“Aku akan membuat mereka merasakan penderitaan yang mengerikan.” Elektra berkata dengan lantang. “Akhirnya bisa melihat semangat itu lagi di matamu. Kupikir kau akan menyerah.” “Aku hanya shock, melihat apa yang ditunjukan Jason padaku, benar-benar mengerikan. Semuanya berlawanan dengan--tapi jika ingin menjadi kuat dan berkuasa aku harus bisa melakukannya.” Ankara tersenyum. “Siapkan pakaian untuknya, hubungi orang-orang yang biasanya membuatkanku pakaian, jangan lupa datangkan mereka untuk mengubahnya,” ucap Ankara membuat Elektra kebingungan. “Apa yang ingin kau lakukan?” “Kau harus mengubah penampilanmu jika kau benar-benar ingin menjadi orang berbeda dari sebelumnya. Pakaian, tampilan, semuanya harus berubah,” ucap Ankara. “Tapi, aku tidak ingin menarik perhatian nanti.” Elektra menolak tawaran Ankara. “Sepertinya tidak perlu, aku—” “Jangan menolak. Kau putriku, kau adalah pewaris. Apa kau akan membiarkan orang lain menghinamu seperti yang dilakukan keluarga Matthias, huh?
“Apa yang harus aku lakukan, saat mereka tidak menyukaiku?” tanya Elektra saat mereka kembali ke mansion. Jason mengangkat sebelah alisnya. “Cukup buat mereka mengakui jika kau mampu melakukan sesuatu yang mereka ragukan. Sangat jelas terlihat dari wajahmu begitu polos, bahkan tidak sama sekali menakutkan, dan juga kau bahkan tidak bisa bertarung.” “Ajari aku,” tantang Elektra membuat Jason tersenyum kecil, dia sangat suka dua kata yang keluar dari mulut wanita di hadapannya. Terlihat jika Elektra mengatakan dengan sungguh-sungguh, tidak ada keraguan di dalam kata yang diucapkannya. “Aku tidak bisa membuat mereka meragukanku. Aku akan menunjukan pada mereka pandangan mereka tentangku itu salah. Maka ajari aku.” Semangat di dalam setiap ucapan Elektra membuat Ankara menerbitkan senyum, tetapi tidak diperlihatkan pada Jason dan Elektra. Inilah yang membuat Elektra berbeda, dia tidak ingin orang lain meremehkan dan ingin mencoba hal baru walaupun awalnya dia akan berpikir terlebih dahu
Elektra menghela napas kasar, ia menatap ke arah gedung di hadapannya. “Aku hanya perlu keluar hidup-hidup ‘kan?” tanya Elektra dengan suara lantang. “Jangan menganggap ini sebuah game karena apa yang kau lihat dan hadapi di dalam ada benar-benar nyata, kau tertembak maka luka,” ucap Jason memperingati. “Maksudmu, jika aku tertembak bisa mati?” Elektra bertanya dengan keterkejutan, ada sedikit nyalinya menciut. “Ya. Kau bisa mati di dalam, kau pikir apa fungsi dari senjata yang kuberikan padamu?” “K-kau—” “Nona Elektra, apa kau pikir dunia yang kami hadapi hanya sebuah game? Tertembak kami akan terluka, tidak sedikit akan mati,” tegas Jason membuat Elektra melihat ke arah Ankara. “Kau bisa menyerah jika tidak melanjutnya.” “Tidak. Aku akan masuk dan menuntaskan latihanku,” ucap Elektra tegas, membuat Jason mengangkat sebelah alisnya. Dia pikir Elektra akan menyerah karena latihan pertama kali yang dia berikan adalah pelatihan paling sulit, lebih tepatnya latihan yang diberikan pa
Elektra mengerjap, membuka mata. Samar-samar ia bisa melihat langit-langit kamarnya. “Ugh. Shit.” Ia merintah saat tubuhnya digerakan. “Nona El. Akhirnya, Nona sadar,” seru seorang maid sambil mendekati Elektra yang baru saja terbangun. Maid yang lain keluar untuk memberitahu jika Elektra telah siuman. Walaupun tidak dijelaskan, tapi ia tahu jika dirinya pasti mendapatkan perawatan setelah latihan yang membuatnya tidak sadarkan diri. “Bagaimana perasaan Anda?” tanya seorang pria memakai setelan jas putih. “Menurutmu aku baik-baik saja setelah tertembak.” Kalimat Elektra begitu sarkas pada pria yang baru saja bertanya padanya. “Anda tidak sadar selama dua hari.” Elektra berusaha bangun dibantu oleh dua maid. Ia bisa merasakan rasa sakit di lengannya. Latihan yang dilakukan benar-benar di luar akal, ia bisa saja mati di dalam sana. Namun mengingat apa yang terjadi saat latihan membuatnya begitu kesal. “Kami bersyukur Anda sadar jika tidak kami akan kehilangan nyawa kami karena t
Jason kembali ke markas dengan penuh emosi. Ia bahkan memukul beberapa anggota yang berbuat kesalahan kecil. Dia benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. Untuk melampiaskan emosi, dia mengajak beberapa orang untuk bertarung di atas ring. Dia hanya ingin emosinya terluapkan. “Dia pikir dia siapa? Tidak tertarik? Semua orang menginginkan posisi itu tapi berani sekali dia meremehkannya.” Tidak ada yang tahu apa yang tengah dibicarakan oleh Jason, mereka hanya bisa mengikuti permainan Jason. Tanpa bertanya apa yang membuat mood pria itu jelek. Berbeda dengan Jason, Elektra cukup santai. Seperti sudah mulai terbiasa dengan keadaannya saat ini. Tas branded, serta pakaian dikenakan dibuat oleh desainer ternama. Cukup kasual. Hingga sebuah gossip terdengar di telinganya. “Apa kalian sudah dengar jika Putri Rahasia keluarga Lysander kerja di Firma hukum kita?” “Benarkah?” “Ya. Mereka akan mengumumkannya ke public dalam waktu dekat. Dia sudah cukup lama dirahasiakan oleh keluarga Lysa
Petugas keamanan datang untuk mengamankan Elektra yang tengah menghabisi Clara. Sudah hal biasa jika Clara berseteru dengan pengacara lain tapi kali ini, akan menjadi masalah besar karena Clara yang menjadi korban.“Dia menemukan lawan yang salah,” bisik seseorang.Dan keduanya berakhir di kantor polisi. Wajah Clara yang babak belur dibuat Elektra sedangkan Elektra tidak memiliki luka serius hanya beberapa luka lebam dan sudut bibir berdarah.Polisi yang bertugas tidak bisa kutik saat orang tua Clara berada di sana. Namun, Elektra tidak terpengaruh dengan apapun. Dia hanya diam tidak melakukan pembelaan sama sekali, bahkan saat orang tua Clara meminta agar dirinya dihukum dengan hukuman berat.“Your parents definitely didn't teach you manners.”Elektra menyeka darah di sudut bibirnya yang mulai kering terasa perih. Pakaian yang baru sekali dipakai sobek di beberapa bagian, dia benar-benar berantakan.“Yes, you're right,” komentar Elektra membenarkan perkataan Ayah Clara. “Just like yo
“Elektra apa yang kau lakukan padaku?” Clara bertanya dengan setengah berteriak. “Elektra … Lihat saja, aku akan membuatmu menyesal telah melakukan hal ini padaku. Elektraa…”Teriakan Clara menggema di ruangan itu tapi bagi Elektra tidak peduli. Perasaan Elektra masih bercampur aduk setelah memberikan Clara pelajaran. Dia tidak menyangka akan melakukan hal sampai seburuk itu tapi dia ingin menunjukan pada orang-orang jika dia bukan orang yang gampang untuk menerima penghinaan.“Kau membereskannya?” tanya Ankara saat Elektra baru saja sampai membuat wanita yang ditanyai menghentikan langkah kaki.Anggukan kepala diberikan lebih dulu, kemudian menyusul kata ‘iya’ dari bibir Elektra.“Bagaimana rasanya membereskan lalat pengganggu?”“Takut dan gugup, tapi menyenangkan,” jawab Elektra.Ankara paham dengan apa yang dikatakan Elektra jika dia takut dan gugup. “Semua orang pasti akan takut juga gugup saat pertama kali melakukan hal buruk tapi kau akan terbiasa,” jelas Ankara berusaha membuat
Sebelum menutup pintu kamar rumah sakit, Elektra masih bisa melihat reaksi Clara yang ketakutan karena kedatangannya. Namun, gadis itu masih terus melontarkan sumpah serapah. “Pergi kamu!”Clara masih berteriak-teriak mengusir Elektra. Dia bahkan mulai mengancam, kalau orang tua Clara bisa menghukum Elektra.“Tunggulah pembalasan dariku! Orang tuaku tidak akan tinggal diam, melihatmu memperlakukan aku seperti ini!” ucapnya ke segala arah. Elektra yang tadinya sudah mau beranjak keluar dari kamar, terpaksa kembali masuk ke dalam. Dia merasa urusannya dengan Clara belum tuntas. Elektra menutup pintunya dengan sangat hati-hati dan berjalan perlahan mendekati Clara. Kedua tangannya terlipat di depan dada.“Clara, kau yakin bisa menyentuhku? Menyentuh Nona dari keluarga Lysander?” Suara Elektra terdengar mengintimidasi membuat tubuh Clara gemetar. Rambut Elektra yang tengah tergerai, dimainkan Elektra dengan pelan sambil menatap tajam kea rah wanita di hadapannya. “Clara! Sekali