Beranda / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 35. Hilang Harga Diri

Share

Bab 35. Hilang Harga Diri

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 09:53:29

Bara hanya menghela nafas melihat kedatang mertuanya sekaligus pemilik perusahaan dan bergegas ke depan untuk menyambut kedatangan pimpinan tertinggi di Hario Group.

"Selamat datang pak," sambut Bara ramah.

Namun, bukan tuan Hario jika tidak menghina nya. Tangan Bara dibiarkan mengambang di udara saat akan menyalaminya.

Bara hanya menghela nafas kasar, dan tetap bersikap hormat kepada mertuanya tersebut.

"Haii pak Hario," sapa Rania genit dan bahkan langsung memeluk tuan Hario yang disaksikan semua karyawan yang ikut menyambut kedatangan bos besar tersebut.

Yang lebih menjijikkan lagi adalah tanpa rasa malu, Hario melumat bibir Rania didepan umum.

Sehingga semua yang melihat hanya melengos dan memalingkan wajahnya.

"Kamu kerja apa sekarang?" tanya Hario kepada Rania.

"Asisten sekretaris pak," jawab Rania cemberut.

"Siapa sekretaris sekarang?" tanya Hario sambil meremas bagian dada Rania.

"Gio pak," jawab Rania manja yang dibuat-buat.

Tuan Hario berjalan memasuki ruangan Bara dan duduk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 222. Rapuh

    Ainel pun hanya terpaku melihat keanehan yang ditunjukkan oleh Alma.“Alma sudah lelah menangis,” ujar bu Bira memecah kesunyian.“Iya Tan, sepertinya begitu,” ujar Ainel membenarkan.“Kamu siapa, Nak?” tanya umi kepada Ainel.“Dia Ainel Mi, mantan istri Bara ibu kandungnya Tama,” ujar bu Aisah menjelaskan.Umi Melati hanya mengangguk pelan.Setelah beberapa lama Alma tertidur dalam gendongan Ainel, waktunya Alma diletakkan diatas tempat tidurnya.“Alma tidurnya dimana, Bu?” tanya Ainel kepada bu Aisah.“Box bayi ada dikamar ibu,” jawab bu Aisah.“Bawa sini aja Aisah box bayinya,” ujar Umi Melati.“Baik, Mi.”Di waktu yang bersamaan dokter Fadil, dokter keluarga yang tadi dipanggil bu Bira sudah tiba di rumah tersebut.“Assalamualaikum,” ucap dokter Fadil.“Waalaikumsalam, masuk dok,” jawab bu Bira.“Ari, Frans, Mama minta tolong anterin dokter Fadil kekamar Bara ya,” ujar bu Bira kepada Ari dan Frans yang juga ikut terbengong saat Alma berhenti menangis digendong oleh Ainel.Ari dan

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 221. Bergantung Padamu

    "Ayo nak kita pulang," ajak bu Aisah kepada Bara.Bara hanya menggeleng perlahan dan masih tergugu pada posisinya."Nak, ayo kita pulang. Sepertinya mau hujan," ujar Abah menepuk pundak Bara pelan."Abah duluan aja, nanti Bara nyusul," ujar Bara parau."Jangan seperti ini nak, ayo pulang." Kali ini bu Bira yang berusaha mengajak Bara dan langsung menarik tangan Bara untuk berdiri.Langitpun semakin gelap, tetes-tetes hujan mulai turun perlahan, Bara masih bersimpuh di samping pusara Salma. Yang lain mulai beranjak menuju mobil untuk menghindari hujan. Namun Bara tak peduli."Pak, ayo kita pulang. Hujan sudah turun," ajak Ari dan Frans dengan membawa payung melindungi Bara dari tetesan hujan."Salma kedinginan disini, Salma sendirian," ujar Bara memeluk nisan Salma."Pak, bu Salma sudah tenang disana. Beliau akan sedih melihat Bapak seperti ini," ujar Ari yang ikut duduk disamping Bara.Sementara itu Bizar bersama istri dan anaknya Alina masih didalam mobil yang terparkir tidak jauh da

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 220. Cari Aku Jika Nanti Aku Tidak Ada Di Surga, Sayang

    Sahut-sahutan bacaan ayat suci al-qur'an bergema di seluruh ruangan, terdengar begitu kompak. Mereka yang baru datang mengambil posisi dan bagiannya masing-masing langsung ikut terlarut membaca ayat suci al-qur'an."Umi," panggil Tama lirih saat Ainel dan bik Sri mengajak kedua anak tersebut untuk makan malam."Makan dulu yuk nak, nanti kamu sakit," bujuk Ainel kepada Tama dan Rikel."Mau omelet buatan Umi," ujar Tama sejurus kemudian.Membuat Ainel dan bik Sri saling pandang."Mama buatin ya, Nak?" ujar Ainel dan langsung menuju dapur, mbok Inah yang melihat itu mendekat."Mau apa non?" tanya mbok Inah."Mbok, bantuin Ainel mbok. Anak-anak mau omelet buatan Uminya," ujar Ainel parau.Mbok Inah yang beberapa kali melihat Salma membuat omelet sayur itu mencoba untuk membuatnya."Mudah-mudahan anak-anak suka ya non," ujar mbok Inah menyerahkan dua buah omelet sayur kesukaan anak-anak."Terima kasih, Mbok," jawab Ainel yang berlalu menuju meja makan."Tidak sama dengan buatan Umi," ujar

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 219. Kehilangan

    "Alma Putri Kaizer," nama yang yang mereka sematkan pada putri cantik mereka yang baru di lahirkan.Semua orang bersuka cita atas lahirnya putri kandung dari seorang Albara Kaizer, yang dulu hanyalah anak yang terbuang dan kini menjadi seorang anak muda yang disegani.Bara tertegun saat melihat ke arah sang istri yang sedang ditangani oleh dokter dan beberapa perawat, tampak wajah kecemasan dari dokter Bella."Salma," panggil Bara pada tubuh yang sudah pucat dan terkulai lemas.Salma membuka matanya dan tersenyum ke arah sang suami, Bara melihat Salma yang begitu cantik saat tersenyum walaupun mukanya terlihat pucat."Bertahan, Sayang," ujar Bara menggenggam tangan Salma dengan air mata yang tertahan."Bertahanlah sayang, demi Alma anak kita," ujar Bara parau.Salma hanya mengangguk lemah, Bara menggenggam dan terus menciumi tangan sang istri. Sementara Abah dan Umi juga sudah berada di ujung kepala Salma.Abah terus membacakan ayat al-qur'an, Umi terus membisikkan asma Allah di telin

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 218. Alma Putri Kaizer

    Rigo mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat dan juga tempat Salma biasa kontrol, juga dokter Bella praktek.Kondisi jalanan saat weekend lebih padat dari biasanya walaupun Rigo sudah menyalakan lampu hazard masih saja tampak kesulitan menerobos kemacetan.“Hati-hati, Go,” peringat Bara kepada Rigo yang beberapa kali membunyikan klakson kepada pengemudi roda dua yang tampak menerobos macet.“Iya, Pak,” jawab Rigo.“Lihat juga pejalan kaki, Go,” ujar bu Bira.“Iya, Bu,” jawab Rigo tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.Salma belum merasakan sakit yang hebat, hanya sesekali sakit dan hilang.“Mas, maafin Salma ya kalau ada salah. Ridhoi Salma ya, Mas,” ujar Salma pelan.“Iya sayang, Mas juga minta maaf. Mas selalu ridho untuk kamu,” ujar Bara memeluk erat Salma sambil menangis.“Ibu, Salma minta maaf,” ujar Salma melihat ke arah bu Aisah.“Iya nak sudah ibu maafkan, dan maafkan kesalahan ibu juga ya. Kamu banyak-banyak istigfar ya, nak,” ucap bu Aisah m

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 217. Sudah Waktunya

    “Ehm,” ucap Ainel membuat sepasang suami istri yang sedang memperhatikan ikan di kolam itu menoleh.“Ainel! Sini duduk sini yuk,” ajak Salma antusias.“Sorry ya mengganggu, gua bawa sarapan mau numpang sarapan sama-sama disini,” ujar Ainel sambil tersenyum.“Boleh,” jawab Salma.Sedangkan Bara hanya diam dan masih menggenggam tangan Salma erat.“Yok sarapan yok, udah disiapin mbok Inah,” ajak Ainel.“Gua disuruh tante Bira memanggil lo berdua,” lanjut Ainel lagi.“Lo bawa apa?” tanya Bara.“Nasi uduk, gorengan plus siomay,” jawab Ainel sumringah.“Banyak banget menunya, bik Rasi dan mbok Inah juga masak?” tanya Bara.“Enggak, karena semalam gua udah telepon mbok Inah kok kalau gua mau bawakan sarapan kesini dan numpang makan,” tawa Ainel sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Yaudah yuk Mas kita sarapan,” ajak Salma sambil menarik tangan Bara.Bara hanya mengangguk, berjalan menggandengan tangan Salma dan mengikuti Ainel yang berjalan lebih dulu.“Kamu mau apa, Sal?” tanya Ainel

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status