Home / Urban / Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar / Bab 4 : Pekerjaan Yang Cocok Untukmu!

Share

Bab 4 : Pekerjaan Yang Cocok Untukmu!

Author: Pipi_Kiri
last update Last Updated: 2024-01-26 00:11:39

Adrian hanya tersenyum melihat Baron yang masih saja kebingungan.

Dia pun mengatakan hal yang akan membuat mertuanya itu tidak memikirkan lagi dari mana uang itu datang.

"Mungkin itu adalah uang transferan dari hadiah sesuai yang petugas itu katakan, Tuan. Tuan sedang bernasib baik. Uang itu bisa digunakan untuk membantu keuangan perusahaan saat ini!" ucapnya terlihat sangat yakin.

Baron menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Benar juga, ya? Kenapa aku tidak berpikir kesana. Terserahlah ini uang dari siapa! Toh, aku mendapatkannya dengan cara yang bukan ilegal! Hahaha!" Baron malah tertawa senang karena sudah mendapatkan rezeki nomplok.

Dia tidak jadi menjual mobilnya dan sekarang rekeningnya sudah terisi.

Apalagi yang harus dia pikirkan.

Justru yang dia harus pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar perusahaannya kembali bangkit dan mereka tidak jadi jatuh miskin.

Mau ditaruh di mana wajahnya kalau sampai mereka terusir dari rumah ini. Bisa-bisa Baron tidak akan lagi berani untuk sekedar mengangkat wajahnya kalau nanti bertemu dengan orang-orang.

Sudah pasti akan mendapatkan penghinaan dari keluarga mereka.

Tentu Baron tidak ingin itu terjadi.

Harga diri dan nama baiknya tidak boleh tercoreng.

Cindy yang baru saja keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga, dia sangat khawatir dengan raut wajah cemas melihat suaminya sudah pulang ke rumah.

"Bagaimana, Pa? Apa sudah dapat uangnya?" wanita dengan lipstik merah menyala itu langsung bertanya setelah menghampiri suaminya.

"Tentu, Ma! Dan aku mendapatkan uangnya secara percuma dan mobil kita tidak jadi dijual!" jawabnya dengan penuh semangat.

"Benarkah? Kok bisa, Pa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Cindy jadi bingung mendengar penjelasan dari Baron.

"Itu tidak penting, Ma! Sekarang itu jauh lebih penting adalah perusahaan kita. Sudah Papa mau kembali ke kantor! Ada yang harus Papa urus secepatnya!" ucapnya sambil memasang kembali jasnya.

Wajah Cindy yang tadi cemberut berubah menjadi ceria dan berbinar bahagia mengetahui kalau mereka tidak jadi jatuh miskin.

"Oke, Pa! Mama lega akhirnya kita tidak jadi bangkrut!" ujarnya bertepuk tangan girang.

Dia bahkan tidak memperdulikan Adrian yang berdiri disana.

Sudah biasa baginya menganggap menantunya itu seperti tidak ada.

"Adrian! Mana kunci mobilnya? Ingat ya, kamu itu sopir sementara jangan merasa itu adalah mobilmu!" ucap Baron ketus.

"Ini, Tuan!"

Adrian menyerahkan kunci mobil itu dengan lesu.

Ternyata kebaikannya sama sekali tidak dianggap dan Baron tetap bersikap seperti itu padanya.

Dia tidak bisa membantah karena masih harus bersabar sedikit lagi.

Cindy yang malas melihat Adrian, memilih mengantarkan suaminya ke pintu depan.

Adrian ingin kembali ke taman belakang, mengecek kembali pekerjaannya apakah masih ada yang belum selesai.

Saat sedang serius bekerja, suara seseorang yang cukup dia kenal membuatnya menghentikan aktivitas itu.

"Wah, lihat suamimu itu! Dia sangat rajin!" pujinya tapi dengan nada mengejek.

Adrian pun menoleh dan melihat Clara sedang bersama kakak sepupunya yang bernama Ronald.

Dia adalah anak dari pamannya Clara, yaitu kakak dari Papanya.

Pemuda yang selisih lebih tua tiga tahun dari Adrian itu, menatapnya dari atas sampai bawah.

Dia memang jarang sekali ke rumah ini dan hanya bertemu dengan Adrian beberapa kali.

Itu pun hanya sebentar karena Adrian lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bekerja daripada berkumpul bersama keluarga istrinya itu.

"Sudahlah, Ron. Jangan ganggu dia! Biarkan saja dia menyelesaikan pekerjaannya," ucap Clara dengan ekspresi yang datar.

Andrian mendengar itu, dia tahu Clara selalu membela dirinya. Meskipun tidak terlalu menunjukkan pada semua orang.

Lalu Ronald pun tersenyum miring, "Dia memang cocok jadi tukang kebun!" ujarnya dengan angkuh.

Dia memang selalu bersikap seperti itu dan menyombongkan apa yang dia miliki.

Karena saat ini dialah yang memimpin perusahaan Papanya dan dengan posisi yang tinggi seperti itu, Ronald dengan senang hati menghina Adrian, suami dari adik sepupunya yang tidak berguna di mata keluarga mereka.

Cindy pun datang menghampiri mereka setelah mengantar Baron pergi ke kantor.

"Kenapa kalian disini? Ayo, kita mengobrol di dalam saja! Jangan pedulikan dia!" Cindy memegang lengan anaknya untuk pergi dari sana dengan wajah cemberut ke arah Adrian.

Adria pun berpura-pura tidak mendengar mereka dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Dia sudah terbiasa mendengar Mama mertuanya bicara ketus padanya, jadi dia harus selalu bersikap cuek kalau sudah diperlakukan seperti itu.

"Tunggu dulu, Tante. Aku rasa aku bisa membantu suami Clara ini," gumamnya sambil memegang dagu dengan tangan kanannya.

Cindy dan Clara pun saling pandang tidak mengerti, karena tumben sekali Ronald mau bersikap baik dan peduli dengan Adrian.

"Adrian, apa kamu tidak bosan berada di rumah ini dan menganggur?" tanya Ronald tiba-tiba.

Adrian pun langsung menoleh ke arahnya.

'Yang benar saja? Apa dia buta?!' batin Adrian tidak terima.

"Maksudnya? Aku kan sedang bekerja, Kak! Setiap hari!" jawab Adrian tidak ingin kalah.

Dia memang terlihat pengangguran di mata orang lain, meskipun hampir semua pekerjaan yang ringan maupun berat dia lakukan di rumah ini.

Ronald pun tersenyum, "Clara bilang kalau kamu ingin mencari pekerjaan, kan? Jadi, aku akan memberikan penawaran menarik untukmu," ucapnya penuh arti.

Clara yang merasa kecolongan, langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Dia tidak ingin Adrian jadi besar kepala setelah mengetahui hal itu.

Padahal dia tadi sengaja mengatakan hal itu karena sudah bercerita panjang lebar pada sepupunya kalau saat ini Papanya sedang dalam masalah di perusahaannya. Dan berniat untuk meminta bantuannya.

Meskipun Clara tidak berani mengatakan kalau mereka bangkrut, karena takut Papanya akan marah.

Jadi dia hanya mengatakan kalau saat ini Adrian yang butuh pekerjaan untuk mengalihkan pembicaraannya tadi saat bersama Ronald.

Adrian pun meletakkan gunting tanaman besar itu ke tanah.

Lalu berjalan menghampiri Ronald dan juga Clara yang sedang berdiri di depan pintu.

Adrian tersenyum senang, "Benarkah itu, Kak? Apa kamu akan memberikanku pekerjaan di perusahaanmu? Kalau begitu, aku akan sangat berterima kasih!" ucap Adrian dengan wajah sumringah.

Cindy yang mendengar itu pun menjadi tidak suka dan mengajukan protes pada Ronald.

"Ron, untuk apa memberikan pekerjaannya padanya! Biarkan saja dia disini! Lagipula dia itu pemuda yang tidak jelas! Mana bisa dia bekerja di perusahaanmu. Yang ada nanti dia malah membuat malu keluarga kami!" Cindy mencoba mempengaruhi keponakan suaminya itu.

Clara merasa usahanya sia-sia tapi dia pun mendadak tenang setelah mendengar Ronald kembali bicara.

"Dia bisa kok, Tante! Dia masih muda dan kuat! Sangat cocok!" ujarnya dengan yakin sambil menatap Adrian serius.

Cindy pun mencebikkan bibirnya karena Ronald tidak mau mendengarkan ucapannya.

Adrian yang tidak enak melihat mereka malah berdebat, memberanikan diri untuk kembali bicara.

"Bolehkan aku bekerja? Aku janji akan memberikan semua gajiku kepada Clara! Aku akan membelikan apa saja untuknya!" ucap Adrian percaya diri.

Tentu saja dia bisa melakukan itu karena Adrian sengaja menjadikan pekerjaannya itu hanya sebagai tameng untuk menutupi kekayaannya.

Jadi kalau Adrian nanti bekerja, dia bisa membelikan Clara apa saja untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami.

"Terserah kamu saja! Tapi semua tergantung keputusan dari Papa!" putusnya mengalah.

Adrian senang Cindy akhirnya mengijinkannya.

"Lalu aku akan bekerja di bagian apa, Kak?" tanya Adrian antusias.

Ronald melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Adrian dengan seringai jahat.

"Kamu akan bekerja sebagai Cleaning Service!"

"APA?!!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 144 : Apa Hubungan Mereka?

    Adrian menatap lekat lembaran foto di tangannya secara bergantian.Sorot matanya yang tajam meneliti setiap detail petunjuk yang ada.Raut wajahnya penuh tanda tanya. “Siapa pria ini, Jo? Lalu apa yang dia lakukan dengan Pamanku?” Joseph pun duduk dan terlihat antusias sekali.“Aku yakin pria ini adalah orang penting sampai mereka harus bertemu di tempat tersembunyi, Tuan!” ungkapnya bersemangat.Kening Adrian berkerut mendengar itu. Masih tetap tidak puas dengan penjelasan Asistennya.“Tapi, kenapa kau memberikan foto ini padaku? Memangnya apa yang menarik dari dia?” ucapnya kesal dan melempar asal ke meja.Dia sudah pusing dengan masalah perusahaan dan sekarang harus mengurusi orang asing pula!“Nah itu dia, Tuan! Apa Tuan tidak penasaran siapa dia sebenarnya? Tapi, tenang saja karena aku sudah mencari tahu siapa pria itu!” ucap Joseph dengan senyuman misterius.Dia pun membuka Tab miliknya dan mendekatkan lay

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 143 : Menyalahkan Semua Orang

    Pria paruh baya itu memberikan tatapan menusuk.Sementara pemuda lajang di seberang sana tampak duduk dengan gelisah, susah payah menyembunyikan raut wajah kesal karena kembali mendengar kata-kata yang sangat ia benci.‘Huh! Lagi-lagi cuma bisa menyalahkanku!’ hanya berani menggerutu dalam hati.Tangan kanannya mengambil gelas whisky, menghabiskan sisa minuman itu hingga tandas dan meletakkannya kembali ke atas meja kaca.Butuh sesuatu yang menantang untuk berbicara dengan pria itu.“Aku sudah mengatur semuanya, Bos! Dia gadis yang bodoh. Bahkan tidak memberitahuku kalau si cecunguk itu punya rekaman videonya!” jelasnya berkelit.Yup!Sandy dan Bastian bertemu diam-diam hari ini.Tentu untuk membahas situasi yang makin rumit karena rencana pemuda itu yang hanya ampuh di awal dan menguap begitu saja setelah Adrian berhasil memutar balikkan keadaan.Sandy menyenderkan punggungnya ke sofa.Senyuman miring pun terbit di sudut bibirnya, “Hahaha! Kalian berdua itu sama-sama bodoh! Kau itu s

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 142 : Berita Itu Membuatku Sedih

    “A-apa? Ti-tidak mungkin!” ucapnya dengan bibir bergetar. “Kalian pasti salah orang!”[“Tidak, Pak. Kami sudah memeriksa di dalam selnya dan memastikan informasi ini dengan dokter terkait,” jelasnya lagi.]Tangan Bryan lemas dan ponselnya pun jatuh ke lantai.Pria di seberang sana masih bicara, tetapi pria paruh baya itu sudah tidak peduli.“Ti-tidak! Putraku tidak mungkin mati! Ronald … tidak mungkin! Tidaakkkkk!!!”Suaranya menggema di ruangan kerjanya.“Tidak mungkin! Hu-hu-huaaaaa!” Tangis pria itu akhirnya pecah.Kedua bahunya berguncang karena terisak pilu.Setelah semua kejadian yang dialaminya, dia selalu berusaha untuk kuat.Namun, sekarang adalah puncaknya.Putra satu-satunya dan kebanggaan baginya sudah pergi untuk selamanya.Dan dalam beberapa jam saja, berita kematian Ronald langsung laris manis mengisi stasiun televisi.Semua orang pun membicarakan berita itu dengan berbag

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 141 : Ini Balasan Untukmu!

    Sementara itu…Seorang pria paruh baya baru saja ingin merebahkan badan karena lelah seharian bekerja.Namun atensinya teralihkan saat mendengar bunyi ponsel yang ada di samping ranjang.Saat melihat nama yang ada di layar, raut wajahnya langsung berubah menjadi masam.“Halo! Untuk apalagi kau menelponku?” jawabnya ketus.Pria di seberang sana mencoba bersabar walaupun juga sama kesalnya.[“Tidak usah ketus begitu, Baron! Aku hanya ingin minta keringanan hukuman untuk Ronald! Kau bisa kan bicara pada polisi?” ucapnya sedikit memaksa.]Ya, Bryan menghubungi Baron untuk minta potongan masa tahanan putranya dan mereka tidak tahu sama sekali soal kedatangan Adrian dan rencana licik Ronald yang terbongkar.Belum ada yang memberitahu kedua pria ambisius itu.Jadi, apapun akan dia lakukan meskipun mengemis pada Adik satu-satunya.Baron merasa sangat emosi mendengarnya tetapi berusaha tetap tenang demi kesehatannya

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 140. Keputusan Yang Sulit

    Semua orang di ruangan terkejut mendengar ucapannya barusan.Tanpa banyak basa-basi lagi, Adrian melangkah mendekat ke arah pria yang dulu sangat sombong padanya.Orang yang menghancurkan keluarga istrinya, meskipun ada satu pengecualian karena berkat hal itu dia bisa menikah dengan Clara.Dengan cepat kedua tangannya menarik kerah baju berwarna oranye itu.Wajahnya berbalik ke belakang menatap Asistennya, “Berikan pisaunya, Jo!” teriak Adrian murka.Joseph yang tersadar langsung menaikkan celana kainnya di kaki kiri dan terlihat di balik kaos kaki itu sebuah benda tajam terbungkus dengan kulit khusus berwarna coklat.Dia pun mengambil bilah pisau lipat itu dan tanpa ragu memberikan pada Adrian.“Ini, Tuan!” ucapnya pelan.Adrian langsung mengambilnya dengan cepat dan kasar tanpa peduli kalau tangannya akan terluka.Dia langsung mengarahkan ke leher Ronald.Melihat itu salah satu petugas melarang Adrian untuk melakukan niatnya.“Jangan lakukan apapun, Pak Adrian! Ini kantor polisi dan

  • Pembalasan Sang Menantu Terkaya Yang Menyamar   Bab 139. Aku Akan Membunuhmu!

    “Apa?!” teriaknya dengan raut wajah terkejut.Dia sampai bangkit berdiri dari kursi.Helaan napas panjang langsung keluar dari mulutnya.'Ini tidak mungkin!’ hatinya menolak percaya.Tentu saja!Bagaimana caranya dia membayar orang?Karena Joseph yakin kalau saat itu Ronald sedang berada di dalam penjara.“Kenapa pria itu masih bisa … ah, sudahlah. Cepat berikan semuanya pada kantor polisi atas nama Tuan Adrian. Aku akan menyusul ke sana!” putusnya cepat.[“Baik, Bos!”]Napas Joseph memburu lalu secepat kilat melangkah masuk ke dalam ruangan Tuannya.“Tuan, a-aku ada kabar buruk!” ucapnya sedikit ragu.Adrian memijat keningnya yang pusing karena dari pagi moodnya sudah jelek, ditambah informasi yang diterima dari Asistennya itu semua adalah masalah.“Ada apalagi, Jo?” jawabnya dengan ketus.Adrian terlihat malas meladeni Asistennya itu.Joseph pun duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Adrian.“Orangku bilang, kalau pria yang menabrak Tuan kemarin dibayar oleh Ronald. Dia pelaku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status