Siapakah orang yang memergoki Alice? Ikuti terus kisah mereka, ya!
Bab 30 Wajah Alice mendadak pucat saat mendengar suara Enzo. Laki-laki itu tiba-tiba saja muncul di sana. Entah sejak kapan dia berada di lantai satu ini. Senyum manis pun terukir dari bibir sensual milik Alice. Wanita itu berjalan ke arah Enzo sekitar lima langkah. "Aku haus dan tidak ada air di nakas kamar. Makanya aku pun ke dapur untuk mengambil air minum," ucap Alice dengan pelan. Enzo pun menarik tubuh Alice sampai menempel pada badannya. Laki-laki itu hendak mencium bibir sang perempuan, tetapi dengan gesit wanita itu memalingkan wajah dan memundurkan kepalanya. "Kamu jangan kurang ajar Enzo. Hanya Ale yang boleh mencium bibirku," desis Alice dengan ekspresi kesal dan marah. "Kamu sangat menggoda Alice dan membuat aku selalu diliputi rasa bergairah jika dekat dengan dirimu," aku Enzo dengan suara yang menggoda. "Sana pergi dan rayu istrimu saja!" titah Alice sambil mendorong kuat tubuh suami dari Caroline itu sampai terlepas dan agak terdorong menjauh dari dirinya. Enzo
Bab 31"Apa mommy tidak curiga kepada wanita ini? Aku merasa kalau dia itu seperti menyembunyikan sesuatu dari kita," ujar Caroline dan membuat semua orang yang ada di sana menatap dengan ekspresi terkejut."Apa maksud kamu, Caroline?" Hilda menatap tajam kepada menantunya. Terlihat jelas pancaran mata wanita itu terlihat tidak suka dengan sikap dari istri Enzo.Alice sendiri berusaha menahan diri agar jangan sampai dia melakukan sesuatu yang mencurigakan. Perempuan ini menggenggam ujung baju dengan erat untuk menenangkan dirinya.Alejandro pun menggenggam tangan Alice dengan lembut. Laki-laki ini berusaha untuk memberikan ketenangan dan kekuatan kepada sang kekasih.Caroline sejak tadi terus memperhatikan setiap gerak-gerik dari Alice. Apa pun yang dilakukan oleh wanita itu akan terus dia lihat."Ya aku bicara seperti ini bukan karena tanpa sebab. Dia itu suka ada di saat kita mengalami sesuatu yang buruk. Aku curiga kalau itu semua adalah perbuatannya," ucap Caroline dengan tatapan s
Bab 31Alice mendatangi apartemen Olivia karena ada kabar dari kelanjutan hasil pemerikasaan sidik jari tempo hari. Selain itu dia juga akan memberikan kejutan untuk calon pengantin itu.Kini semua orang berkumpul di ruang tengah. Mereka duduk di sofa saling berhadapan dan hanya terhalang oleh meja."Ini data hasil laporan dari Morgan. Hasilnya sudah diketahui nama seseorang, tetapi aku tidak mengenal orang ini. Mungkin kamu mengenal dia," ucap Oliver sambil menyerahkan sebuah amplop kepada Alice.Alice pun membaca data orang yang ditemukan sidik jarinya di semua mobil milik Ariana. Nama yang tertera di sana adalah Evans Blue. Tentu saja bagi Alice nama ini terasa asing, tetapi saat melihat foto wajah orang itu, Alice merasa tidak asing."Apa kamu tahu orang itu?" tanya Oliver yang menatap ke arah Alice sejak tadi.Alice membaca data tentang orang yang bernama Evans Blue berulang kali takut ada bagian yang terlewat. Bahkan foto dirinya pun dia perhatikan baik-baik."Aku ... ragu akan i
Hal yang paling tidak diterima oleh seorang istri adalah ketika suaminya melakukan penghianatan. Hal ini pun terjadi pada Ariana Brown. Seorang istri dari seorang Enzo Grey yang kini sedang bercinta dengan sahabatnya sendiri–Calorine Black–di kantor, perusahaan miliknya.Suara laknat kedua makhluk berbeda gender itu langsung terhenti saat mendengar pintu dibuka. Menampilkan sosok seorang wanita cantik yang mereka kenal."Apa yang sedang kalian berdua lakukan?" teriak Ariana begitu melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya."Honey, ini …." Enzo bingung mau bicara apa. Mau berkelit juga susah karena saat ini mereka dalam keadaan hampir telanjang. Apalagi tubuh dia masih bersatu dengan selingkuhannya."Dasar wanita jalang! Tidak tahu diri, kamu, Caroline!" Ariana memukulkan tas tangan pada wanita yang masih berada dalam pangkuan Enzo."Hentikan Ariana!" Caroline mencoba menahan tangan Ariana yang memegang tas dan terus memukuli dirinya."Dasar orang tidak tahu diri! Aku beri kamu peke
Ariana pun mengadakan rapat direksi secara mendadak. Meski banyak yang mengeluhkan pertemuan ini, mereka tidak bisa apa-apa karena sang pemilik yang punya kuasa."Selamat sore semuanya. Maaf karena sudah mengadakan rapat dadakan hari ini. Seperti yang sudah kalian tahu kalau kita akan mengadakan rapat untuk pemegang kursi Direktur Utama, dan CEO perusahaan cabang New York yang sedang terjerat hukum. Kita pilih dua orang yang kira-kira kompeten bisa memegang jabatan ini," kata Ariana membuka rapat hari itu."Maaf sebelumnya, Madam. Kenapa posisi Direktur Utama juga ikut diganti? Bukannya itu posisi milik suami Anda?" tanya Oliver yang merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan Elektronik Brown, sekaligus sahabat sejak kecil Ariana."Aku tidak mau mempekerjakan seorang pengkhianat. Orang yang melakukan penggelapan uang, dan memanipulasi laporan keuangan. Aku tidak butuh orang seperti itu dalam menjalankan perusahaan milikku. Meski dia itu suamiku!" jawab Ariana dengan tegas.Para
Hilda dan Tamara sedang duduk di teras samping rumah. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang sangat rahasia."Mommy, bagaimana ini?" tanya Tamara kepada Hilda. Terlihat wajah ber-make up itu sangat gelisah."Sebaiknya kita pikirkan bagaimana caranya agar Ariana tidak jadi mengusir kita," jawab Hilda berbisik.Langit malam tanpa bintang menjadi saksi perbincangan rahasia ibu dan anak ini. Bahkan hembusan angin malam yang dingin itu tidak menyurutkan kedua orang itu untuk masuk ke dalam rumah."Begini saja Ariana sudah sangat marah. Bagaimana kalau dia tahu kita yang menyebabkan dia keguguran sampai tiga kali," gerutu Tamara dengan menghentakan kaki."Diam kamu! Bagaimana kalau ada yang mendengar?" ujar Hilda menutup mulut Tamara dengan dua tangannya.Wanita itu pun mengangguk. Dia sering berbuat bodoh dan membuat Hilda kesal."Tapi, itu 'kan benar. Mommy sudah membuat dia kehilangan bayinya. Bahkan sampai tiga kali!" bisik Tamara dengan memasang wajah kesal, karena kena omelan sang ib
"Ada mayat! Tolong, ada mayat!" teriak seorang nelayan dan membuat terkejut orang yang tidak jauh dari bibir pantai."Mana?" Banyak orang berbondong-bondong menghampiri nelayan itu.Mereka melihat ada perempuan dengan luka yang sangat parah di sekujur tubuhnya. Mayat itu berada di tepi pantai, karena tersapu oleh ombak."Cepat hubungi 911, kita laporkan temuan mayat ini!" titah seseorang.Sekitar 30 menit datang ambulance dan polisi. Mereka mengevakuasi mayat temuan itu, dan membawanya ke rumah sakit terdekat."Dia masih hidup!" pekik tim medis agak terkejut begitu memeriksa keadaan nadi Ariana."Apa? Cepat selamatkan nyawanya!" Beberapa dokter langsung memasukan ke ruang operasi."Apa ada kartu identitas milik korban?" tanya salah seorang polisi yang ikut ke rumah sakit."Tidak ada, Pak. Korban hanya memakai kalung ini saja yang bisa jadi bahan identifikasi. Kecuali jika korban selamat, baru bisa di ajukan pertanyaan tentang identitas dia," jawab tim medis.***"Dokter bagaimana kead
Alice menginjakan kakinya kembali di tanah kelahirannya. Kini, dia sudah menjadi sosok wanita pebisnis ulung. Uang modal yang dia terima dari Dokter Giovanni berhasil dia kembangkan. Selama dua tahun ini, Alice sukses di bidang perhotelan dan restoran. Dia membeli hotel dan restoran yang sudah bangkrut dengan harga murah. Lalu, dia renovasi, dikelola dengan manajemen yang sudah handal dan melakukan promosi besar-besaran. Memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya agar mereka merasa puas. Setelah berhasil di negara bagian Arizona, sekarang dia mengembangkan usahanya merambah ke bidang produksi barang rumah tangga. Dia mengincar perusahaan PT. Graham yang memproduksi barang-barang furniture. Selain membuat produk, dia juga membeli sedikit sahamnya.Alice mengajukan ingin bekerja sama terlebih dahulu kepada perusahaan itu, untuk mendesain barang khusus untuk hotel dan restoran miliknya. Hari ini rencananya dia akan bertemu dengan CEO dari perusahaan itu. Dia adalah Alejandro Grey, a