Home / Urban / Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar / Bab 5 : Menjalankan Strategi Baru

Share

Bab 5 : Menjalankan Strategi Baru

Author: Pipi_Kiri
last update Last Updated: 2024-01-26 00:17:32

Cindy dan Clara terkejut mendengar itu.

Cindy malah tertawa mengejek Adrian, sementara Clara diam saja dengan ekspresi yang tidak terbaca.

Bagi Adrian, tentu saja tidak terima dengan penawaran Ronald.

'Sial! Ternyata dia sengaja mempermainkanku?!' batin Adrian kesal.

Meskipun begitu Adrian tetap berusaha bersikap biasa aja dan menanggapi dengan senyuman.

"Terima kasih sebelumnya, Kak. Tapi maaf, sepertinya aku tidak bisa menerima pekerjaan itu," tolak Adrian yang secara halus.

"Benarkah? Sayang sekali ckckck!" jawab Ronald pura-pura peduli.

Padahal dari awal dia memang tidak suka pada Adrian. Dia sengaja menawarkan pekerjaan yang paling rendah agar lebih leluasa menghina Adrian.

Tentu dia tidak peduli dengan perasaan Clara, keluarga mereka semua tahu kalau Clara terpaksa menikah dengannya untuk menutupi malu.

Cindy yang mendengar itu malah semakin mengompori untuk memperkeruh keadaan.

"Halah! Pekerjaan itu memang cocok untuk pria sepertimu! Tidak usah sok jual mahal dan pilih-pilih deh! Masih bagus Ronald mau membantumu!" ujarnya ketus dengan memasang wajah jutek.

"Mama!" protes Clara tidak suka.

"Kenapa? Memang itu kenyataan kan, Sayang? Jadi untuk apa kamu membelanya! Tidak perlu bekerja Adrian! Kamu nanti malah membuat kami malu saja!" ucapnya lalu pergi dari sana.

Setelah melihat Mamanya pergi, Clara pun berinisiatif untuk membawa Ronald meninggalkan Adrian, agar pembicaraan ini tidak semakin berlarut-larut dan melebar ke mana-mana.

Karena percuma saja dilanjutkan, dia juga tidak ingin Adrian bekerja sebagai service dan juga yakin kalau Papanya pasti tidak akan mengijinkan hal itu.

"Ayo, Ron. Kita mengobrol di depan saja. Katanya kamu tidak punya banyak waktu kan? Ayo, cepat!" ujarnya sambil menarik tangan sepupunya itu.

Dia juga menatap Adrian sekilas dengan rasa bersalah.

"Baiklah. Pikirkan itu, Adrian!" ucap Ronald sebelum dia pergi.

Adrian hanya menjawab dengan senyuman tipis.

'Dalam mimpi! Aku tidak mau bekerja padamu!' hati Adrian memaki.

Adrian pun memutuskan untuk melanjutkan kembali pekerjaannya yang belum selesai.

Sambil bekerja dia pun mulai berpikir, bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.

Bukan hanya sekedar menjadi tukang kebun di rumah ini atau bekerja sebagai Cleaning service di perusahaannya Ronald.

"Apa aku tanya pada Joseph saja?! Hmmm," gumamnya seorang diri.

Besok Paginya…

Adrian bangun pagi-pagi sekali untuk pergi mencari pekerjaan.

Dia juga sudah bersiap dengan pakaian yang lebih rapi dari biasanya.

Pria dengan bulu halus di sekitar rahangnya itu, memakai kemeja warna abu dengan celana kain warna hitam lengkap dengan sepatu kets yang sudah terlihat sedikit usang.

Meskipun penampilannya sederhana tapi dia cukup terlihat lebih tampan hari ini.

Clara yang melihat Adrian sudah rapi sedikit terkesima karena jarang sekali melihat Adrian seperti itu.

'Mau kemana dia?' batinnya penasaran.

Saat melihat Baron yang sedang duduk bersantai di sofa sambil memainkan ponselnya, Adrian pun memberanikan diri untuk meminta izin padanya.

"Selamat pagi, Tuan. Bolehkah hari ini saya izin pergi sebentar?" tanya Adrian sopan dengan senyuman manisnya.

Baron pun memperhatikan Adrian dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Mau ke mana kamu? Pergi pagi begini?" alis pria itu terlihat berkerut.

"Aku ingin mencari pekerjaan, Tuan. Sesuai dengan permintaanku kemarin. Aku rasa lebih cepat lebih baik agar segera mendapatkan pekerjaan baru," jelasnya singkat.

Baron pun mulai berpikir sejenak. Dia rasa tidak ada salahnya kalau Adrian bekerja.

Lagipula itu tidak akan mengubah apapun, karena sebentar lagi juga Adrian akan bercerai dengan anaknya.

"Ya, sudah kalau begitu. Silahkan pergi, tapi jangan lama-lama! Kamu masih ada pekerjaan rumah ini!" ucapnya mengingatkan kembali tugas Adrian.

"Baik. Terima kasih, Tuan. Saya janji setelah selesai, saya akan cepat pulang ke rumah!" ucapnya yakin.

'Yes! Akhirnya aku bisa juga pergi dari rumah ini!' hati Adrian bersorak senang.

Clara yang dari tadi berdiri di balik tembok, diam-diam mencuri dengar pembicaraan mereka, dia pun menjadi tertegun.

"Apa dia benar-benar serius untuk mencari pekerjaan? Semoga saja dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik," gumamnya pelan.

Dengan sedikit menampilkan senyuman tipis yang terlihat samar.

Adrian pun pergi menggunakan taksi menuju showroom, tempat Baron membeli mobil kemarin.

Yang mana showroom itu sudah menjadi miliknya alias cabang dari perusahaannya, karena asistennya yaitu Joseph sudah membeli tempat itu.

Setelah sampai di sana, dia pun meminta karyawan itu untuk menelepon Joseph dan mengatakan kalau dia ingin bertemu dengannya.

Meskipun awalnya karyawan itu ragu, tapi Adrian terus berusaha meyakinkannya, kalau Joseph pasti tidak akan menolak.

Setelah itu petugas di sana menelpon Joseph sesuai permintaan Adrian.

Dia pun menunggu beberapa menit sebelum asistennya itu datang.

Lalu sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap, terparkir di halaman depan.

Keluarlah sosok tubuh tinggi berbadan tegap yang memakai kemeja putih serta setelan jas yang rapi.

Pria itu berjalan memasuki area itu.

Joseph langsung menghampiri Adrian.

"Selamat pagi, Tuan. Ada apa repot-repot menelpon saya memakai telepon lain? Tuan kan bisa membeli ponsel yang baru?" tanya Joseph heran.

"Aku tidak sempat untuk membelinya, karena tidak memiliki waktu banyak untuk keluar rumah!" jawab Adrian dengan mendesah pelan.

"Apa Tuan sudah siap kembali ke perusahaan?" tanya Josep penuh harap.

Dia pikir kalau Adrian menemuinya karena ingin kembali pada kehidupan lamanya.

"Tidak, bukan itu. Aku ingin kamu memberikanku pekerjaan di tempat ini. Karena aku sedang mencari pekerjaan yang baru. Itu adalah alasanku bisa keluar dari rumah mertuaku," jelasnya singkat.

"Apa? Untuk apa, Tuan? Kenapa tidak langsung saja menjadi pimpinan di sini?" Joseph heran dengan keputusan Tuannya.

"Tidak, Jo. Belum bisa. Aku juga masih menyembunyikan identitasku pada semua orang. Jadi saat ini aku hanya akan menjadikan karyawan biasa. Bisakah kamu membantuku mengurusnya?"

Adrian memberitahu alasannya meskipun belum semuanya.

Joseph tampak berpikir sejenak lalu menjawab dengan tersenyum, "Baiklah, Tuan. Saya akan mengurusnya! Mari ikut dengan saya, Tuan!"

Setelah itu Adrian dan Joseph langsung menemui Manajer di tempat itu.

Dan dengan segala kekuasaan yang mereka miliki akhirnya manajer itu pun mengetahui kalau Adrian adalah pemilik yang baru tempat itu.

Mereka memintanya untuk merahasiakan hal itu pada semua orang.

Mulai besok Adrian pun bisa langsung bekerja di sana.

Adrian akhirnya bisa bernapas lega karena saat pulang nanti bisa memberikan kabar gembira ini pada istrinya yaitu Clara.

Sebelum pulang ke rumah Joseph menitipkan pesan kepada Adrian untuk menghubunginya.

Dia pun memberikan ponselnya pada Adrian.

"Ini, Tuan. Gunakanlah ponsel ini, kalau ada apa-apa, Tuan bisa menghubungi saya!" ucapnya sambil menyerahkan ponsel mahal itu.

Adrian yang melihat ponsel itu terlalu mewah untuknya, jadi dia pun menolaknya.

"Tidak, Jo. Ini terlalu bagus. Setelah dari sini aku akan menbeli ponsel yang biasa saja. Tenanglah!" ucapnya tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, Tuan. Apa Tuan ingin saya antar kesana?"

"No! Aku akan berangkat sendiri. Kamu kembalilah!" titahnya tegas.

"Baik, Tuan!" jawabnya patuh.

Setelah dari dari sana Adrian memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, tapi dia ingin langsung membeli ponsel baru mumpung sekalian sedang ada waktu.

Walaupun nanti keluarga istrinya akan bertanya, tapi dia akan menjawab kalau ini adalah kebutuhan pekerjaan.

Tentu mereka tidak akan banyak bertanya lagi, apalagi dia akan membeli ponsel yang biasa saja. Supaya mereka tidak curiga.

Saat sampai di pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kota itu, tiba-tiba seseorang yang lewat di samping Adrian, menghentikan langkahnya.

Dia pun mengatakan sesuatu yang sangat penting.

"Wah! Siapa ini? Apa kamu suami Clara?"

Adrian sontak menoleh dan terkejut melihat orang yang ada di depannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 144 : Apa Hubungan Mereka?

    Adrian menatap lekat lembaran foto di tangannya secara bergantian.Sorot matanya yang tajam meneliti setiap detail petunjuk yang ada.Raut wajahnya penuh tanda tanya. “Siapa pria ini, Jo? Lalu apa yang dia lakukan dengan Pamanku?” Joseph pun duduk dan terlihat antusias sekali.“Aku yakin pria ini adalah orang penting sampai mereka harus bertemu di tempat tersembunyi, Tuan!” ungkapnya bersemangat.Kening Adrian berkerut mendengar itu. Masih tetap tidak puas dengan penjelasan Asistennya.“Tapi, kenapa kau memberikan foto ini padaku? Memangnya apa yang menarik dari dia?” ucapnya kesal dan melempar asal ke meja.Dia sudah pusing dengan masalah perusahaan dan sekarang harus mengurusi orang asing pula!“Nah itu dia, Tuan! Apa Tuan tidak penasaran siapa dia sebenarnya? Tapi, tenang saja karena aku sudah mencari tahu siapa pria itu!” ucap Joseph dengan senyuman misterius.Dia pun membuka Tab miliknya dan mendekatkan lay

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 143 : Menyalahkan Semua Orang

    Pria paruh baya itu memberikan tatapan menusuk.Sementara pemuda lajang di seberang sana tampak duduk dengan gelisah, susah payah menyembunyikan raut wajah kesal karena kembali mendengar kata-kata yang sangat ia benci.‘Huh! Lagi-lagi cuma bisa menyalahkanku!’ hanya berani menggerutu dalam hati.Tangan kanannya mengambil gelas whisky, menghabiskan sisa minuman itu hingga tandas dan meletakkannya kembali ke atas meja kaca.Butuh sesuatu yang menantang untuk berbicara dengan pria itu.“Aku sudah mengatur semuanya, Bos! Dia gadis yang bodoh. Bahkan tidak memberitahuku kalau si cecunguk itu punya rekaman videonya!” jelasnya berkelit.Yup!Sandy dan Bastian bertemu diam-diam hari ini.Tentu untuk membahas situasi yang makin rumit karena rencana pemuda itu yang hanya ampuh di awal dan menguap begitu saja setelah Adrian berhasil memutar balikkan keadaan.Sandy menyenderkan punggungnya ke sofa.Senyuman miring pun terbit di sudut bibirnya, “Hahaha! Kalian berdua itu sama-sama bodoh! Kau itu s

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 142 : Berita Itu Membuatku Sedih

    “A-apa? Ti-tidak mungkin!” ucapnya dengan bibir bergetar. “Kalian pasti salah orang!”[“Tidak, Pak. Kami sudah memeriksa di dalam selnya dan memastikan informasi ini dengan dokter terkait,” jelasnya lagi.]Tangan Bryan lemas dan ponselnya pun jatuh ke lantai.Pria di seberang sana masih bicara, tetapi pria paruh baya itu sudah tidak peduli.“Ti-tidak! Putraku tidak mungkin mati! Ronald … tidak mungkin! Tidaakkkkk!!!”Suaranya menggema di ruangan kerjanya.“Tidak mungkin! Hu-hu-huaaaaa!” Tangis pria itu akhirnya pecah.Kedua bahunya berguncang karena terisak pilu.Setelah semua kejadian yang dialaminya, dia selalu berusaha untuk kuat.Namun, sekarang adalah puncaknya.Putra satu-satunya dan kebanggaan baginya sudah pergi untuk selamanya.Dan dalam beberapa jam saja, berita kematian Ronald langsung laris manis mengisi stasiun televisi.Semua orang pun membicarakan berita itu dengan berbag

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 141 : Ini Balasan Untukmu!

    Sementara itu…Seorang pria paruh baya baru saja ingin merebahkan badan karena lelah seharian bekerja.Namun atensinya teralihkan saat mendengar bunyi ponsel yang ada di samping ranjang.Saat melihat nama yang ada di layar, raut wajahnya langsung berubah menjadi masam.“Halo! Untuk apalagi kau menelponku?” jawabnya ketus.Pria di seberang sana mencoba bersabar walaupun juga sama kesalnya.[“Tidak usah ketus begitu, Baron! Aku hanya ingin minta keringanan hukuman untuk Ronald! Kau bisa kan bicara pada polisi?” ucapnya sedikit memaksa.]Ya, Bryan menghubungi Baron untuk minta potongan masa tahanan putranya dan mereka tidak tahu sama sekali soal kedatangan Adrian dan rencana licik Ronald yang terbongkar.Belum ada yang memberitahu kedua pria ambisius itu.Jadi, apapun akan dia lakukan meskipun mengemis pada Adik satu-satunya.Baron merasa sangat emosi mendengarnya tetapi berusaha tetap tenang demi kesehatannya

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 140. Keputusan Yang Sulit

    Semua orang di ruangan terkejut mendengar ucapannya barusan.Tanpa banyak basa-basi lagi, Adrian melangkah mendekat ke arah pria yang dulu sangat sombong padanya.Orang yang menghancurkan keluarga istrinya, meskipun ada satu pengecualian karena berkat hal itu dia bisa menikah dengan Clara.Dengan cepat kedua tangannya menarik kerah baju berwarna oranye itu.Wajahnya berbalik ke belakang menatap Asistennya, “Berikan pisaunya, Jo!” teriak Adrian murka.Joseph yang tersadar langsung menaikkan celana kainnya di kaki kiri dan terlihat di balik kaos kaki itu sebuah benda tajam terbungkus dengan kulit khusus berwarna coklat.Dia pun mengambil bilah pisau lipat itu dan tanpa ragu memberikan pada Adrian.“Ini, Tuan!” ucapnya pelan.Adrian langsung mengambilnya dengan cepat dan kasar tanpa peduli kalau tangannya akan terluka.Dia langsung mengarahkan ke leher Ronald.Melihat itu salah satu petugas melarang Adrian untuk melakukan niatnya.“Jangan lakukan apapun, Pak Adrian! Ini kantor polisi dan

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 139. Aku Akan Membunuhmu!

    “Apa?!” teriaknya dengan raut wajah terkejut.Dia sampai bangkit berdiri dari kursi.Helaan napas panjang langsung keluar dari mulutnya.'Ini tidak mungkin!’ hatinya menolak percaya.Tentu saja!Bagaimana caranya dia membayar orang?Karena Joseph yakin kalau saat itu Ronald sedang berada di dalam penjara.“Kenapa pria itu masih bisa … ah, sudahlah. Cepat berikan semuanya pada kantor polisi atas nama Tuan Adrian. Aku akan menyusul ke sana!” putusnya cepat.[“Baik, Bos!”]Napas Joseph memburu lalu secepat kilat melangkah masuk ke dalam ruangan Tuannya.“Tuan, a-aku ada kabar buruk!” ucapnya sedikit ragu.Adrian memijat keningnya yang pusing karena dari pagi moodnya sudah jelek, ditambah informasi yang diterima dari Asistennya itu semua adalah masalah.“Ada apalagi, Jo?” jawabnya dengan ketus.Adrian terlihat malas meladeni Asistennya itu.Joseph pun duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Adrian.“Orangku bilang, kalau pria yang menabrak Tuan kemarin dibayar oleh Ronald. Dia pelaku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status