Ariana Brown melihat perselingkuhan sang suami, Enzo Grey dengan Caroline Black, yang merupakan sahabat baiknya. Kemarahan Ariana membuat kedua orang itu di pecat dari perusahaan milik keluarga Brown. Hilda—ibu mertua—, Tamara —adik ipar—dan Caroline melakukan konspirasi dalam pembunuhan Ariana. Untungnya Ariana bisa selamat dan melakukan operasi plastik karena wajahnya rusak. Dia merubah dirinya menjadi Alice White —identitas milik putri seorang dokter yang sudah menolongnya. Alice White mendekati dan menggoda Alejandro Grey,mantan adik iparnya untuk membalas dendam kepada keluarga Grey. Ternyata banyak misteri yang disembunyikan oleh keluarga Grey. Bagaimana kisah Alice White dan Alejandro Grey dalam membalas dendam kepada keluarga Grey? Rahasia apa yang disembunyikan oleh mereka?
View MoreHal yang paling tidak diterima oleh seorang istri adalah ketika suaminya melakukan penghianatan. Hal ini pun terjadi pada Ariana Brown. Seorang istri dari seorang Enzo Grey yang kini sedang bercinta dengan sahabatnya sendiri–Calorine Black–di kantor, perusahaan miliknya.
Suara laknat kedua makhluk berbeda gender itu langsung terhenti saat mendengar pintu dibuka. Menampilkan sosok seorang wanita cantik yang mereka kenal.
"Apa yang sedang kalian berdua lakukan?" teriak Ariana begitu melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya.
"Honey, ini …." Enzo bingung mau bicara apa. Mau berkelit juga susah karena saat ini mereka dalam keadaan hampir telanjang. Apalagi tubuh dia masih bersatu dengan selingkuhannya.
"Dasar wanita jalang! Tidak tahu diri, kamu, Caroline!" Ariana memukulkan tas tangan pada wanita yang masih berada dalam pangkuan Enzo.
"Hentikan Ariana!" Caroline mencoba menahan tangan Ariana yang memegang tas dan terus memukuli dirinya.
"Dasar orang tidak tahu diri! Aku beri kamu pekerjaan, tapi kamu malah berselingkuh dengan suamiku!" bentak Ariana lalu menampar muka sahabatnya itu dengan sangat keras. Sampai Caroline berteriak kesakitan dan mengeluarkan sedikit darah di sudut bibir.
"Ariana, hentikan!" hardik Enzo kepada istrinya. Dia menurunkan Carolin dari pangkuan lalu melindungi dibalik tubuhnya yang kekar.
"Kau …!" Ariana menunjuk muka Enzo dengan jarinya yang lentik.
"Jangan salahkan dia berselingkuh. Nyatanya kamu adalah istri yang tidak becus," ujar Caroline dengan tatapan penuh kebencian pada Ariana.
"Tidak becus katamu? Memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan untuk suamiku?" tanya Ariana dengan mata melotot pada wanita yang kini sudah berubah menjadi mantan sahabat.
"Asal kamu tahu. Enzo selalu tertekan oleh dirimu!" jawab Caroline dengan berteriak.
"Benarkah itu?" tanya Ariana kepada suaminya dengan mata yang memicing. Dia tidak percaya kalau laki-laki yang dia cintai akan merasa seperti itu.
"Maafkan aku, Honey. Belakangan ini keadaan perusahaan sedang kacau. Aku jadi merasa tertekan dan Caroline selalu memberikan aku rasa nyaman dan bisa melupakan kepenatan pikiranku saat bersamanya," jawab Enzo dengan hati-hati.
"Apa kenyamanan itu adalah bercinta dengannya?" Ariana meneteskan air mata dengan bibir yang bergetar.
"Honey, kamu tahu sendiri. Kalau aku dilarang oleh dokter untuk menyentuh kamu untuk beberapa waktu. Aku ini laki-laki normal," ucap Enzo dengan tangan sibuk membereskan pakaiannya.
Beberapa waktu yang lalu Ariana mengalami keguguran. Dia terjatuh dari tangga dan mengakibatkan bayi dalam kandungannya meninggal dunia. Jadi, wanita itu harus menjalani operasi kuret.
"Baiklah, jika kamu sudah tidak sanggup memegang perusahaan ini lagi, akan aku ambil alih kembali," ujar Ariana dengan menahan isak tangis.
Dia pun mengalihkan pandangannya pada wanita yang sudah selesai merapikan baju. Ariana pun berkata, "Kamu mulai hari ini dipecat dengan tidak hormat!"
"Honey, jangan begitu! Kamu tahu sendiri kalau Caroline itu adalah tulang punggung keluarga," tolak Enzo sambil mencengkram kuat lengan Ariana.
"Aku pemilik perusahaan ini! Jadi, aku bebas mau mempekerjakan siapapun di sini." Ariana mengibaskan kedua tangannya agar cengkraman Enzo terlepas.
"Kamu harus tahu, kalau Caroline itu karyawan yang memiliki potensi yang bagus," ucap Enzo mencoba merayu Ariana.
"Ya, kamu benar dia punya banyak potensi. Baik itu sebagai karyawan dan sebagai penghianat sahabat, orang yang selama ini sering membantunya!" pekik Ariana lagi. Lalu dia berjalan ke arah meja kerja Enzo dan mengangkat telepon untuk menghubungi seseorang.
"Leo, datang ke kantor direktur utama. Lalu seret wanita jalang ini. Pecat dia dari karyawan Elektronik Brown, sekarang juga!" perintah Ariana kepada asisten direktur utama.
"Ariana! Kalau kamu mengeluarkan Caroline, maka aku juga akan berhenti dari perusahaan ini!" Enzo memberikan ancaman pada wanita yang berdiri di depannya.
Senyum kecut terlihat di wajah Ariana. Bahkan dia tertawa kecil karena merasa sangat lucu saat mendengar ucapan suaminya. "Silakan saja. Aku tidak akan menghalangi kamu untuk meninggalkan perusahaan peninggalan kakek aku ini."
"Kamu akan menyesal sudah ambil keputusan ini!" teriak Enzo dengan mata yang kini berubah merah dan jari tangan menunjuk pada wajah Ariana.
Leo pun datang dan langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dia terheran-heran dengan suasana di sana. Semua orang terlihat marah.
"Madam, ada apa?" tanya Leo dengan tatapan mata penuh penasaran.
"Mulai hari ini Tuan Enzo ingin berhenti bekerja di sini. Lalu pecat wanita j*lang ini!" perintah Ariana sambil duduk di kursi kerja yang sering diduduki oleh Enzo, dulu.
Mata Leo terbelalak, karena merasa tidak percaya. Betapa terkejutnya dia mendengar perintah dari sang komisaris perusahaan.
"Madam, Anda ingin memberhentikan Tuan Enzo?" tanya Leo. Dia takut salah dengar dengan perintahnya.
"Bukan aku yang memberhentikan Enzo. Tapi, dia sendiri yang mengundurkan diri. Aku hanya mengikuti apa kata suamiku saja. Bukankah seorang istri yang baik itu mendengarkan ucapan suaminya," sindir Ariana dengan senyum miringnya sambil melihat ke arah Enzo.
Leo pun dapat memahami apa yang sedang terjadi di sana. Perselingkuhan Tuan dan sekretarisnya sudah ketahuan oleh istri sah.
"Baiklah Madam, saya akan menyelesaikan ini dengan cepat," kata Leo sambil melirik ke arah Enzo dan Caroline.
***
Enzo dan Caroline kini berada di sebuah apartemen mewah. Kedua orang itu sedang dalam keadaan emosi dan saling menatap dengan tajam.
"Ini semua gara-gara kamu! Tidak bisa menahan diri. Sudah aku bilang kita jangan bermain di kantor karena ada kemungkinan Ariana bisa datang kapan saja," bentak Enzo pada selingkuhannya.
"Loh, bukannya kamu juga sama-sama mau?" Caroline tidak terima karena disalahkan atas kejadian hari ini.
"Seandainya saja kamu tidak menggodaku. Aku pun tidak akan melakukan itu di sana," bantah Enzo. Dia pun meminum air putih yang ada di depannya lalu membantingkan gelas itu ke dinding.
"Kita sudah kehilangan sumber uang dari penghasilan perusahaan sekarang," lirihnya sambil memejamkan mata.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Caroline sambil duduk merapat dan menyandarkan kepalanya di dada Enzo.
"Entahlah. Ariana pasti akan melakukan audit semua data perusahaan selama aku diangkat menjadi Direktur Utama," jawab Enzo.
"Kita minta bantuan Mommy!" pekik Caroline memberikan idenya.
"Mommy sedang pergi liburan bersama Tamara," balas Enzo dengan malas.
"Hei, kalau sumber keuangannya terancam, Mommy pasti akan cepat pulang di mana pun dia berada sekarang. Ayo, kita hubungi Mommy biar dia yang membereskan semua kekacauan ini!" titah Caroline sambil mengguncangkan tubuh kekasihnya.
***
Seorang wanita paruh baya dan gadis berumur sekitar 23 tahunan, sedang menikmati liburan di pantai Hawaii. Kedua wanita berbeda generasi itu tersenyum bahagia dikelilingi para lelaki tampan dan masih muda.
"Madam Hilda, Anda sangat cantik sekali. Orang lain yang melihat pasti akan mengira kalau Madam masih berusia dua puluh tahunan," kata salah seorang laki-laki sambil mencium tangan wanita bernama Hilda.
"Kamu bisa saja memuji aku. Karena kamu sudah membuat hati aku senang. Aku akan mentraktir kamu makan siang nanti," ujarnya dengan senyum menawan dan tangannya menggeranyang di dada dan perut pemuda itu.
"Mommy, ada panggilan telepon dari Kakak," kata gadis cantik yang sedang bermesraan dengan salah seorang dari kumpulan laki-laki yang ada di sana.
"Tolong ke sini kan handphone mommy, Tamara!" pinta Hilda pada putrinya sambil menjulurkan tangannya.
Tamara pun menyerahkan benda pipih berbentuk persegi panjang itu pada Hilda. Dia yakin kalau sudah terjadi sesuatu pada Kakaknya itu.
"Halo, Enzo ada apa?" tanya Hilda begitu menggeser tombol berwarna hijau.
"Mommy, tolong aku. Ariana memergoki perselingkuhan antara aku dan Caroline. Sekarang dia marah sehingga memecat aku dan Caroline dari perusahaan."
"Apa, kamu bilang? Bagaimana bisa kalian ketahuan oleh Ariana?" teriak Hilda dengan penuh emosi.
"Ariana datang ke kantor pagi tadi. Dan aku sedang bercinta dengan Caroline."
"Astaga. Sudah mommy bilang jangan main di kantor! Lihat akibatnya!" Hilda berdiri lalu berjalan mondar-mandir dengan penuh kesal dan mematikan sambungan telepon.
"Tamara, kita pulang!" Hilda melirik ke arah putrinya yang sedang bersenang-senang.
"Ada apa, Mom? Apa sudah terjadi sesuatu?" tanya Tamara beranjak mendekati Hilda.
***
Bab 31Alice mendatangi apartemen Olivia karena ada kabar dari kelanjutan hasil pemerikasaan sidik jari tempo hari. Selain itu dia juga akan memberikan kejutan untuk calon pengantin itu.Kini semua orang berkumpul di ruang tengah. Mereka duduk di sofa saling berhadapan dan hanya terhalang oleh meja."Ini data hasil laporan dari Morgan. Hasilnya sudah diketahui nama seseorang, tetapi aku tidak mengenal orang ini. Mungkin kamu mengenal dia," ucap Oliver sambil menyerahkan sebuah amplop kepada Alice.Alice pun membaca data orang yang ditemukan sidik jarinya di semua mobil milik Ariana. Nama yang tertera di sana adalah Evans Blue. Tentu saja bagi Alice nama ini terasa asing, tetapi saat melihat foto wajah orang itu, Alice merasa tidak asing."Apa kamu tahu orang itu?" tanya Oliver yang menatap ke arah Alice sejak tadi.Alice membaca data tentang orang yang bernama Evans Blue berulang kali takut ada bagian yang terlewat. Bahkan foto dirinya pun dia perhatikan baik-baik."Aku ... ragu akan i
Bab 31"Apa mommy tidak curiga kepada wanita ini? Aku merasa kalau dia itu seperti menyembunyikan sesuatu dari kita," ujar Caroline dan membuat semua orang yang ada di sana menatap dengan ekspresi terkejut."Apa maksud kamu, Caroline?" Hilda menatap tajam kepada menantunya. Terlihat jelas pancaran mata wanita itu terlihat tidak suka dengan sikap dari istri Enzo.Alice sendiri berusaha menahan diri agar jangan sampai dia melakukan sesuatu yang mencurigakan. Perempuan ini menggenggam ujung baju dengan erat untuk menenangkan dirinya.Alejandro pun menggenggam tangan Alice dengan lembut. Laki-laki ini berusaha untuk memberikan ketenangan dan kekuatan kepada sang kekasih.Caroline sejak tadi terus memperhatikan setiap gerak-gerik dari Alice. Apa pun yang dilakukan oleh wanita itu akan terus dia lihat."Ya aku bicara seperti ini bukan karena tanpa sebab. Dia itu suka ada di saat kita mengalami sesuatu yang buruk. Aku curiga kalau itu semua adalah perbuatannya," ucap Caroline dengan tatapan s
Bab 30 Wajah Alice mendadak pucat saat mendengar suara Enzo. Laki-laki itu tiba-tiba saja muncul di sana. Entah sejak kapan dia berada di lantai satu ini. Senyum manis pun terukir dari bibir sensual milik Alice. Wanita itu berjalan ke arah Enzo sekitar lima langkah. "Aku haus dan tidak ada air di nakas kamar. Makanya aku pun ke dapur untuk mengambil air minum," ucap Alice dengan pelan. Enzo pun menarik tubuh Alice sampai menempel pada badannya. Laki-laki itu hendak mencium bibir sang perempuan, tetapi dengan gesit wanita itu memalingkan wajah dan memundurkan kepalanya. "Kamu jangan kurang ajar Enzo. Hanya Ale yang boleh mencium bibirku," desis Alice dengan ekspresi kesal dan marah. "Kamu sangat menggoda Alice dan membuat aku selalu diliputi rasa bergairah jika dekat dengan dirimu," aku Enzo dengan suara yang menggoda. "Sana pergi dan rayu istrimu saja!" titah Alice sambil mendorong kuat tubuh suami dari Caroline itu sampai terlepas dan agak terdorong menjauh dari dirinya. Enzo
Bab 29Hilda pulang ke rumah dengan perasaan bahagia karena Alice dan Alejandro akan menginap di sana. Mereka makan malam bersama dan seperti biasa Alice memperlihatkan keromantisan bersama Alejandro. Tentu saja ini membuat Enzo kesal dan merutuki dalam hatinya. Berbeda dengan Caroline dengan menatap penuh benci kepada calon adik iparnya itu."Mom, di mana Tamara? Sepertinya belakang ini aku jarang sekali melihat dia," tanya Alice sambil melihat ke arah Hilda."Dia sedang sibuk berbisnis dengan teman-temannya. Sudah saatnya dia bekerja mencari uang. Jangan hanya bisa meminta kepada Enzo dan Ale," jawab Hilda dengan senyum tipisnya.Sebenarnya Alice tahu apa yang sedang dilakukan oleh Tamara. Wanita itu sering mendapat laporan dari orang kepercayaannya. Namun, dia biarkan saja sampai nanti waktu yang tepat untuk menghancurkan perempuan yang sudah membuat dirinya celaka dan kehilangan bayi di dalam kandungan beberapa tahun silam."Mommy sudah selesai menghubungi orang-orang yang akan men
Bab Tamara diam-diam masuk ke kamar ibunya. Wanita itu membuka perhiasan milik Hilda. Mata yang biasanya menatap sinis, kini terbelalak saat melihat banyaknya perhiasan di dalam kotak itu."Kalau aku ambil dua atau tiga, sepertinya tidak akan ketahuan," gumam Tamara sambil memilih model-model perhiasan lama.Bukan dua atau tiga perhiasan Hilda yang dibawa oleh Tamara, melainkan sekitar lima jenis perhiasan. Diantaranya kalung, sepasang anting, dua buah cincin, dan gelang rantai. Dia pun buru-buru memasukan perhiasan curian itu ke dalam sakunya. Lalu, dia pun menyimpan kembali kotak itu ke tempat semula.Uang milik Tamara sudah habis semua dan tidak bersisa sedikit pun. Wanita itu terlalu senang berfoya-foya dengan Robin sampai lupa batas. Jutaan dollar uang yang ada di tabungan bank sudah dihabiskan oleh dirinya dengaan kekasih barunya.Hari ini Tamara akan pergi bersenang-senang bersama Robin dan beberapa teman mereka. Sekarang bagi Tamara hal yang membuatnya bahagia adalah berkumpul
Bab 27Alice hanya melirik sekilas ke arah tangan Enzo. Lalu, dia memakai kembali blazer yang baru saja dibuka olehnya."Maaf, sekarang aku sedang sibuk mempersiapkan pernikahan aku dengan Ale. Tidak punya waktu luang untuk pergi berkencan ganda seperti anak remaja," sahut Alice.Mendengar ucapan Alice barusan perasaan Enzo merasa tersentil. Laki-laki itu hanya ingin bisa lebih mengenal dan sering bertemu dengan wanita yang akan menjadi adik iparnya."Maafkan aku Alice. Tadinya aku berpikir kalau kita sering bertemu akan mudah untuk saling mengenal sesama keluarga nantinya. Aku harap kedepannya kita bisa menjadi keluarga yang memiliki hubungan baik," ujar Enzo.Alice hanya diam sambil membuka beberapa gambar desain baju yang akan di-launching untuk 3 bulan yang akan datang. Bagi dia tidak perlu dengan melakukan kencan ganda pun dia sudah tahu orang seperti apa Enzo dan Caroline itu."Ya, sayangnya aku bukan orang yang suka pergi dengan orang yang jelas-jelas membenci aku. Takutnya yang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments