Share

Enam

Mereka berkumpul di ruang makan, setiap hari mereka akan makan bersama kecuali berada di luar kota. 

Antoni membantu Angel menuruni tangga, tubuhnya lemas dan lunglai. "Pelan-pelan, Tiara. Apa perlu aku gendong?" Antoni menahan tubuh Angel yang hampir terjatuh. 

"Tidak usah, aku masih kuat." Melangkah perlahan menuruni anak tangga. Tangannya mengenggam Antoni.

Tatapan Angel menelusuri meja makan. Tak ada Ros, biasanya ia akan menyapa Angel ramah. Merasa sesuatu menganjal di hati.

Menurut informasi yang diterima Angel dari salah satu anak buahnya. Antoni memiliki tiga istri yaitu Tiara sebagai istri pertama Antoni. Sejak SMP mereka sudah saling kenal. Tiara sangat akrab dengan Black. Antoni sangat terobsesi dengan Tiara. Selalu saja mengejar-ngejar Tiara.

Ros, istri Antoni yang kedua. Ia dijual oleh pamannya karena utang yang mencapai ratusan juta rupiah kepada rentenir. Antoni dengan senang hati menerima tawaran pamannya Ros. Ia gadis berumur dua puluh tahun harus rela menjual dirinya untuk membantu melunasi utang. Antoni menolongnya ketika ia berada di club malam. Menolong dengan cara membeli, pikiran itu yang ada dalam benaknya. Ros beruntung tak menjadi wanita malam, menyerahkan mahkotanya kepada suami sendiri walaupun ia suami orang.

Yohana, ia seorang wanita karir berprofesi sebagai model. Cintanya hanya untuk Antoni walaupun lelaki itu tak begitu mencintainya. Kala itu, Yohana melamar Antoni, setelah setahun mendekatinya dengan berbagai cara mengambil cintanya.

"Menikahlah denganku, aku tak bisa mencintai lelaki lain selain kamu. Aku rela menjadi simpananmu." Antoni tersenyum melihat Yohana yang berani melamar dirinya. Akhirnya, ia menyetujui lamaran tersebut.

Tiara mengetahui semua itu, Antoni menceritakan keinginanya untuk menikah lagi."Antoni, apa kamu tak waras. Baru dua bulan kamu menikahi Ros, sekarang mau menikah dengan Yohana." Wajah Tiara sangat kecewa. Suaminya selalu berkata mesra dan lembut, tapi itu semua hanya sebuah kedok. 

"Tenang Tiara, aku akan tetap mencintaimu. Tak ada wanita lain di hati ini. Ros dan Yohana hanya selingan saja," ucap Antoni datar. Ia membelai lembut rambut istrinya dan mengecup kening wanita yang ia cintai. Matanya sembab dan wajah kecewa terlihat jelas. Ros tak bisa berbicara apa-apa. Ia hanya pasrah.

Tiara--istri yang sudah dinikahinya sejak tiga tahun yang lalu. Ia adalah istri yang patuh. Semua pekerjaan di rumah dikerjakan olehnya walaupun banyak pelayan. Lebih memilih membersihkan rumah sebesar itu dari pada berada di dalam kamar yang penuh kesedihan dan kesepian. 

Tiara tergugu menyaksikan suami tercintanya menikahi Yohana. Berbeda dengan pernikahan kedua Antoni. Saat itu mata Ros selalu meneteskan air mata terlihat wajahnya sembab akibat menangis semalaman. Tiara menjadi iba, tubuh Ros terlihat membiru seperti mendapatkan perlakuan kasar. Entah apa yang terjadi dengan wanita istri kedua Antoni.

Setelah menikah, wajah Ros kembali murung. Tiara mendekati Ros memberi kekuatan untuk hidup. Ros dan Tiara bagaikan kakak beradik.

Tiara hanya bisa menangis, cintanya semakin memudar ketika Antoni bermesraan di setiap sudut rumah dengan Yohana. Sejak kehadiran wanita lain di rumah ini, Antoni jarang menemaninya. Ia lebih suka menghabiskan waktu dengan istri barunya.

Penampilan Ros berubah, ketika Antoni mengenalkan kepada teman wanitanya. Pakaian yang dulu sederhana dan tertutup, kini berubah drastis. 

Tiara tak pernah mau melakukan hal tersebut. Ia lebih suka berpenampilan sederhana, namun memesona. Black--teman dekat Tiara pergi meninggalkannya ke negara lain karena patah hati dan kecewa. 

Black adalah anak ketiga, ia berbeda dari saudara-saudaranya. Kulitnya sedikit gelap sedangkan saudara yang lain memiliki kulit putih dan bersih. Rambut Black sedikit keriting. 

Orang tua Antoni hanya merestui keinginan anak mereka tanpa menentangnya."Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka inginkan," ucap papa mertua. Antoni anak pertama bebas melakukan apa saja.

Mereka juga memiliki satu anak yang berbeda yaitu Wildan. Lelaki itu terlihat dingin dan pendiam. Bentuk tubuh dan parasnya hampir mirip Antoni. Ia adalah anak kedua. Tak ada satu katapun terucap di bibir. Ia tak pernah bertengkar dengan saudara-saudaranya. Lebih memilih pergi jika terjadi perdebatan. Kegiatan Wildan hanya mengurung diri di kamar dan pergi ke luar entah ke mana. Setelah jam makan tiba, ia akan pulang. 

Aldo, pemuda manis berumur enam belas tahun. Ia seorang pelajar yang cerdas dan berprestasi. Sikapnya bersahabat dengan Tiara. Asik diajak mengobrol dan berdiskusi. 

Antoni tak pernah keberatan, jika Tiara bermain dengan adiknya kecuali Black, suami Tiara akan cemburu dan marah.

Antoni memberikan Angel roti tawar dengan olesan coklat, meletakkan roti tersebut di piring istri tercinta. Yohana menatap sinis Angel. Mereka saling bertatapan. 

Seorang pelayan tak sengaja menumpahkan kopi ke celana apapa mertua. Angel menatap pelayan tersebut.

"Maaf, Tuan. Saya tak sengaja," ucapnya sopan. Ia mengambil serbet dan membersihkan celana majikannya dengan mengusap-usap. 

"Hei, kamu. Bisa kerja tidak!" teriak mama mertua. Wajahnya memerah.

"Sudah Ma, tak apa. Kopinya juga tidak panas." Papa mertua mengusap pelan celananya yang basah.

Angel terdiam mendengar ucapan papa mertua. Kopi yang baru dibawa seharusnya panas, tapi ini tidak panas. Papa mertua bangkit dari duduknya. Keluar rumah mengikuti langkah pelayan tersebut yang lebih dulu keluar rumah. 

'Mengapa papa pergi ke luar, bukankah dapur berada di sebelah sana,' ucap Angel dalam hati. Mama mertua terlihat biasa saja. 

'Sepertinya tatapan pelayan itu, pernah kulihat.' Angel bertempur dengan pikirannya. Mengingat siapa pemilik mata itu. 

"Tiara, makanlah! Jangan melamun," ucap Antoni. Memberikan segelas susu putih hangat. Angel meminum susu tersebut dengan perasaan tanda tanya. 

Angel menatap tiga kamera di dalam rumah."Aku harus tahu isi kamera tersebut. Bagaimana pun caranya." 

Semua penghuni sudah meninggalkan meja makan. Antoni dan Yohana pergi bekerja. Mama mertua berada di dalam kamar. Angel masih duduk di meja makan. Seorang pelayan menghampirinya. 

"Non, Tiara. Apa Anda baik-baik saja?" ucapnya pelan. Ia menatap Angel sekilas dan menundukkan kembali wajahnya. 

Mendengar sapaan dari pelayan tersebut Angel  sedikit terkejut. Banyak pelayan yang ia jumpai di rumah ini, tapi tak ada satu pun yang menegur atau mengajaknya bicara.

"Maaf, kepala aku pusing." Angel berpura-pura sakit. Memijat kepalanya pelan. 

"Apa Nona, butuh dokter?" 

"Tidak, nama kamu siapa? Aku lupa." Angel memijat keningnya pelan. 

"Nona, lupa nama saya. Saya Mimi. Ternyata, Non lupa. Padahal kita sering bermain dan bercerita," ucapnya kecewa.

"Maaf, sejak kecelakaan itu setengah memoriku hilang. Apa kamu mau membantuku?" Mimi tersenyum dan mengangguk. Akhirnya, Angel mendapatkan satu pelayan untuk mencari info tentang keluarga ini. 

"Ayo, kita rapikan meja makan ini!" Angel bangkit dan membersihkan meja makan. 

"Jangan, Non. Non, lagi sakit." Merebut piring yang dipegang Angel. 

"Baiklah, apa kamu mau bermain denganku setelah pekerjaan selesai." 

"Tentu, Non. Saya akan selesaikan pekerjaan dulu. Nanti, kita bermain di halaman belakang." Mimi membersihkan piring-piring kotor dan membawanya ke dapur. 

'Halaman belakang, tentu. Mari kita bermain!' Angel berencana menelusuri rumah besar ini. Mengetahui tata letak rumah ini dan karakter seluruh keluarga cara Angel mencari pembunuh adiknya. Angel melihat keganjalan di rumah ini.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status