Apa yang sedang terjadi kepada Alejandro? Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Ikuti terus kelanjutannya, ya!
Bab 18 Siang itu Alice merasa perlu membicarakan sesuatu kepada Alejandro. Wanita ini tidak mau ada kesalahpahaman atau pertengkaran yang menurutnya tidak meski terjadi di antara mereka. "Aku telepon Ale saja. Semoga dia sedang senggang." Belum juga Alice menghubungi kekasihnya, Alejandro terlebih dahulu menelepon dia. Senyum lebar pun langsung tercipta di wajah itu. "Halo, Ale. Ada apa? Kamu sudah makan, belum?" tanya Alice. "Sudah. Aku baru saja selesai makan dengan—" suara Alejandro di seberang sana tiba-tiba tidak terdengar setelah terlebih dahulu ada suara yang tidak tahu berasal atau apa itu. "Ale? Halo! Halo!" Alice semakin mengencangkan panggilannya. "Halo. Ale! Ale, kamu dengar suara aku?" Alice berlari ke luar dari ruang kerja. Wanita itu takut terjadi sesuatu kepada calon suaminya. Saat dalam perjalanan Alice terus berdoa agar tidak terjadi sesuatu kepada Alejandro. Begitu sampai ke kantor tempat sang kekasih bekerja, dia langsung minta izin kepada pihak resepsion
Bab 19 Selama ini Alejandro tidak tahu alasan kenapa ibunya sering memperlakukan dirinya jauh berbeda dengan Enzo. Sekarang dia tahu kalau wanita tua itu bukanlah ibu kandungnya, jadi wajar saja jika mendapatkan perlakuan seperti anak tiri. Dirinya selalu harus mengalah kepada Enzo. Selain itu dia juga dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga. Menuruti semua keinginan Hilda dan dilarang membantah, jika itu terjadi, maka hukuman akan dia terima sebagai konsekuensi. "Benarkah yang Anda ucapkan barusan?" tanya Alejandro masih tidak percaya. "Kalau kamu masih ragu, kita lakukan tes DNA," jawab George dengan tenang. Alice kini tahu kenapa Alejandro dan Enzo sangat berbeda baik dilihat dari fisik ataupun sifat. Wajah Enzo tampan dan ramah kepada orang lain, sedangkan Alejandro cenderung dingin, jadi aura ketampanan laki-laki ini tertutupi. Namun, sekarang dia banyak berubah setelah berpacaran dengan Alice, bahkan orang-orang yang kenal dengan dirinya menjadi terlihat lebih r
Bab 20 Jantung Enzo terasa berdetak kencang saat melihat senyum manis Alice dan kerlingan mata berbulu lentik itu mengarah kepadanya. Lalu, dia pun membalas senyuman itu. Namun, naas di waktu yang bersamaan Caroline melihat ke arahnya. Istri mana yang tidak marah saat suaminya jelalatan kepada perempuan lain di depan matanya. Begitu juga dengan wanita berbaju seksi ini yang langsung menginjak kaki Enzo di bawah kolong meja sangat keras sampai laki-laki itu memekik kesakitan. "Rasakan! Jika kamu berbuat lebih dari ini, maka aku pun akan melakukan hal yang lebih kejam lagi," ucap Caroline dengan mata melotot dan tersirat kemarahan. "Apa-apaan, kamu! Aku tidak suka kamu bersikap seperti itu kepadaku," pekik Enzo sambil mencengkram lengan istrinya. Caroline terkejut dan ada rasa ketakutan saat melihat pancaran matanya yang mengisaratkan kemarahan. Enzo bukanlah laki-laki temperamen yang suka bermain kekerasan kepada perempuan. Namun, kali ini wanita itu merasa kalau suaminya seakan i
Bab 23 Kesibukan Hilda dalam memikirkan bagaimana membuat pesta pernikahan Alejandro dan Alice bisa berlangsung dengan meriah, membuat Tamara lepas dari pengawasannya. Wanita itu mulai terlibat dengan orang-orang yang sering bersikap buruk. Dia setiap hari mendatangi club malam untuk bersenang-senang dengan temannya. "Hai, Tamara. Kenalkan, Robin teman aku semasa kuliah," kata Maria salah satu teman Tamara. Laki-laki itu tersenyum sambil mengulurkan tangan. Robin mempunyai tubuh yang tinggi dan tegap. Selain itu wajahnya juga lumayan tampan yang membuat jantung Tamara bertalu-talu, karena senyum menawan yang terukir dari wajah laki-laki itu. "Senang bisa bertemu denganmu," balas Tamara sambil menjabat tangan Robin, tentu saja dia juga membalas senyuman tadi. "Kamu sangat cantik, Tamara," puji Robin sambil terus memandang wajah wanita yang duduk di sampingnya. Mendapat pujian seperti itu membuat hati Tamara senang. Percakapan di antara mereka pun berjalan lancar dan mereka berjan
Bab 22 Tamara sekarang sering menghabiskan waktu bersama Robin. Wanita itu sedang merasakan jatuh cinta lagi. Laki-laki itu bisa membuatnya bahagia di tengah hatinya yang kesepian. Kehangatan, perhatian, dan kasih sayang yang ditawarkan oleh pria pemilik bertato sayap malaikat di lengan atas tangan kanan, membuat adik perempuan Enzo ini tergila-gila kepadanya. "Honey, besok kita pergi ke pantai Miami, yuk!" ajak Robin sambil membelai kepala Tamara yang kini berada dalam pelukannya. "Yuk! Berapa hari kita akan bersenang-senang di sana?" tanya Tamara sambil mengusap-usap dada bidang milik Robin. "Kebetulan sekarang sedang musim liburan musim panas. Kita seminggu habiskan waktu di sana berdua, ya!" ajak Robin kemudian memberikan kecupan di bibir yang sudah bengkak itu. Tamara sedang menghitung kira-kira uang di rekening miliknya tinggal berapa lagi. Selama menjalani hubungan dengan Robin, uang dia banyak terkuras. Jatah uang bulanan dari Enzo dan Alejandro yang biasanya masih tersisa
Bab 23 Rumah milik keluarga Brown itu semacam rumah era zaman Victoria di Eropa. Banyak rahasia di dalam bangunan itu dan tidak sembarangan orang yang mengetahui rahasia yang ada di sana, kecuali ahli waris dari keluarga Brown. Sampai sekarang pun tidak ada yang tahu ruangan itu selain Alice dan pelayan kepercayaan kakeknya yang entah di mana saat ini. "Ini ruangan apa?" tanya Alice pura-pura tidak tahu sambil menunjuk ke sebuah pintu kayu berukir bunga lily. "Oh, itu ruang musik. Dulu mendiang istriku suka bermain piano dan biola. Apa kamu ingin masuk ke dalam?" tawar Enzo dengan ramah. "Bolehkah aku masuk ke sana? Aku suka sekali main piano, walau permainan aku biasa saja, bahkan bisa di sebut buruk," aku Alice dengan tawa malu-malu dan itu terlihat menggemaskan di mata Alejandro dan Enzo. Kedua laki-laki itu menatap Alice dengan penuh kekaguman dan terpesona oleh senyumannya. Mereka pun mengikuti langkah wanita itu dan berdiri di samping piano. "Boleh, aku coba?" tanya Alice s
Bab 24 Tamara pergi berlibur dengan Robin ke pantai Miami. Wanita itu benar-benar merasa sangat bahagia saat ini. Senyum lebar dan kerlingan mata cantiknya selalu menghiasi wajah dia. "Apa kamu menyukainya, Sayang?" tanya Robin sambil memeluk tubuh Tamara dari belakang. "Ya, aku sangat suka!" teriak Tamara, tapi suaranya tertelan suara deburan ombak. Angin pantai yang bertiup kencang menerbangkan rambut dan ujung kain sarung pantai mereka. Kini keduanya sedang berjalan di pinggir pantai, sesekali kali mereka terkena sapuan ombak. "Sayang, katanya akan ada pesta kembang api di kapal pesiar. Apa kamu mau ikut?" tanya Robin saat melihat iklan di layar Billboard yang ada di dekat hotel tempat mereka menginap. "Apa kamu ingin mendatangi pesta itu?" tanya Tamara balik. "Asalkan bersama denganmu, pasti akan menyenangkan," balas Robin dengan senyum tampannya yang membuat Tamara terpesona. "Baiklah kita ikut pesta itu," ucap Tamara akhirnya. Tamara harus mengeluarkan uang puluhan rib
Bab 25Alice dan Alejandro menghabiskan waktu liburan bersama di kediaman George. Mereka ingin tahu siapa Chloe Ivory itu sebenarnya. Wanita yang sudah mengandung dan melahirkan Alejandro ke dunia ini."Ini adalah foto ibumu sejak masih bayi sampai dewasa," kata George sambil menyerahkan beberapa album foto yang di simpan di atas meja. Alejandro mengambil album foto yang paling atas. Potret yang tersimpan rapi di dalam sana adalah seorang bayi mungil yang lucu. Laki-laki mengusap wajah bayi perempuan itu dengan lembut. Ada getaran dalam tubuhnya saat melihat mata bening yang terpampang jelas di sana.'Mom.' Alejandro memanggil di dalam hatinya."Dia bayi yang cantik," ucap Alice dengan lirih.Air mata milik Alice pun tiba-tiba mengalir. Ada rasa rindu terhadap bayi-bayi yang pernah dia kandung dalam rahimnya. Seandainya saja mereka bisa lahir ke dunia ini, pastinya kehidupan dia akan terasa berbeda."Ya, kamu benar," balas Alejandro. Tangan kekar milik Alejandro membalik lembar album