Share

Bab 5 : Menjalankan Strategi Baru

Cindy dan Clara terkejut mendengar itu.

Cindy malah tertawa mengejek Adrian, sementara Clara diam saja dengan ekspresi yang tidak terbaca.

Bagi Adrian, tentu saja tidak terima dengan penawaran Ronald.

'Sial! Ternyata dia sengaja mempermainkanku?!' batin Adrian kesal.

Meskipun begitu Adrian tetap berusaha bersikap biasa aja dan menanggapi dengan senyuman.

"Terima kasih sebelumnya, Kak. Tapi maaf, sepertinya aku tidak bisa menerima pekerjaan itu," tolak Adrian yang secara halus.

"Benarkah? Sayang sekali ckckck!" jawab Ronald pura-pura peduli.

Padahal dari awal dia memang tidak suka pada Adrian. Dia sengaja menawarkan pekerjaan yang paling rendah agar lebih leluasa menghina Adrian.

Tentu dia tidak peduli dengan perasaan Clara, keluarga mereka semua tahu kalau Clara terpaksa menikah dengannya untuk menutupi malu.

Cindy yang mendengar itu malah semakin mengompori untuk memperkeruh keadaan.

"Halah! Pekerjaan itu memang cocok untuk pria sepertimu! Tidak usah sok jual mahal dan pilih-pilih deh! Masih bagus Ronald mau membantumu!" ujarnya ketus dengan memasang wajah jutek.

"Mama!" protes Clara tidak suka.

"Kenapa? Memang itu kenyataan kan, Sayang? Jadi untuk apa kamu membelanya! Tidak perlu bekerja Adrian! Kamu nanti malah membuat kami malu saja!" ucapnya lalu pergi dari sana.

Setelah melihat Mamanya pergi, Clara pun berinisiatif untuk membawa Ronald meninggalkan Adrian, agar pembicaraan ini tidak semakin berlarut-larut dan melebar ke mana-mana.

Karena percuma saja dilanjutkan, dia juga tidak ingin Adrian bekerja sebagai service dan juga yakin kalau Papanya pasti tidak akan mengijinkan hal itu.

"Ayo, Ron. Kita mengobrol di depan saja. Katanya kamu tidak punya banyak waktu kan? Ayo, cepat!" ujarnya sambil menarik tangan sepupunya itu.

Dia juga menatap Adrian sekilas dengan rasa bersalah.

"Baiklah. Pikirkan itu, Adrian!" ucap Ronald sebelum dia pergi.

Adrian hanya menjawab dengan senyuman tipis.

'Dalam mimpi! Aku tidak mau bekerja padamu!' hati Adrian memaki.

Adrian pun memutuskan untuk melanjutkan kembali pekerjaannya yang belum selesai.

Sambil bekerja dia pun mulai berpikir, bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.

Bukan hanya sekedar menjadi tukang kebun di rumah ini atau bekerja sebagai Cleaning service di perusahaannya Ronald.

"Apa aku tanya pada Joseph saja?! Hmmm," gumamnya seorang diri.

Besok Paginya…

Adrian bangun pagi-pagi sekali untuk pergi mencari pekerjaan.

Dia juga sudah bersiap dengan pakaian yang lebih rapi dari biasanya.

Pria dengan bulu halus di sekitar rahangnya itu, memakai kemeja warna abu dengan celana kain warna hitam lengkap dengan sepatu kets yang sudah terlihat sedikit usang.

Meskipun penampilannya sederhana tapi dia cukup terlihat lebih tampan hari ini.

Clara yang melihat Adrian sudah rapi sedikit terkesima karena jarang sekali melihat Adrian seperti itu.

'Mau kemana dia?' batinnya penasaran.

Saat melihat Baron yang sedang duduk bersantai di sofa sambil memainkan ponselnya, Adrian pun memberanikan diri untuk meminta izin padanya.

"Selamat pagi, Tuan. Bolehkah hari ini saya izin pergi sebentar?" tanya Adrian sopan dengan senyuman manisnya.

Baron pun memperhatikan Adrian dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Mau ke mana kamu? Pergi pagi begini?" alis pria itu terlihat berkerut.

"Aku ingin mencari pekerjaan, Tuan. Sesuai dengan permintaanku kemarin. Aku rasa lebih cepat lebih baik agar segera mendapatkan pekerjaan baru," jelasnya singkat.

Baron pun mulai berpikir sejenak. Dia rasa tidak ada salahnya kalau Adrian bekerja.

Lagipula itu tidak akan mengubah apapun, karena sebentar lagi juga Adrian akan bercerai dengan anaknya.

"Ya, sudah kalau begitu. Silahkan pergi, tapi jangan lama-lama! Kamu masih ada pekerjaan rumah ini!" ucapnya mengingatkan kembali tugas Adrian.

"Baik. Terima kasih, Tuan. Saya janji setelah selesai, saya akan cepat pulang ke rumah!" ucapnya yakin.

'Yes! Akhirnya aku bisa juga pergi dari rumah ini!' hati Adrian bersorak senang.

Clara yang dari tadi berdiri di balik tembok, diam-diam mencuri dengar pembicaraan mereka, dia pun menjadi tertegun.

"Apa dia benar-benar serius untuk mencari pekerjaan? Semoga saja dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik," gumamnya pelan.

Dengan sedikit menampilkan senyuman tipis yang terlihat samar.

Adrian pun pergi menggunakan taksi menuju showroom, tempat Baron membeli mobil kemarin.

Yang mana showroom itu sudah menjadi miliknya alias cabang dari perusahaannya, karena asistennya yaitu Joseph sudah membeli tempat itu.

Setelah sampai di sana, dia pun meminta karyawan itu untuk menelepon Joseph dan mengatakan kalau dia ingin bertemu dengannya.

Meskipun awalnya karyawan itu ragu, tapi Adrian terus berusaha meyakinkannya, kalau Joseph pasti tidak akan menolak.

Setelah itu petugas di sana menelpon Joseph sesuai permintaan Adrian.

Dia pun menunggu beberapa menit sebelum asistennya itu datang.

Lalu sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap, terparkir di halaman depan.

Keluarlah sosok tubuh tinggi berbadan tegap yang memakai kemeja putih serta setelan jas yang rapi.

Pria itu berjalan memasuki area itu.

Joseph langsung menghampiri Adrian.

"Selamat pagi, Tuan. Ada apa repot-repot menelpon saya memakai telepon lain? Tuan kan bisa membeli ponsel yang baru?" tanya Joseph heran.

"Aku tidak sempat untuk membelinya, karena tidak memiliki waktu banyak untuk keluar rumah!" jawab Adrian dengan mendesah pelan.

"Apa Tuan sudah siap kembali ke perusahaan?" tanya Josep penuh harap.

Dia pikir kalau Adrian menemuinya karena ingin kembali pada kehidupan lamanya.

"Tidak, bukan itu. Aku ingin kamu memberikanku pekerjaan di tempat ini. Karena aku sedang mencari pekerjaan yang baru. Itu adalah alasanku bisa keluar dari rumah mertuaku," jelasnya singkat.

"Apa? Untuk apa, Tuan? Kenapa tidak langsung saja menjadi pimpinan di sini?" Joseph heran dengan keputusan Tuannya.

"Tidak, Jo. Belum bisa. Aku juga masih menyembunyikan identitasku pada semua orang. Jadi saat ini aku hanya akan menjadikan karyawan biasa. Bisakah kamu membantuku mengurusnya?"

Adrian memberitahu alasannya meskipun belum semuanya.

Joseph tampak berpikir sejenak lalu menjawab dengan tersenyum, "Baiklah, Tuan. Saya akan mengurusnya! Mari ikut dengan saya, Tuan!"

Setelah itu Adrian dan Joseph langsung menemui Manajer di tempat itu.

Dan dengan segala kekuasaan yang mereka miliki akhirnya manajer itu pun mengetahui kalau Adrian adalah pemilik yang baru tempat itu.

Mereka memintanya untuk merahasiakan hal itu pada semua orang.

Mulai besok Adrian pun bisa langsung bekerja di sana.

Adrian akhirnya bisa bernapas lega karena saat pulang nanti bisa memberikan kabar gembira ini pada istrinya yaitu Clara.

Sebelum pulang ke rumah Joseph menitipkan pesan kepada Adrian untuk menghubunginya.

Dia pun memberikan ponselnya pada Adrian.

"Ini, Tuan. Gunakanlah ponsel ini, kalau ada apa-apa, Tuan bisa menghubungi saya!" ucapnya sambil menyerahkan ponsel mahal itu.

Adrian yang melihat ponsel itu terlalu mewah untuknya, jadi dia pun menolaknya.

"Tidak, Jo. Ini terlalu bagus. Setelah dari sini aku akan menbeli ponsel yang biasa saja. Tenanglah!" ucapnya tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, Tuan. Apa Tuan ingin saya antar kesana?"

"No! Aku akan berangkat sendiri. Kamu kembalilah!" titahnya tegas.

"Baik, Tuan!" jawabnya patuh.

Setelah dari dari sana Adrian memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, tapi dia ingin langsung membeli ponsel baru mumpung sekalian sedang ada waktu.

Walaupun nanti keluarga istrinya akan bertanya, tapi dia akan menjawab kalau ini adalah kebutuhan pekerjaan.

Tentu mereka tidak akan banyak bertanya lagi, apalagi dia akan membeli ponsel yang biasa saja. Supaya mereka tidak curiga.

Saat sampai di pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kota itu, tiba-tiba seseorang yang lewat di samping Adrian, menghentikan langkahnya.

Dia pun mengatakan sesuatu yang sangat penting.

"Wah! Siapa ini? Apa kamu suami Clara?"

Adrian sontak menoleh dan terkejut melihat orang yang ada di depannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status