Share

Enam

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2022-06-21 10:13:33

Mereka berkumpul di ruang makan, setiap hari mereka akan makan bersama kecuali berada di luar kota. 

Antoni membantu Angel menuruni tangga, tubuhnya lemas dan lunglai. "Pelan-pelan, Tiara. Apa perlu aku gendong?" Antoni menahan tubuh Angel yang hampir terjatuh. 

"Tidak usah, aku masih kuat." Melangkah perlahan menuruni anak tangga. Tangannya mengenggam Antoni.

Tatapan Angel menelusuri meja makan. Tak ada Ros, biasanya ia akan menyapa Angel ramah. Merasa sesuatu menganjal di hati.

Menurut informasi yang diterima Angel dari salah satu anak buahnya. Antoni memiliki tiga istri yaitu Tiara sebagai istri pertama Antoni. Sejak SMP mereka sudah saling kenal. Tiara sangat akrab dengan Black. Antoni sangat terobsesi dengan Tiara. Selalu saja mengejar-ngejar Tiara.

Ros, istri Antoni yang kedua. Ia dijual oleh pamannya karena utang yang mencapai ratusan juta rupiah kepada rentenir. Antoni dengan senang hati menerima tawaran pamannya Ros. Ia gadis berumur dua puluh tahun harus rela menjual dirinya untuk membantu melunasi utang. Antoni menolongnya ketika ia berada di club malam. Menolong dengan cara membeli, pikiran itu yang ada dalam benaknya. Ros beruntung tak menjadi wanita malam, menyerahkan mahkotanya kepada suami sendiri walaupun ia suami orang.

Yohana, ia seorang wanita karir berprofesi sebagai model. Cintanya hanya untuk Antoni walaupun lelaki itu tak begitu mencintainya. Kala itu, Yohana melamar Antoni, setelah setahun mendekatinya dengan berbagai cara mengambil cintanya.

"Menikahlah denganku, aku tak bisa mencintai lelaki lain selain kamu. Aku rela menjadi simpananmu." Antoni tersenyum melihat Yohana yang berani melamar dirinya. Akhirnya, ia menyetujui lamaran tersebut.

Tiara mengetahui semua itu, Antoni menceritakan keinginanya untuk menikah lagi."Antoni, apa kamu tak waras. Baru dua bulan kamu menikahi Ros, sekarang mau menikah dengan Yohana." Wajah Tiara sangat kecewa. Suaminya selalu berkata mesra dan lembut, tapi itu semua hanya sebuah kedok. 

"Tenang Tiara, aku akan tetap mencintaimu. Tak ada wanita lain di hati ini. Ros dan Yohana hanya selingan saja," ucap Antoni datar. Ia membelai lembut rambut istrinya dan mengecup kening wanita yang ia cintai. Matanya sembab dan wajah kecewa terlihat jelas. Ros tak bisa berbicara apa-apa. Ia hanya pasrah.

Tiara--istri yang sudah dinikahinya sejak tiga tahun yang lalu. Ia adalah istri yang patuh. Semua pekerjaan di rumah dikerjakan olehnya walaupun banyak pelayan. Lebih memilih membersihkan rumah sebesar itu dari pada berada di dalam kamar yang penuh kesedihan dan kesepian. 

Tiara tergugu menyaksikan suami tercintanya menikahi Yohana. Berbeda dengan pernikahan kedua Antoni. Saat itu mata Ros selalu meneteskan air mata terlihat wajahnya sembab akibat menangis semalaman. Tiara menjadi iba, tubuh Ros terlihat membiru seperti mendapatkan perlakuan kasar. Entah apa yang terjadi dengan wanita istri kedua Antoni.

Setelah menikah, wajah Ros kembali murung. Tiara mendekati Ros memberi kekuatan untuk hidup. Ros dan Tiara bagaikan kakak beradik.

Tiara hanya bisa menangis, cintanya semakin memudar ketika Antoni bermesraan di setiap sudut rumah dengan Yohana. Sejak kehadiran wanita lain di rumah ini, Antoni jarang menemaninya. Ia lebih suka menghabiskan waktu dengan istri barunya.

Penampilan Ros berubah, ketika Antoni mengenalkan kepada teman wanitanya. Pakaian yang dulu sederhana dan tertutup, kini berubah drastis. 

Tiara tak pernah mau melakukan hal tersebut. Ia lebih suka berpenampilan sederhana, namun memesona. Black--teman dekat Tiara pergi meninggalkannya ke negara lain karena patah hati dan kecewa. 

Black adalah anak ketiga, ia berbeda dari saudara-saudaranya. Kulitnya sedikit gelap sedangkan saudara yang lain memiliki kulit putih dan bersih. Rambut Black sedikit keriting. 

Orang tua Antoni hanya merestui keinginan anak mereka tanpa menentangnya."Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka inginkan," ucap papa mertua. Antoni anak pertama bebas melakukan apa saja.

Mereka juga memiliki satu anak yang berbeda yaitu Wildan. Lelaki itu terlihat dingin dan pendiam. Bentuk tubuh dan parasnya hampir mirip Antoni. Ia adalah anak kedua. Tak ada satu katapun terucap di bibir. Ia tak pernah bertengkar dengan saudara-saudaranya. Lebih memilih pergi jika terjadi perdebatan. Kegiatan Wildan hanya mengurung diri di kamar dan pergi ke luar entah ke mana. Setelah jam makan tiba, ia akan pulang. 

Aldo, pemuda manis berumur enam belas tahun. Ia seorang pelajar yang cerdas dan berprestasi. Sikapnya bersahabat dengan Tiara. Asik diajak mengobrol dan berdiskusi. 

Antoni tak pernah keberatan, jika Tiara bermain dengan adiknya kecuali Black, suami Tiara akan cemburu dan marah.

Antoni memberikan Angel roti tawar dengan olesan coklat, meletakkan roti tersebut di piring istri tercinta. Yohana menatap sinis Angel. Mereka saling bertatapan. 

Seorang pelayan tak sengaja menumpahkan kopi ke celana apapa mertua. Angel menatap pelayan tersebut.

"Maaf, Tuan. Saya tak sengaja," ucapnya sopan. Ia mengambil serbet dan membersihkan celana majikannya dengan mengusap-usap. 

"Hei, kamu. Bisa kerja tidak!" teriak mama mertua. Wajahnya memerah.

"Sudah Ma, tak apa. Kopinya juga tidak panas." Papa mertua mengusap pelan celananya yang basah.

Angel terdiam mendengar ucapan papa mertua. Kopi yang baru dibawa seharusnya panas, tapi ini tidak panas. Papa mertua bangkit dari duduknya. Keluar rumah mengikuti langkah pelayan tersebut yang lebih dulu keluar rumah. 

'Mengapa papa pergi ke luar, bukankah dapur berada di sebelah sana,' ucap Angel dalam hati. Mama mertua terlihat biasa saja. 

'Sepertinya tatapan pelayan itu, pernah kulihat.' Angel bertempur dengan pikirannya. Mengingat siapa pemilik mata itu. 

"Tiara, makanlah! Jangan melamun," ucap Antoni. Memberikan segelas susu putih hangat. Angel meminum susu tersebut dengan perasaan tanda tanya. 

Angel menatap tiga kamera di dalam rumah."Aku harus tahu isi kamera tersebut. Bagaimana pun caranya." 

Semua penghuni sudah meninggalkan meja makan. Antoni dan Yohana pergi bekerja. Mama mertua berada di dalam kamar. Angel masih duduk di meja makan. Seorang pelayan menghampirinya. 

"Non, Tiara. Apa Anda baik-baik saja?" ucapnya pelan. Ia menatap Angel sekilas dan menundukkan kembali wajahnya. 

Mendengar sapaan dari pelayan tersebut Angel  sedikit terkejut. Banyak pelayan yang ia jumpai di rumah ini, tapi tak ada satu pun yang menegur atau mengajaknya bicara.

"Maaf, kepala aku pusing." Angel berpura-pura sakit. Memijat kepalanya pelan. 

"Apa Nona, butuh dokter?" 

"Tidak, nama kamu siapa? Aku lupa." Angel memijat keningnya pelan. 

"Nona, lupa nama saya. Saya Mimi. Ternyata, Non lupa. Padahal kita sering bermain dan bercerita," ucapnya kecewa.

"Maaf, sejak kecelakaan itu setengah memoriku hilang. Apa kamu mau membantuku?" Mimi tersenyum dan mengangguk. Akhirnya, Angel mendapatkan satu pelayan untuk mencari info tentang keluarga ini. 

"Ayo, kita rapikan meja makan ini!" Angel bangkit dan membersihkan meja makan. 

"Jangan, Non. Non, lagi sakit." Merebut piring yang dipegang Angel. 

"Baiklah, apa kamu mau bermain denganku setelah pekerjaan selesai." 

"Tentu, Non. Saya akan selesaikan pekerjaan dulu. Nanti, kita bermain di halaman belakang." Mimi membersihkan piring-piring kotor dan membawanya ke dapur. 

'Halaman belakang, tentu. Mari kita bermain!' Angel berencana menelusuri rumah besar ini. Mengetahui tata letak rumah ini dan karakter seluruh keluarga cara Angel mencari pembunuh adiknya. Angel melihat keganjalan di rumah ini.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Saudara Kembar    Ending

    Bab 88"Angel," sapa Tiara dengan suara tegas. Angelica menatap manik kembarannya. Ia bangkit dari duduk yang disediakan oleh petugas polisi untuk para pengunjung. Bagaimana bisa Tiara mengenalnya. "Angel? Aku Angelica." Wanita berparas manis tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. Tak mungkin Tiara mengenalinya. Wajahnya saja tak seperti dulu lagi. "Kamu Tara, saudara kembarku. Aku yakin kamu Tara." "Siapa Tara. Siapa Angel?" Angelica berusaha untuk tenang. Ia tak boleh gegabah hingga Tiara curiga mimik wajahnya pasrah. "Tara kembaranku." "Loh, bukankah ia sudah kamu bunuh?" Tiara terdiam, ia ingat kejadian itu tapi penjelasan dari polisi membuat dirinya yakin kalau Angelica adalah Tara. "Ia tidak mati. Saudaraku masih hidup. Aku yakin itu kamu. Kamu adalah Tara." Suara Tiara meninggi, ia mengungkapkan apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Walau wajahnya berbeda, ciri-ciri Angelica sama dengan Angel atau Tara. Ketika mereka berada di laut, Tiara merasa tak asing dan dekat d

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tujuh

    Bab 87Luka Tiara sudah tak terlalu parah. Ia dapat berjalan seperti biasa. Para petugas berjaga di pintu masuk ruang inap Tiara. Mereka tetap mengawasi wanita itu. "Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Angelica menyapa Tiara. Ia membawa boneka beruang berwarna coklat. Tiara dan Lola mendapatkan izin khusus untuk keluar masuk ruangan Tiara. "Baik. Lebih baik." Tiara menyungingkan senyum. Ia menatap boneka di tangan wanita yang mengenakan dress coklat di atas lutut. Rambut panjangnya digerai indah hingga wajahnya semakin memesona. "Boneka ini?" tanya Tiara mengingat momen semasa kecil. Ia suka dengan boneka beruang. Entah ke mana boneka itu. Boneka pemberian almarhum ibunya. "Untukmu. Hanya ada warna ini tak ada yang lain." Tiara mencium aroma boneka berbau rosberry. Aroma yang ia sukai. "Dari mana kamu tahu aku menyukai boneka beruang dengan aroma rosberry?" "Hanya menebak saja. Tipe wanita sepertimu pasti suka boneka." Tiara hanya tersenyum simpul. Ia merasa ada teman dalam deka

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Enam

    Bab 86"Angelica!" panggil Lola melambaikan tangan. Gadis itu senang ketika teman barunya selamat. Angelica meletakkan tangan kanannya di bahu Tiara. Langkah Tiara terseok-seok. "Tolong bantu dia!" ujar Angelica kepada Lola."Ayo Non Tiara kita ke sana!" Tiara memilih diam, ia mengikuti langkah Lola ke sebuah tempat lebih aman. Lola melihat luka bakar Tiara. Ia segera berlari ke mobil dan mengambil kotak P3K. Lola menyobek celana panjang orange Tiara agar bisa melihat luka lebih jelas. "Astaga, lukanya terlihat parah. Kejam sekali pria itu." Tangan Lola mengunting celana panjang Tiara hingga ke paha. Tiara meringis ketika Lola menyentuh luka bakarnya. "Rumah sakit jauh, kita harus mengobatinya lebih dulu." Angelica berdiri dekat Lola, memperhatikan luka Tiara. Ia meringis melihat kulit Tiara melepuh seperti balon. "Aku kasih salep saja. Ini ada salepnya." Tiara tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap kedua perempuan yang ada dihadapannya. "Ayo Nona kita ke mobil." L

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Lima

    Bab 85 Tubuh Angelica terjun ke dalam laut. Tangan dan kaki bergerak cepat mencari keberadaan sebuah mobil yang mulai tenggelam.Angelica menoleh ke sekitar, melihat bayangan hitam di kedalaman laut. Ia terus berenang menuju ke arah benda yang biasa di gunakan untuk menuju ke tempat lain dalam waktu singkat. "Tiara, bertahanlah!" ucapnya dalam hati. Tangan dan kaki berusaha mengapai mobil itu. Hingga ia berhasil mendekatinya. Angelica melihat isi mobil tak ada Tiara di dalamnya hanya ada bangku kosong tak berpenghuni.Ia melihat ke arah bagasi. Bisa jadi Tiara berada di dalamnya. Tangannya menyentuh pintu yang terbuka sedikit dan masuk ke dalam . Jari menyentuh tombol pembuka bagasi hingga seseorang keluar dari tempat itu. Tiara berusaha untuk berenang ke atas permukaan ketika mendapat cela. Angelica mengikuti tubuh adiknya hingga mereka berhasil muncul ke permukaan. Uhuk! Uhuk! Tiara menatap wanita yang berada dekat dengannya. Ia terkejut Angelica berusaha menolong. Padahal,

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Empat

    Bab 84 Angelica masih berusaha mencari keberadaan adiknya. Ia harus menemukan wanita itu sebelum Seno membunuh. "Ke mana lagi kita Nona?" tanya supir yang mengemudi di depan mereka. Sejak tadi hanya berkeliling saja tanpa tujuan jelas. "Jalan saja terus. Ikuti jalan ini hingga ke atas." Hanya ada satu jalan saja. "Baik, Nona." Pohon-pohon menjulang tinggi, jalan becek akibat hujan semalam. Tak ada rumah yang tinggal di daerah itu. Angelica dan Lola masih menatap jalan sekitar. Di kejauhan, Lola melihat sebuah mobil di antara pepohonan. Walau tak jelas benda itu berjalan menuju arah atas. "Lihat itu!" Tunjuk jari Lola. "Pak, kejar dia!" Jalan tanah dan bebatuan membuat kendaraan sulit untuk melaju. Kecepatan tak bisa ditambah lagi. Situasi dan keadaan tak mendukung. "Apa tak bisa cepat?" omel Angelica tak sabaran karena mobil Seno sudah tak terlihat. "Tidak bisa Nona. Jalannya hancur." Angelica hanya pasrah. Ia berpikir ke mana Seno membawa adiknya itu. "Seno pasti membawan

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tiga

    Bab 83 Setelah Angelica bekerja sama dengan polisi mencari mobil milik Seno. Mereka semua mencari keberadaan mobil itu dengan bantuan para polisi daerah lain terutama polisi lalu lintas. Angelica dan Lola mengikuti para polisi di belakangnya. "Kayaknya kita lewat jalan biasa saja jangan jalan tol. Aku yakin Seno tak lewat situ." "Tapi, para petugas bilang Seno menuju ujung kota." Lola menimpali ucapan Angelica. "Gak semua CCTV terpasang di jalan. Kita jalan lewat biasa saja, Pak," ucap Angelica kepada supir. "Kenapa kamu gak bawa anak buah?" "Gak mungkin aku bawa mereka sedangkan aku masih tahap penyamaran. Mereka gak akan kenal wajahku." "Itulah manusia kalau terfokus dengan dendam," sindir Lola. "Memangnya kamu tak dendam dengan adikku?" "Aku biasa saja. Karena aku tahu dendam itu akan membuat petaka." Angelica merasa tersindir. Sejak pertama penyamaran hingga sekarang hatinya penuh dengan dendam. "Bagaimana kamu bisa memaafkan mereka?""Biarkan saja karma yang akan memb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status