Halo Readers😍 Maaf baru sadar kalo salah ketik angka di judul di Bab 127, sudah diganti tapi karena editor libur, jadi Senin baru ke ganti. Tengkiyu! Xoxo Othor😚
“A-apa?!”Kinan tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Ia masih salah menangkap kalimat Clara. “Apa maksudmu, Kak? Apa Kak Jo mengundurkan diri jadi sekretaris Kak Adrian?!” Kinan bertanya dengan suara lirih. Matanya seketika itu juga memerah. Clara mendesah pelan, “Tidak, Kinan. Tapi dia tidak mau tinggal di rumah ini. Sebenarnya Adrian dan Joseph melarangku untuk memberitahukan hal ini padamu,” jelasnya lagi. Kinan menggelengkan kepalanya cepat. “Ti-tidak, Kak. Bukan ini yang aku mau! Tolong bantu aku! Aku ingin bertemu dan bicara padanya, Kak!” pintanya dengan wajah sendu, air mata pun sudah mengalir di pipinya. Clara tampak berpikir lalu menoleh ke belakang. Memastikan kalau suaminya belum ke luar dari toilet. “Aku tahu ini sulit untuk kamu hadapi, Kinan. Adrian tidak ingin ikut campur karena kalian harus menyelesaikan perasaan kalian sendiri, tapi aku mendukung kalian berdua. Tenang saja!” ungkapnya dengan tersenyum manis. Dia memegang tangan gadis itu untuk
“Apa? Dia bukan gadis seperti itu!” sanggahnya cepat. Dia menepuk kepala wanita itu dengan raut wajah kesal. Lalu bangkit dari sofa dan berjalan ke arah jendela kaca. Menatap lurus ke depan yang memperlihatkan pemandangan kota yang padat. Jessica pun memanyunkan bibirnya sambil memegang kepalanya yang sakit.“Lalu kenapa dia bertingkah begitu? Pasti kau sudah menolaknya tidur denganmu dan dia sampai mengejarmu kemari!”Joseph menjawab dengan sedikit kesal, “Dia itu sepupu Tuan Adrian! Jaga ucapanmu, Jes!”Wanita itu menutup mulut dengan kedua tangannya. “Oh, God! Maaf, ya? Dia gadis yang manis! Tapi, sayang sekali dia juga jadi korbanmu berikutnya! Hahaha!” tawa Jessica pecah. Jessica pikir Kinan adalah wanita yang tergila-gila pada Joseph saat bertemu di klub.Dia langsung melakukan tugasnya yaitu membuat semua wanita yang datang ke apartemen ini pergi dengan berpura-pura sebagai pacar pria itu. Karena Joseph tidak mau menjalin hubungan serius dengan wanita. Hanya kebutuhan fi
“Apa maksudmu, Kinan? Kenapa kamu bisa bicara seperti itu tentang papa?” Sandy bertanya dengan tidak sabar sambil berusaha untuk tetap tersenyum. Kinan menarik napas dalam sebelum menjawab Papanya. “Joseph selalu mengatakan itu padaku, Pa. Itu juga alasannya menjauh dariku! Apa salahku, Pa? Bisakah kalian memberikanku kesempatan untuk berdua dengan Joseph? Kinan menyukainya, Pa!” akunya dengan jujur. Sandy pun langsung bangkit dari duduknya.Napasnya terlihat naik turun karena menahan emosi. Kedua tangannya mengepal erat. ‘Sialan! Apa saja yang sudah mereka katakan? Pasti para cecunguk itu sudah menghasut putriku!’“Tidak bisa, Kinan! Papa minta kamu untuk menjauhi pria itu! Dan keputusan ini tidak bisa diganggu gugat. Kamu paham?!” ungkapnya langsung. Kinan mendongak menatap Papanya lekat, “Tapi kenapa, Pa? Apa karena asal-usulnya? Bukankah dia juga pria yang baik!” sanggahnya tidak kehabisan akal. “Cukup, Kinan! Berhenti membicarakan hal ini, kalau tidak papa akan mencabut sem
‘Ada apa ini?’Adrian pun beralih menatap Joseph dan pria itu bergantian. Joseph awalnya juga terkejut tapi sedetik kemudian ia pun kembali memasang wajah datarnya seperti biasa dan tidak terpengaruh sama sekali. “Paman Sandy? Ada apa datang kemari tiba-tiba? Kenapa tidak memberitahu Adrian? Mari duduk dulu, Paman!” ucap Adrian panik sambil berjalan mendekati Pamannya yang masih berdiri di depan pintu. “Tidak usah, Adrian! Kalian tidak usah sok bersikap manis padaku! “ ujarnya dengan ketus dan wajah yang masam. Adrian tentu saja heran dengan sikap Pamannya yang tidak seperti biasanya, tidak ramah sama sekali. “Kau, Joseph! Berani sekali kau membuat putriku menangis! Apa kau sudah bosan hidup?!” teriaknya lantang sambil menunjuk Asisten keponakannya itu. “Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud menyakiti Nona Kinan. Ini hanya salah paham,” jelasnya dengan santai berusaha bersikap biasa saja. ‘Apa yang sebenarnya s
Adrian sampai kembali bangkit dari tempat duduknya. “Apa itu, Jo? Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal? Cepat katakan padaku!” pintanya tidak sabar. Joseph pun tersenyum miring. “Tenang saja, Tuan. Aku menyimpannya di apartemenku. Sebenarnya aku ingin memberikan itu pada polisi, tapi sepertinya percuma saja karena itu adalah sebuah senjata api rakitan,” ungkapnya yakin. “Apa? Bagaimana bisa, Jo?”“Saat aku berkelahi dengan mereka, aku berhasil mengalahkan salah satu preman itu dan mengambil dari tangannya. Aku tidak bisa melacak jejak dari senjata itu, Tuan. Setelah sibuk mencari Tuan dan mengurus perusahaan, aku melupakan hal itu. Maafkan aku! Aku menunggu perintah Tuan saja,” ucapnya merasa bersalah. Adrian pun berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Kepalanya sibuk berpikir sekarang. Ia harus bisa mengambil keputusan cepat dalam situasi ini. “Serahkan saja pada polisi, Jo. Bayar lebih supaya cepat dapat hasilnya! Mereka pasti bisa melacak asal dan pemilik senjata itu. Ak
Joseph pun melihat beberapa deretan mobil mewah yang ada di gambar itu.Lalu nama sebuah perusahaan showroom mobil juga ada di iklan, terletak di baris paling bawah.“Siapa mereka? Kenapa mereka bisa memiliki konsep iklan yang sama? Bahkan kami belum selesai membuat iklan ini, tapi kenapa sudah ada di internet dan atas nama perusahaan lain?” gumam pemuda itu tidak mengerti. Namun bukan Joseph namanya kalau dia tidak bisa berpikir cepat dan tenang dalam keadaan penting sekalipun. “Aku harus segera memberitahukan hal ini pada Tuan!” putusnya yakin. Setelah itu dia pun bangkit dan beralih menuju ke ruangan Tuannya.“Tuan, aku punya berita penting!” teriak Joseph langsung setelah masuk. “Ada apa ini, Jo? Kenapa wajahmu tegang begitu?” tentu saja pria itu bingung melihat Asistennya panik. “Begini, Tuan. Aku melihat ada sebuah iklan yang beredar di internet dan setelah aku lihat lagi isinya sama persis seperti apa yang ingin kita buat, Tuan!” jelasnya singkat. “Apa maksudmu, Jo? Apa a
Clara sampai bangkit dari tempat duduknya karena kaget sekaligus bingung. "Apa-apaan ini? Kenapa ada berita tentang perusahaan Adrian? Siapa wanita itu ... jangan-jangan!"Dia menggelengkan kepalanya dengan kuat.Rasanya tidak mungkin dan berharap kalau ini hanya fitnah dan orang yang mereka maksud bukan suaminya yaitu Adrian. Di perusahaan Baron... Pria paruh baya itu menatap gedung di depannya dengan wajah yang tidak ramah sama sekali. Namun orang-orang tidak akan bisa melihat karena saat ini dia sedang memakai masker.Hanya sorot matanya saja yang menandakan kalau ia tidak suka datang kemari.Lalu pintu ruangan Baron pun diketuk.“Masuk!” jawabnya dari dalam.Dan Asistennya pun masuk sambil menundukkan kepala hormat.“Maaf, Pak. Di luar ada seseorang yang ingin bertemu dengan, Bapak!”“Siapa?” tanya Baron heran.Sedangkan dia sama sekali tidak ada janji temu dengan klien hari ini. “Saya tidak tahu, Pak. Dia bilang ini penting karena menyangkut soal keluarga Bapak,” jelas gadis
"Baik, Tuan!" jawab Joseph patuh. Adrian membuka jasnya dengan cepat dan memberi perintah lagi, “Hapus berita murahan itu sekarang!”Pria itu pun mengangguk dan segera ke luar dari sana sebelum Tuannya semakin murka. Adrian pun mendudukkan tubuhnya di kursi dengan kasar. Dia pun memegang kepalanya yang berdenyut pusing dengan kedua tangannya. "Apalagi sekarang?!" teriaknya frustasi. Tentu saja karyawan di perusahaan ini tahu siapa yang dipecat secara tidak hormat olehnya. Sebagian orang pasti ada yang percaya dengan berita itu dan Adrian tidak ingin hal itu memperngaruhi kinerja mereka. Juga dengan inisial nama yang sudah jelas merujuk pada Nayla. Adrian tidak menyangka kalau gadis itu masih berani bermain api dengannya setelah apa yang terjadi. Padahal ia sudah sebisa mungkin menjauh dan tidak pernah memberikan celah pada wanita manapun untuk mendekatinya. Sedetik kemudian ia teringat kalau ponselnya masih dalam mode silent. Dengan terburu-buru Adrian merogoh saku jasnya.