Share

Lima

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-21 10:12:07

Angel berjalan di kegelapan, ia terus melangkah mendekati tawa seseorang. 

"Ha ... ha ... ha ... mati kau!" Pria bertopeng berbaju hitam menyiksa perempuan yang duduk di kursi. Tangannya diikat ke belakang kursi. Kakinya mengakang hingga ke samping sisi kanan dan kiri kursi hitam kayu tersebut. 

Wanita itu merintih kesakitan, matanya basah dan sembab. Mulutnya di tutup lakban hitam yang lebar. Ia mengelengkan kepala kepada lelaki tersebut. Tubuh perempuan itu penuh dengan pilu.

"Ha ... ha ... Bagaimana rasanya?" Senyum sinis terlihat di bibirnya. Ia menatap perempuan itu puas dan bahagia. Perempuan berbaju putih sama dengan milik Tiara yang digunakan untuk terakhir kali.

Angel berdiri tak jauh dari mereka. Menyaksikan aksi lelaki itu dengan brutal. 

"Hentikan! Jangan sakiti dia!" teriak Angel. Matanya melotot, napasnya terputus-putus. Ketika lelaki bertopeng itu hendak menusuk suatu benda tumpul dan keras ke arah bawah tubuh perempuan tersebut. 

Lelaki misterius itu menoleh, wajahnya yang tertutup topeng tak terlihat oleh Angel.

"Hentikan! Aku akan membunuhmu jika kamu menyakitinya. Lepaskan, wanita itu. Pengecut! Angel menantangnya. 

Pria bertopeng mendekati Angel, ia memundurkan langkah ke belakang. Matanya melirik perempuan yang duduk di kursi. Perempuan itu sudah tak sadarkan diri. 

"Jangan ganggu aku! Aku tak takut padamu!" hardik Angel membusungkan dada dan mengangkat dagu lancipnya. Tak merasakan takut kepada pria bertopeng. 

"Kamu pengecut hanya berani kepada wanita, topengmu menutupi wajah jelekmu," makinya. Langkahnya terus mundur, tatapannya tajam. 

"Bermainlah denganku, Sayang? Mari bersenang-senang!" Pria bertopeng itu menyentuh bahu Angel. 

Angel berlari menghindari cekalan pria bertopeng. Ia melangkah cepat keluar kamar dan menuruni tangga. 

Berusaha membuka pintu, tapi pintu terkunci rapat. Menelusuri rumah, mencari cela untuk kabur dari ruangan terkutuk ini.

"Mau ke mana, Sayang? Ke marilah, kita berpesta." Pria itu semakin mendekat. 

Angel maraih semua benda yang ada di rumah tersebut. Pecahan beling, berhamburan di lantai. Pria itu menginjak pecahan vas bunga dan bingkai foto lainnya tanpa merasakan perih atau luka berdarah. 

"Kau manusia atau monster?" Tak ada setetes darah yang menempel di kakinya. 

"Jangan pernah menganggu kesenangan kami!" ucapnya lantang. Sinar matanya terlihat dari cela topeng. 

"Kalian tak waras, menyiksa wanita dan membunuh mereka. Terkutuk kalian!" 

Suara tawa mengema di ruangan, bukan satu orang, tapi banyak. Mereka juga bertopeng sama seperti pria itu. Satu wanita dua laki-laki. Mereka menertawakan Angel. 

Napas Angel terputus-putus, rongganya terasa sesak terlihat dadanya naik turun. Matanya masih terpejam. Seseorang menepuk pipi Angel dan aroma minyak gosok tercium di hidungnya. 

Ia membuka matanya perlahan setelah mendengar Tiara berkata,"Mereka membunuhku!"

Mama mertua, papa, dan Antoni. Mereka mengelilingi Angel dengan tatapan khawatir.

"Tiara ... Kamu sudah sadar. Syukurlah," ucap mama mengelus puncak kepala Angel. 

"Tiara, bagaimana keadaanmu?" Antoni mengenggam jemari Angel. Angel menatap mereka satu persatu.

'Apa mereka yang menyiksa Tiara?' Angel berpikir dan mengingat mimpi yang ia lihat tadi. Satu perempuan dan dua laki-laki. 'Siapa mereka?' 

"Apa yang terjadi denganku?" Angel merasa ada sesuatu yang menganjal, menelusuri ruangan. Sebelum pingsan berada di luar kini ada di ruang tamu. 

"Mama dan papa mendengar suara sesuatu terjatuh lalu kami mengecek keluar rumah. Ternyata kamu pingsan." Ucapan Papa mertua membuat Angel semakin bingung.

"Pingsan! Aku tadi berada di halaman belakang," ungkap Angel. Ia yakin berada di halaman belakang melihat seseorang menarik karung besar. Karung tersebut bergerak-gerak.

"Halaman belakang! Tidak, kamu tak berada di halaman belakang. Kamu pingsan di depan pintu keluar rumah." Mama mengernyitkan heran. Tiara terlihat aneh. 

"Iya, Tiara. Mama mertuamu benar. Papa yang menemukanmu berbaring di depan pintu rumah. Sepertinya kamu hendak keluar."

"Aku membuka pintu dengan kunci yang masih menempel. Aku masih ingat dan sadar." Angel semakin kebingungan. Ia yakin berada di luar rumah. 

"Mungkin kamu lelah, Tiara," ungkap Antoni. 

"Tapi, aku melihat lelaki berpakaian hitam menarik karung besar entah apa isinya."

Mama dan papa saling berpandang- pandangan. Ia semakin bingung dengan sikap menantunya. 

"Lelaki berpakaian hitam? Kamu selingkuh!" tuduh Antoni. Rahangnya mengeras, wajahnya memerah, tangannya mengepal kuat. 

"Selingkuh! Apa yang kamu katakan?" bela Angel. Ia mengernyit heran dengan sikap Antoni--suami Tiara. 

"Antoni, sabar. Kamu jangan menuduh istrimu." Mama mertua mengelus punggung anaknya. Wajah Antoni menyeramkan. Sorot mata itu persis dengan mimpi Angel. 

'Mata itu, tatapannya sama persis dengan mimpiku. Apa Antoni yang membunuh Tiara.'

Antoni menarik lengan Angel, hingga ia meringis kesakitan."Sakit, Antoni!" Angel berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Antoni. 

"Antoni, hentikan dan lepaskan dia!" Black yang baru saja pulang dari rumah temannya, terkejut dengan sikap kasar kakaknya." 

"Mau apa kamu! Jangan ikut campur masalah rumah tanggaku." Wajah lelaki berparas Jerman itu membesarkan matanya ke arah adiknya. 

"Aku akan ikut campur, jika kamu menyakitinya." Black semakin mendekati dirinya ke depan tubuh kakaknya. 

"Hentikan! Kalian bersaudara selalu saja bertengkar!" bentak papa mertua. 

"Tiara, masuklah ke kamarmu dan kunci pintunya," ucapnya lembut. Antoni melepaskan tangan Angel setelah papa mertua menajamkan mata. 

Angel berjalan menaiki tangga, menoleh ke arah mereka. ia tak langsung masuk kamar melainkan mengintip di balik tembok. 

Percakapan mereka tak terdengar, tapi ia melihat mimik wajah papa mertua yang menertawakan Black. Giginya yang terlihat hitam akibat merokok terlihat jelas.

Wajah Black terlihat marah, ia menunjukkan jari ke wajah papa mertua. Antoni sepertinya membela papa. Mama hanya menatap mereka tanpa mengucapkan kata.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan Saudara Kembar    Ending

    Bab 88"Angel," sapa Tiara dengan suara tegas. Angelica menatap manik kembarannya. Ia bangkit dari duduk yang disediakan oleh petugas polisi untuk para pengunjung. Bagaimana bisa Tiara mengenalnya. "Angel? Aku Angelica." Wanita berparas manis tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. Tak mungkin Tiara mengenalinya. Wajahnya saja tak seperti dulu lagi. "Kamu Tara, saudara kembarku. Aku yakin kamu Tara." "Siapa Tara. Siapa Angel?" Angelica berusaha untuk tenang. Ia tak boleh gegabah hingga Tiara curiga mimik wajahnya pasrah. "Tara kembaranku." "Loh, bukankah ia sudah kamu bunuh?" Tiara terdiam, ia ingat kejadian itu tapi penjelasan dari polisi membuat dirinya yakin kalau Angelica adalah Tara. "Ia tidak mati. Saudaraku masih hidup. Aku yakin itu kamu. Kamu adalah Tara." Suara Tiara meninggi, ia mengungkapkan apa yang dilihat dengan matanya sendiri. Walau wajahnya berbeda, ciri-ciri Angelica sama dengan Angel atau Tara. Ketika mereka berada di laut, Tiara merasa tak asing dan dekat d

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tujuh

    Bab 87Luka Tiara sudah tak terlalu parah. Ia dapat berjalan seperti biasa. Para petugas berjaga di pintu masuk ruang inap Tiara. Mereka tetap mengawasi wanita itu. "Hai, bagaimana keadaanmu?" tanya Angelica menyapa Tiara. Ia membawa boneka beruang berwarna coklat. Tiara dan Lola mendapatkan izin khusus untuk keluar masuk ruangan Tiara. "Baik. Lebih baik." Tiara menyungingkan senyum. Ia menatap boneka di tangan wanita yang mengenakan dress coklat di atas lutut. Rambut panjangnya digerai indah hingga wajahnya semakin memesona. "Boneka ini?" tanya Tiara mengingat momen semasa kecil. Ia suka dengan boneka beruang. Entah ke mana boneka itu. Boneka pemberian almarhum ibunya. "Untukmu. Hanya ada warna ini tak ada yang lain." Tiara mencium aroma boneka berbau rosberry. Aroma yang ia sukai. "Dari mana kamu tahu aku menyukai boneka beruang dengan aroma rosberry?" "Hanya menebak saja. Tipe wanita sepertimu pasti suka boneka." Tiara hanya tersenyum simpul. Ia merasa ada teman dalam deka

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Enam

    Bab 86"Angelica!" panggil Lola melambaikan tangan. Gadis itu senang ketika teman barunya selamat. Angelica meletakkan tangan kanannya di bahu Tiara. Langkah Tiara terseok-seok. "Tolong bantu dia!" ujar Angelica kepada Lola."Ayo Non Tiara kita ke sana!" Tiara memilih diam, ia mengikuti langkah Lola ke sebuah tempat lebih aman. Lola melihat luka bakar Tiara. Ia segera berlari ke mobil dan mengambil kotak P3K. Lola menyobek celana panjang orange Tiara agar bisa melihat luka lebih jelas. "Astaga, lukanya terlihat parah. Kejam sekali pria itu." Tangan Lola mengunting celana panjang Tiara hingga ke paha. Tiara meringis ketika Lola menyentuh luka bakarnya. "Rumah sakit jauh, kita harus mengobatinya lebih dulu." Angelica berdiri dekat Lola, memperhatikan luka Tiara. Ia meringis melihat kulit Tiara melepuh seperti balon. "Aku kasih salep saja. Ini ada salepnya." Tiara tak berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap kedua perempuan yang ada dihadapannya. "Ayo Nona kita ke mobil." L

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Lima

    Bab 85 Tubuh Angelica terjun ke dalam laut. Tangan dan kaki bergerak cepat mencari keberadaan sebuah mobil yang mulai tenggelam.Angelica menoleh ke sekitar, melihat bayangan hitam di kedalaman laut. Ia terus berenang menuju ke arah benda yang biasa di gunakan untuk menuju ke tempat lain dalam waktu singkat. "Tiara, bertahanlah!" ucapnya dalam hati. Tangan dan kaki berusaha mengapai mobil itu. Hingga ia berhasil mendekatinya. Angelica melihat isi mobil tak ada Tiara di dalamnya hanya ada bangku kosong tak berpenghuni.Ia melihat ke arah bagasi. Bisa jadi Tiara berada di dalamnya. Tangannya menyentuh pintu yang terbuka sedikit dan masuk ke dalam . Jari menyentuh tombol pembuka bagasi hingga seseorang keluar dari tempat itu. Tiara berusaha untuk berenang ke atas permukaan ketika mendapat cela. Angelica mengikuti tubuh adiknya hingga mereka berhasil muncul ke permukaan. Uhuk! Uhuk! Tiara menatap wanita yang berada dekat dengannya. Ia terkejut Angelica berusaha menolong. Padahal,

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Empat

    Bab 84 Angelica masih berusaha mencari keberadaan adiknya. Ia harus menemukan wanita itu sebelum Seno membunuh. "Ke mana lagi kita Nona?" tanya supir yang mengemudi di depan mereka. Sejak tadi hanya berkeliling saja tanpa tujuan jelas. "Jalan saja terus. Ikuti jalan ini hingga ke atas." Hanya ada satu jalan saja. "Baik, Nona." Pohon-pohon menjulang tinggi, jalan becek akibat hujan semalam. Tak ada rumah yang tinggal di daerah itu. Angelica dan Lola masih menatap jalan sekitar. Di kejauhan, Lola melihat sebuah mobil di antara pepohonan. Walau tak jelas benda itu berjalan menuju arah atas. "Lihat itu!" Tunjuk jari Lola. "Pak, kejar dia!" Jalan tanah dan bebatuan membuat kendaraan sulit untuk melaju. Kecepatan tak bisa ditambah lagi. Situasi dan keadaan tak mendukung. "Apa tak bisa cepat?" omel Angelica tak sabaran karena mobil Seno sudah tak terlihat. "Tidak bisa Nona. Jalannya hancur." Angelica hanya pasrah. Ia berpikir ke mana Seno membawa adiknya itu. "Seno pasti membawan

  • Pembalasan Saudara Kembar    Delapan Puluh Tiga

    Bab 83 Setelah Angelica bekerja sama dengan polisi mencari mobil milik Seno. Mereka semua mencari keberadaan mobil itu dengan bantuan para polisi daerah lain terutama polisi lalu lintas. Angelica dan Lola mengikuti para polisi di belakangnya. "Kayaknya kita lewat jalan biasa saja jangan jalan tol. Aku yakin Seno tak lewat situ." "Tapi, para petugas bilang Seno menuju ujung kota." Lola menimpali ucapan Angelica. "Gak semua CCTV terpasang di jalan. Kita jalan lewat biasa saja, Pak," ucap Angelica kepada supir. "Kenapa kamu gak bawa anak buah?" "Gak mungkin aku bawa mereka sedangkan aku masih tahap penyamaran. Mereka gak akan kenal wajahku." "Itulah manusia kalau terfokus dengan dendam," sindir Lola. "Memangnya kamu tak dendam dengan adikku?" "Aku biasa saja. Karena aku tahu dendam itu akan membuat petaka." Angelica merasa tersindir. Sejak pertama penyamaran hingga sekarang hatinya penuh dengan dendam. "Bagaimana kamu bisa memaafkan mereka?""Biarkan saja karma yang akan memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status