"Ibu pamit," ucap Bu Bira sambil berdiri bersiap meninggalkan ruangan Bara.
"Kapan anda akan pergi?" tanya Bara."Dua minggu lagi," jawab Bira."Baiklah. Saya tidak butuh ini, silakan anda bawa dan serahkan kepada yang membutuhkan jika memang anda tidak butuh itu lagi," ujar Bara sembari mengembalikan map yang tadi diletakkan diatas meja."Itu untuk kamu," tolak bu Bira."Saya tidak bisa menerimanya."Akhirnya dengan terpaksa Bira membawa kembali map tersebut dan keluar ruangan Bara."Bolehkah ibu memeluk kamu sekali, nak?" tanya Bira.Bara tidak menjawab, juga tidak menolak saat Bu Bira memeluknya dengan erat."Permisi," ujar Bu Bira sambil keluar meninggalkan ruangan Bara dan memasang kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sembab karena menangis.Dia tidak menyangka anaknya tumbuh menjadi anak yang kuat. Bira berencana akan datang ke panti asuhan tempat dulu dia membuang Bara, untuk mengu"Maaf nak Salma kelakuan Tama dan Rikel," ujar bu Aisah."Gapapa bu," jawab Salma."Tama Rikel sini sama nenek yok," panggil bu Aisah kepada kedua cucunya.Namun, disaat bersamaan seorang perempuan sepuh memandang wajah Aisah dan berucap."Aisah?" tanyanya sambil memandang lekat wajah bu Aisah seolah perlu keyakinan kalau itu benar Aisah yang dia kenal.Bu Aisah terperangah dan juga Bara, dan bu Bira menatap penuh tanda tanya kok bisa ada yang mengenali bu Aisah di rumahnya Salma."Umi Melati?" tanya bu Aisah sambil menyalami dan memeluk dengan erat wanita yang bernama Umi Melati tersebut yang tak lain adalah ibunda dari Salma."Ya Allah nak, kamu apa kabar?" tanya umi Melati."Baik, Umi," jawab Bu Aisah sopan."Jadi, ini siapanya kamu?" umi Melati menunjuk Bara karena yang dia tahu bu Aisah tidak memiliki anak."Ini anaknya Aisah, Mi," jawab bu Aisah sambil tersenyum."Anak?" tanya nya."Iya, Mi," jawab bu Aisah.Tampak Salma menjawil tangan ibunya dan mengangguk. Kemudian umi Melati
"Assalamualaikum, saya Salma. Bisa abang datang kerumah abah?" tanya suara di seberang yang mampu membuat Bara terlonjak kaget.Degupan jantung Bara menjadi tak karuan, mungkin jika Salma ada di dekatnya sudah bisa dipastikan melihat tangan Bara yang bergetar hebat memegang ponsel saat mendengar suara merdu nan anggun di seberang sana."Sal-ma?" tanya Bara tak percaya."Iya, saya tunggu di rumah abah," jawab Salma kemudian mengucapkan salam dan mematikan sambungan telepon.Bara masih memandang tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya, apa itu artinya Salma menerima lamarannya.Dengan segera Bara mencari kedua ibunya yang sedang asyik menonton acara televisi saat weekend seperti ini. Saat weekend semua orang ada dirumah, toko milik ibunya tetap buka dan hanya karyawan yang datang."Mama, ibu," panggil Bara bahagia."Ada apa, Nak?" tanya bu Aisah lembut."Salma," jawab Bara sambil tertawa dan duduk di sebelah mamanya.Ekspresi bu Bira langsung meredup saat mendengar nama Salma ya
Salma terdiam, sekelebat bayangan sang suami yang sudah lama pergi meninggalkannya menari di pelupuk mata, dan juga Salma merasa dia bukanlah orang yang tepat untuk mendampingi Bara, salah satu dari kedua wanita yang sangat berarti dalam hidup Bara sepertinya tidak menyukainya dan itu adalah ibu kandung Bara."Kamu tidak perlu menjawab sekarang kalau masih perlu berpikir dan meminta pendapat kedua orang tuamu, Nak," ujar bu Aisah sambil mengusap lembut pundak Salma yang tampak tidak nyaman dengan suasana saat ini."Kalau kamu sudah ada jawabannya bisa beritahu Hafiz waktunya, biar dia yang aturkan kita ketemu," ujar Bara."Saya....," ujar Salma kemudian menghela nafas berat."Saya, tidak bisa menerimanya," ujar Salma sambil mendongak.Semua orang yang ada di dalam ruangan terkejut dan semua memandang ke arah Salma, hanya Tama dan Rikel yang tidak mengerti arah pembicaraan orang-orang dewasa ini."Kamu tidak perlu buru-buru menjawabnya, Nak," ujar bu Aisah lembut."Saya tidak pantas un
Bu Bira tampak sangat kesal mendengar pilihan Bara untuk menikahi seorang janda yang belum jelas siapa orangnya dan seperti apa, apalagi yang menjadi dasar pertimbangan Bara dan bu Aisah dalam memilih seorang istri adalah yang bisa menerima dan menyayangi anak Bara padahal itu bukanlah anak kandung.Ekspektasi bu Bira untuk jodoh Bara adalah seorang artis atau minimal anak seorang pengusaha juga sama seperti Bara."Tapi kan dua-duanya bukan anak kandung.....," ucapan bu Bira terhenti karena langsung dipotong oleh Bara."Maaa," ucap Bara sambil menggeleng.Bu Bira terdiam, karena tahu bahwa Bara benar-benar tidak suka jika menganggap Tama dan Rikel bukan anak kandung. Bara menyayangi mereka seperti anak kandung sendiri."Mending kamu pikir-pikir lagi nak untuk menikahi wanita seperti itu, dia tidak akan mengerti dengan dunia bisnis, Nak," ujar bu Bira."Ma, Bara mencari istri bukan mencari partner bisnis. Kalau untuk bisnis cukup Bara aja, Ma," ujar Bara kemudian menarik selimut untuk
Nama yang di laporkan polisi sebagai identitas perempuan tersebut adalah sebuah nama yang cukup membuat Bara dan Anes terdiam.Kinan.Nama yang tak asing, yang merupakan nama yang terdaftar pada sebuah nomor ponsel yang melakukan teror kepada Bara akhir-akhir ini."Ki-nan?" gumam Bara mengeja nama tersebut."Iya pak. Apa bapak mengenal wanita itu?" tanya pak polisi yang bernama Angga Putra itu sesuai badge pada bajunya."Tidak! Saya tidak mengenalnya," jawab Bara."Itu kan nama?" ujar Anes kepada Bara.Bara hanya mengangguk pelan."Apa ibu mengenalnya?" tanya pak polisi tersebut kepada Anes."Kenal sih gak, tapi pernah Bara kirim sebuah nomor ke saya, katanya nomor itu menerornya dan setelah dilacak nama yang terdaftar ya sama kayak yang bapak sebutin tadi, Kinan," ujar Anes."Apakah bapak sebelumnya mengalami teror?" tanya polisi.Bara hanya mengangguk kemudian mengalirkan cerita beberapa hal yang dialaminya dalam beberapa hari terakhir.Polisi mengangguk tanda paham dengan yang dial
Dan beruntung Yuda sigap, menangkap wanita tersebut yang masih memegang satu buah pisau di tangannya hingga melukai tangan Yuda.Suasana kantor menjadi kacau, Ari segera menjerit meminta pertolongan dan berlari menuju ruangan Bara. Tampak Bara yang sudah tersungkur di dekat mejanya dengan bersimbah darah ternyata pisau yang dilemparkan wanita tersebut tepat mengenai dadanya. Wanita itu sepertinya benar-benar terlatih, sasarannya adalah tempat tusukan yang bisa mengenai jantung korbannya.Wanita tersebut sudah diamankan oleh pihak keamanan dan menunggu polisi untuk segera datang ke AK Group.Bara sudah dibawa kerumah sakit oleh Ari, polisi sudah diminta separuh menunggu di rumah sakit dan separuhnya menuju kantor.Yuda pun tak kalah seriusnya mengalami luka yang cukup dalam pada pergelangan tangannya, hingga ikut dilarikan kerumah sakit.Berita bahwa pengusaha Albara Kaizer diserang oleh seorang tamu perempuan, motif masih diselidiki dan wanita tersebut sudah diamankan oleh pihak kepo