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status