Share

Chapter 2 Apa Dia Alasanmu

"Kau mau memukulku? Silahkan saja, biar para pelayan bergosip tentang ini!" ucap Senna dengan wajah menantang. Dia bukan Senna seperti di kehidupan sebelumnya..

Tangan Evander ditarik kembali. Dia benar-benar ingin menghancurkan senyuman penuh penghinaan wanita ini. "Tidak perlu membahas itu lagi. Ini sudah larut, kita juga harus menemui pengacara besok pagi untuk membahas kontrak. Aku harap kau tidak membuat masalah. "

***

Keesokan harinya-sebelum berangkat kerja, Tuan Muda Qin menemui pengacara yang datang ke kediaman. Pengacara itu mulai menjelaskan isi dari kesepakatan.

“Pengacara, bisakah aku menambahkan isi perjanjian ini?” Senna tiba-tiba memotong di tengah penjelasan.

“Kau tidak bisa. Kontrak ini tidak bisa diubah lagi!” Tuan Muda Qin menanggapi dengan tegas.

"Pria ini benar-benar keras kepala. Beruntung aku sudah memikirkan rencana cadangan. Apapun yang terjadi kontrak ini harus berubah untuk melancarkan rencanaku," ucap Senna dalam hati.

"Apa yang kau pikirkan? Cepat tanda tangan!" Evander mendesak.

Sinna bersikeras menolak. “Tidak. Saya tidak akan menandatangani kontrak yang tidak aku setuju. Anda dengarkan dulu usulan saya setelah itu kita buat kesepakatan. Saya yakin anda tidak akan menyesali hal ini.” Senna mengubah bahasanya menjadi lebih formal.

“Kalau begitu katakan saja apa tawaranmu itu!" perintah Evander memberi kesempatan dengan nada terpaksa.

Seinna membuka mulutnya, nada suaranya begitu serius dan penuh dengan keyakinan. Ekspresi Tuan Muda Qin akhirnya bocor. Keningnya berkerut begitu dalam dan matanya melebar. “Bagaimana kau bisa tahu tentang hal itu?” Tatapan mata pria itu dipenuhi dengan keterkenjutan.

Senyum terukir di bibir Senna. "Sudah aku duga, ini pasti akan menggoyahkan hati pria ini." pikir Senna.

"Tapi, ini masih tidak cukup bagiku untuk setuju. Aku sudah bilang padamu tentang anak yang dapat menjadi penerus, walaupun kita mengadopsinya, ini akan tetap menjadi masalah.”

“Tidak akan ada masalah jika kau bersikeras memutuskan untuk membawa anak itu segera setelah dia lahir. Kau pasti menginginkan agar anak pertamamu mendapatkan haknya bukan?”

Evander Qin menatapnya dengan kecurigaan. "Senna Zhang, kanapa kau begitu keras kepala? Aku yakin kau punya maksud lain dibalik semua ini."

Senna Zhang tidak terpengaruh sama sekali dengan tatapan itu. Dia bahkan dengan mudah menanggapi dengan santai. “Aku sudah bilang tidak ingin melahirkan seorang anak."

“Jika itu adalah Presiden Ya, kau akan menerima untuk memiliki anak haram dengannya bukan?" sindir Evander. "Apa itu lebih baik bagimu daripada memiliki anakku yang akan memiliki status yang lebih baik dan statusmu akan meningkat."

Status yang lebih baik?

Senna benar-benar ingin tertawa dengan apa yang dikatakan oleh pria ini. Hanya dia yang tahu apa yang dilakukan oleh pria ini untuk anak yang lahir dari rahimnya sekaligus nasibnya setelah memiliki anak itu.

“Itu yang kau pikirkan, tapi aku tidak ingin hamil ataupun harus dipaksa untuk tidur dengan orang yang tidak aku inginkan khususnya kau."

“Tidak ingin memiliki anak ataupun tidur denganku. Lalu apa gunanya aku menikah denganmu?” cibir pria itu.

“Tuan Muda Qin, apa kau lupa siapa aku? Aku adalah putri dari keluarga Zhang. Selama kita menikah, kau akan mendapatkan keuntungan menjadi menantu. Bukankah ini lebih menguntungkan? Selain itu, aku akan membantu kekasihmu itu untuk mempersiapkan menjadi nyonya di rumah ini. Setelah 1 tahun, kita akan bercerai dan kau dapat bahagia sebagai keluarga dengan kekasihmu itu.”

“Aku menolak tawaranmu. Kita akan tetap mengikuti kontrak yang aku tentukan.”

Senna yang sebelumnya menunjukkan ketenangan kini mulai memerah. Semua sudah dia tawarkan dan ternyata perdebatan itu hanya membuang waktu dengan sia-sia? Tangan Senna melemparkan bolpoin yang dipegangnya. “Aku tidak akan menyetujui kontrak jika kau tidak setuju untuk menambahkan usulanku.”

“Senna Zhang, jadilah istri yang patuh padaku, suamimu!"

“Istri yang patuh? Sayang sekali, aku tidak ingin menjadi istri yang dikendalikan. Aku pergi.” Senna Zhang beranjak dari kursi.

Lengannya yang ramping itu tiba-tiba dicengkram dengan kuat. “Mau kemana kau? Jangan membuatku sulit. Cepat tanda tangani kontrak. Aku akan menambahkan biaya kompensasi untukmu sebagai bayaran.”

“Aku punya cukup banyak uang. Tuan Muda Qin, aku tidak akan mempersulitmu jika kau menyetujui permintaanku.” Senna mengerakkan tangannya dengan kuat untuk terbebas dari pria itu. Semakin dia mencoba memberontak, semakin kuat pula pria itu menahannya. Kulitnya yang putih menjadi merah, rasa sakit melebar ke seluruh tubuhnya.

“Aku akan mematahkan tanganmu jika kau masih bertindak keras kepala.”

“Lakukan saja. Lebih baik tanganku patah daripada harus tanda tangan.”

“Kau benar-benar!” Tuan Muda Qin menaikkan nada suaranya. “Tidak ada yang pernah berani memprovokasi ku. Aku akan benar-benar mematahkan tanganmu.”

“Tuan Muda Qin, anda tenang dulu.” Pengacara yang sebelumnya hanya diam kini mulai bertindak. “Kenapa kita tidak mempertimbangkan usulan Nyonya Muda? Lagipula bukan masalah besar untuk mengadopsi anak dari luar. Mungkin saja Nyonya Muda memiliki masalah untuk hamil. Bukankah yang terpenting anak itu memiliki garis keturunan anda.”

“Pengacara, apa kau berpihak pada wanita ini? Aku membayarmu untuk menjadi pengacaraku, apa kau berniat mengkhianatiku?”

“Bukan seperti itu. Tolong anda lepaskan Nyonya Muda terlebih dahulu. Anda akan dalam masalah dengan keluarga Zhang jika sampai melukai putri mereka.”

Tangan Tuan Muda Qin mengendur, perlahan menjauh dari wanita itu. Senna Zhang memegangi tangannya yang memerah. Wanita itu sangat marah, tetapi bisa dengan baik menjaga ekspresinya. Dia sudah tahu dengan jelas bagaimana tempramen pria ini. Mengingat bagaimana dia tinggal dengannya selama beberapa tahun di kehidupan sebelumnya.

“Lebih baik kita mulai mendiskusikan ini dengan cara baik-baik. Nyonya Muda, maaf sebelumnya, apa anda memiliki masalah dengan kehamilan?”

“Ya," jawab Senna cepat.

“Jangan mengatakan omong kosong. Keluargaku yang memilih langsung, tidak mungkin orang yang dipilih mereka adalah seorang wanita cacat tanpa bisa melahirkan keturunan. Kau pasti juga sudah menjalani tes.” Evander Qin dengan cepat menyanggah jawaban Senna Zhang. Dia berusaha keras menolak peluang yang mengarah pada kemenangan wanita itu.

Seinna Zhang menyeringai mendengar betapa kerasnya pria ini menentangnya. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pria ini sekarang.

"Kenapa dia begitu pemaksa untuk memiliki anak denganku disaat dia akan memiliki yang lain juga? Aku harus membuatnya percaya pada semua yang aku katakan dan jatuh dalam rencanaku," ucap Senna dalam hati lalu mulai membalas pria itu.

“Tuan Muda Qin, apa kau percaya dengan hasil tes yang hanya selembar kertas palsu? Apa kau lupa di mana tes itu dilakukan? Keluarga Zhang berinvestasi pada rumah sakit itu. Keluargaku tahu dengan jelas bagaimana kondisi kesehatanku, mereka tidak mungkin akan menunjukkan kekuranganku pada keluargamu. “

Tuan Muda Qin membuka matanya ingin menanggapi sesuatu, tetapi Seinna Zhang memperkuat pendapatnya. “Suamiku, kau hanya akan mendapatkan masalah jika kau masih bertahan tanpa peduli fakta ini. Para tetua pasti akan mendesak dan pasti jika satu tahun pernikahan kita tetap tidak akan ada anak, mereka akan memaksa bercerai dan kau akan dipaksa menikahi wanita dari keluarga lain lagi.”

“Jika kau setuju dengan kontrak pernikahan kita, dibandingkan kau harus dipaksa lagi, aku akan membantumu agar bisa menikahi kekasihmu. Tuan Muda Qin, kau juga tidak akan rugi dengan ini.”

Evander Qin masih terdiam, pria itu mengerutkan kening sedang memikirkan hal itu. Namun, tatapan mata itu masih menatap dengan penuh kecurigaan. “Senna Zhang, apa yang sebenarnya kau rencanakan? Kau tidak ingin uang dariku, aku yakin wanita sepertimu pasti tidak akan melakukan sesuatu tanpa adanya keuntungan.”

Senna Zhang terdiam sejenak, dia tidak mungkin mengatakan alasannya yang sebenarnya. Pria ini tidak mungkin akan mempercayainya, dan ini juga akan merusak kebohongan yang telah dia susun dengan detil. “Menurutmu apa yang aku inginkan?”

“Jangan bermain tebak-tebakan seperti ini hanya membuang waktu. Katakan saja yang sebenarnya!”

Seinna Zhang memikirkan alasan apa yang dapat dia katakan. Saat bibirnya terbuka, suara ponsel berdering membuatnya terdiam. Seinna mengambil ponselnya, tatapan matanya begitu cerah saat melihat nama yang tertera di layar.

“Aku akan menjawab telepon terlebih dahulu.”

Senna Zhang hendak menekan tombol hijau, saat itu Evander Qin merampas ponselnya. Pria itu melihat nama yang tertera di layar.

“Kau berani menghubunginya di depan wajahku? Apa dia alasanmu melakukan ini?” Pria itu menatap dengan tatapan setajam pisau.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status