Share

Chapter 1 Mimpi Buruk

Pada malam pernikahan, Senna mulai menjalankan rencana pembalasannya. Dia mengajukan sebuah syarat yang tidak masuk akal..

“Tidak ada anak! Aku ingin kau menambahkannya dalam kontrak perjanjian ini.” Wanita itu menunjukkan keseriusan dan tekat yang kuat dalam setiap kata-katanya " dan aku juga tidak ingin menjadi mesin pembuat anak hanya karena kontrak bodoh itu!"

Suami dari wanita itu -Evander Qin terdiam sejenak, sebelum akhirnya menanggapi. " Senna Zhang, ide bodoh macam apa itu? Siapa yang akan meneruskan garis keturunan keluargaku jika kau tidak ingin anak?"

"Lahirkan seorang anak! Itu tugas yang tidak akan bisa kau tolak!"

Jari-jari tangan Senna mengepal. Benar, dia hanyalah alat untuk menghasilkan anak itulah gunanya dia bagi pria ini. Bahkan di kehidupan sebelumnya juga sama. Senna justru menunjukkan cibiran dengan wajahnya yang dasar.

Senna mencoba menenangkan diri, sebelum akhirnya mengungkapkan sesuatu yang telah dia siapkan sebagai saran ampuh, “ Kau memiliki kekasih yang kau cintai, kenapa tidak meminta anak darinya? Tuan Qin, Bukan itu sebuah kebahagiaan memiliki anak dari wanita yang kau cintai daripada anak yang lahir dari wanita asing sepertiku?"

“Kau pikir sesederhana itu? Jangan banyak protes dengan tugas yang sudah menjadi kewajibanmu."

Evander Qin langsung meninggalkannya begitu saja lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Wanita itu hanya diam membeku di kursi. Beberapa detik senyum menyedihkan terukir di bibirnya. “Apa semua akan sama saja?"

"Jika aku gagal mengambil satu langkah penting ini maka semua rencanaku akan kacau. Jika anak itu tetap ada maka nasibku...." Senna bahkan tidak bisa memikirkan hal ini. Wanita itu melangkahkan kaki menuju ke sofa sempit itu. Dia merembahkan tubuhnya dengan banyak pemikiran sebelum akhirnya memejamkan mata.

***

"Aku membencimu! Aku benci orang tua seperti kalian! Aku- Hiks Aku harap tidak pernah terlahir di keluarga ini lagi! Hiks " Suara teriakan keras penuh kebencian dan juga kesedihan keluar dari mulut seorang anak yang berlari menjauh.

"Nak, tunggu! Jangan--"

Suara bentuman terdengar. Disertai degan ceritan seorang anak kecil derdengar begitu keras.

Mata Seinna Zhang langsung terbuka lebar dan punggungnya juga langsung terangkat. Tangannya mengusap wajahnya.

Suara teriakan seorang anak masih terngiang di telinganya. Begitu pula suara detuman keras diakhir. Rasa sakit menjalar di hatinya yang membuatnya merasa sesak. "Mimpi ini lagi?" Suara Senna Zhang begitu lirih dan dipenuhi dengann kegelisahan.

Dia bangun dan melangkah ke kamar mandi dan mengunci diri begitu saja. Dia menyalakan shower mengguyur tubuhnya dengan air dingin. "Sampai kapan semua itu menghantuiku seperti ini?"

Anak kecil yang berteriak itu selalu mengingatkan kesalahan besar yang dia lakukan. Suara-suara menyebalkan dari pria dan wanita yang dipenuhi hinaan, cacian sekaligus tatapan mata tajam penuh ejekan dan kebencian itu. Senna menutup telinganya. "Berisik, bisakah kalian berhenti!" suara Senna terendam dengan derasnya air yang mengalir.

"Aku akan membalas menghancurkan kalian dan membuat kalian membayar atas kehilanganku." Senna kembali menguatkan dirinya setiap kali bayangan di kehidupan pertamanya selalu menjadi bayangan gelap dalam hidupnya.

Ketukan yang begitu keras menbuat pemikiran Senna buyar. Suara dingin seorang pria merasuki telinganya. “Hei, kenapa kau lama sekali? Kau tidak mati di kamar mandi kan? Aku tidak ingin disalahkan jika ada berita seorang istri mati di kamar mandi pada malam pertama.”

Senna Zhang dengan cepat mengenakan jubah mandi dan membuka pintu. Cahaya di kamar tidak terlalu terang justru memancarkan ketampanan pria tanpa ekspresi itu. “Kau sudah lihat bahwa aku masih hidupkan?”

Wanita itu melewatinya begitu saja. Dia hendak kembali ke sofa, tetapi tangannya ditahan oleh pria itu. “Keringkan rambutmu itu, jika kau sakit maka aku akan berada dalam masalah.”

Jantung Senna berdebar mendengar pria itu mempelihatkan perhatian kecil. "Jika itu aku di masa lalu, pasti aku akan salah paham berpikir dia akan menjadi suami yang baik dan akan mencintaiku," ucap Senna dalam hati. Pehatian kecil dapat menyentuh seorang gadis lugu yang tidak pernah merasakan dicintai keluarganya.

“Aku memiliki nomor dokter pribadi, yang dapat aku menghubungi saat sakit. Tidak akan perlu merepotkan Tuan Muda Qin.” Tangannya dengan kasar menepis tangan pria itu.

“Terserah kau saja. Jangan salahkan aku jika kau sakit.” Pria itu langsung naik ke tempat tidur. Wanita itu juga melangkah kembali ke sofa. Selimut tiba-tiba melayang ke atas kepalanya

"Tutupi tubuhmu dengan itu!"

“Aku tidak butuh kebaikanmu.” Seinna melemparkan selimut kembali ke arah pria itu. Dia tidak ingin terperdaya dengan perhatiannya.

Evander langsung bangun dari tempat tidur dengan wajah dingin dan aura gelap yang menyelimutinya. Dia berbicara dengan kesel, “Kau! Apa kau sengaja bersikap seperti ini untuk menarik perhatianku? ”

Senna juga bangun karena merasakan aura yang menekan itu. “Tidak. Apa keuntunganku untuk menarik perhartianmu? Kau sudah punya kekasih yang kau cintai dan aku juga--"

“Nona Senna Zhang, ada banyak rumor tentangmu. Kau suka menggoda banyak pria, tidak salah bukan jika aku curiga padamu?" ucap Evander dengan nada merendahkan. "Bukankah, aku lebih baik dari para kekasihmu?"

Seinna terperangah melihat bagaimana pria ini begitu percaya diri. Jika itu Seinna di masa lalu, dia tidak akan melihat orang lain dan menganggap suaminya yang paling sempurna, walau harus tersakiti berulang kali. "Tuan Qin terlalu percaya diri. Aku juga memiliki kekasih lain yang lebih baik."

"Jangan katakan kalau itu Presiden Yan yang terlibat scandal denganmu. Apa kau tidak tahu malu bermain dengan pria beristri?" cibir Evander.

“Bukankah kau sama sepertiku? Kekasihmu juga sebelumnya istri dari orang lain yang anda rebut.”

"Beraninya kau!" Tangannya pria itu terangkat. Senna menatapnya tanpa kedip, senyum arogan terukir di bibir seolah dia telah menantang pria ini dan menunggunya melakukan ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status