Share

Bab 135

Author: Danira Widia
Melihat sosok Janice yang berdiri di tepi semak bunga, Sera mengangkat alis sedikit seolah menyadari sesuatu.

Sera hendak membuka mulut untuk berbicara, tetapi Vania langsung berjalan ke arahnya dan mengulurkan tangan. Wanita itu menyapa, "Halo, Bu Sera. Aku tunangan Jason, Vania."

Sera menatap Vania sebentar, lalu melirik tangannya yang terulur. Dia membalas sambil tersenyum, "Maaf, Nona Vania. Aku baru memangkas bunga, jadi tanganku kotor."

Tangan Vania membeku sesaat, lalu perlahan dia menariknya kembali dengan canggung. Tepat setelah dia menurunkan tangannya, Sera mengambil handuk dari pelayan dan mengelap tangannya dengan santai. Kemudian, dia melangkah lebih dekat ke Jason.

Tanpa sedikit pun memperhatikan keberadaan Vania, Sera duduk di samping Jason. Dia menuangkan teh untuknya sambil melirik orang-orang lainnya.

Sera memberi tahu, "Kalian juga duduklah. Semua data kalian sudah diberikan Amanda padaku. Nggak perlu repot-repot memperkenalkan diri. Aku ini orang yang cukup santai.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Poppy Kristine
semakin hari semakin seru ceritanyaaa .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 136

    Mendengar itu, Sera tertawa makin keras. Herisa yang tidak tahan lagi mencoba berdiri. Namun, Janice mengangkat tangan dengan lembut. Dia berusaha menghentikannya agar tidak terlalu terburu-buru bicara.Sayangnya, Herisa menghindari tangannya dan berdiri dengan percaya diri. Dia memberi tahu, "Aku juga merasa cincin bunga krisan lebih cocok untuk Bu Sera. Tempat ini bernama Vila Krisan, jelas menunjukkan bahwa Bu Sera adalah orang yang mencintai dan menghargai bunga."Sera tersenyum sambil memutar cincin di jarinya. Ekspresinya sulit ditebak. Saat itu, Malia juga berdiri. Dia berkata dengan nada rendah hati dan penuh penghormatan, "Bu Sera, meskipun kemampuanku nggak sehebat mereka, aku merasa padparadscha lebih cocok untukmu.""Sebagai seorang wanita yang kuat dan percaya diri, kamu jelas membutuhkan sesuatu yang lebih menonjol dan bercahaya," tambah Malia.Sera menoleh ke arah Malia dengan dagu bertumpu di tangannya. Kemudian, dia berkomentar sambil mengangkat alis, "Kamu cukup menar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 137

    Janice melihat senyuman Malia yang polos dan tak berbahaya, tetapi dia tahu bahwa Malia dan Vania sudah mulai gelisah. Bagaimana mungkin kedua orang itu akan membiarkan dirinya bersinar di depan Sera?Daripada terus menunggu serangan diam-diam yang sulit diantisipasi, lebih baik Janice memberi mereka kesempatan lalu menghadapi serangan itu secara langsung.Di perjalanan menuju kamar mandi, Malia sesekali mencuri pandang ke arah Janice. Dia bertanya dengan nada penuh prasangka, "Janice, saat aku bicara tadi, kenapa kamu nggak menghentikanku?"Janice sudah menduga Malia akan mengajukan pertanyaan seperti itu. Alasanya pun sudah dipersiapkannya.Dengan ekspresi tak berdaya, Janice menarik tangannya sambil berujar, "Malia, aku pikir kamu cuma datang buat kasih hadiah. Aku mana tahu kamu akan coba menonjolkan diri? Kamu juga nggak memberitahuku sebelumnya. Jadi, gimana aku bisa menghentikanmu?"Malia buru-buru menjelaskan karena takut Janice menjadi curiga, "Aku bukan coba menonjolkan diri.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 138

    "Bicara sama orang yang terlalu pintar memang membosankan," keluh Sera. Dia awalnya ingin membahas isi kontrak, tetapi tiba-tiba mendengar teriakan panik."Kebakaran! Kebakaran! Tolong!"Jason menoleh ke arah paviliun, lalu segera berbalik dan berlari menuju sumber suara. Sera mematikan rokoknya dengan santai. Dia berdecak sambil berpikir bahwa vila ini sudah lama tidak seberisik ini.....Vila itu berada di dekat pegunungan. Berhubung sekarang musim gugur, daun-daun kering dari gunung sering terbawa angin ke dalam vila. Itu sebabnya, langkah pencegahan kebakaran di sana selalu sangat ketat.Kali ini, api menyala begitu cepat. Meski berhasil dipadamkan oleh staf vila, taman kecil yang indah tetap saja menjadi korban. Bunga-bunga krisan yang biasanya cerah dan memikat, kini hangus terbakar hingga tak lagi berbentuk.Janice bergegas keluar dari kamar mandi saat mendengar teriakan. Di kejauhan, dia melihat Jason berlari cepat menuju arah yang sama. Hanya saja sebelum Jason sampai ke kamar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 139

    Malia diseret maju oleh seorang pelayan."Lepas, lepaskan aku ...," kata Malia sambil meronta di hadapan semua orang.Sera menatap Malia dengan dingin dan bertanya, "Kenapa kamu sembunyi di sana? Apa kamu yang menyulut api?"Malia merosot di tanah dan menggeleng takut. Dia berucap dengan nada memelas, "Bukan aku, Bu Sera, sungguh! Aku dan Janice tadi pergi ke toilet. Karena Janice terlalu lama, aku berjalan-jalan sebentar di sekitar. Tapi, aku tersesat, lalu pelayan membawaku ke sini."Usai berkata begitu, Malia menunjuk pelayan yang berdiri paling pinggir. Pelayan itu mengangguk ke arah Sera, mengonfirmasi ucapan Malia.Mendengar itu, Sera pun mengalihkan pandangan pada Janice dan Vania. Dia berkata dengan mata menyipit, "Dengan kata lain, yang paling mencurigakan adalah kalian berdua. Korek api ini milik Vania, jadi ...."Mata Vania berkaca-kaca. Dia membalas dengan nada tercekat, "Aku juga punya saksi. Tadi aku ketemu pelayan yang sedang menyiram tanaman, kami bahkan mengobrol seben

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 140

    "Oh?" Sorot mata Sera berubah. Nada suaranya juga menjadi dingin saat dia berucap, "Apa maksudmu?""Kamu mengenakan cincin krisan itu di jari kelingkingmu, sengaja menghindari jari manis yang melambangkan cinta," ujar Janice."Sepuluh tahun lalu, suamimu meninggal dalam kecelakaan mobil. Faktanya, ada orang lain di TKP. Dia adalah simpanannya, wanita itulah yang menyukai bunga krisan. Wanita itu bahkan masih memeluk erat bunga krisan pemberian suamimu sebelum meninggal. Vila Krisan ini juga hadiah untuknya yang dibeli suamimu dengan uangmu. Kini vila ini adalah trofimu," lanjut Janice.Sambil berkata begitu, Janice menghampiri taman kecil yang terbakar itu. Kemudian, dia tiba-tiba menoleh ke arah Sera yang memasang ekspresi muram.Janice berucap lagi dengan nada lembut, "Bu Sera, bunga-bunga ini bermekaran dengan indah."Sera menyahut dengan dingin, "Tentu saja, mereka dirawat dengan baik. Tapi, apa hubungan hal ini dengan alasanmu membakarnya?""Setiap tahun Bu Sera tinggal sebentar d

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 141

    Mendengar bahwa mereka diatur untuk tinggal di kamar yang sama, Vania bersandar ke dada Jason dan berucap dengan malu-malu, "Bu Sera, sepertinya ini kurang baik."Sera mengangkat alisnya dan membalas sambil tersenyum, "Kalau kamu malu, aku bisa aturkan kamar lain untukmu. Nggak masalah." Usai bicara, dia melambai untuk memanggil kepala pelayan.Bibir Vania berkedut-kedut. Dia buru-buru berkata, "Bu Sera benar-benar pintar bercanda, terima kasih."Sera menatap gadis itu dan tersenyum penuh arti. Ingin bersandiwara polos di depannya, hm?Mendengar Sera bersedia mengatur ulang ruangan, Janice juga mencari-cari alasan untuk pindah. Namun, sebelum dia sempat bicara, Sera sudah pergi untuk menjawab telepon.Janice menghela napas pasrah dan terpaksa berjalan ke kamarnya. Ketika dia hendak berbalik, Malia tiba-tiba menarik lengannya dari belakang."Janice, kamu takut sendirian, nggak? Gimana kalau aku temani kamu?" tanya Malia.Lengan Janice bergetar pelan dan giginya sontak digertakkan. Namun

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 142

    "Nona Janice, ini aku, Norman," kata orang di balik pintu."Ada apa?" ​​tanya Janice sambil menahan sakitnya."Pak Jason menyuruhmu menemuinya," ujar Norman.Menemuinya? Untuk apa? Apa Jason ingin pamer setelah bercinta dengan Vania?Janice marah dan membalas, "Aku sudah mau tidur. Beri tahu Paman, daripada mencariku, lebih baik dia rawat diri dan minum lebih banyak jamu kuat." Usai berkata demikian, dia kembali berbaring di ranjang.Norman yang berdiri di depan pintu merasa linglung karena ditolak mentah-mentah. Akhirnya, dia hanya bisa kembali ke ruang kerja sementara yang Sera siapkan untuk Jason."Pak Jason, Nona Janice bilang dia sudah mau tidur," lapor Norman."Kamu percaya dengan kata-katanya?" balas Jason.Jason duduk menyilangkan kaki di kursi kayu samping jendela. Satu tangannya menopang dagu, sementara tangan lainnya membalik halaman kontrak yang dibacanya."Anu ... mungkin dia kelelahan. Tapi, dia masih memperhatikan Pak Jason," ucap Norman."Oh?" gumam Jason.Aneh sekali.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 143

    Malia berkata sambil terisak-isak, "Huhuhu. Aku takut, aku paling takut kegelapan. Aku nggak bisa lihat apa-apa ... akh!"Sepertinya Malia tersandung sesuatu, langkahnya menjadi sedikit kacau. Dari suaranya, Janice memprediksi gadis itu akan jatuh ke arahnya.Kebetulan ada Jason yang berdiri di depan Janice. Malia benar-benar pintar memanfaatkan situasi. Segera setelahnya, terdengar suara dua tubuh bertabrakan. Tampaknya Malia benar-benar berhasil.Janice baru hendak mendengus ketika bayangan gelap tiba-tiba menghalangi pandangannya. Sebelum dia sempat bereaksi, napas hangat yang akrab sudah menekannya.Janice dicium tanpa peringatan hingga lupa untuk kabur. Aroma tubuh pria itu seperti udara di bawah pancaran matahari musim dingin. Sedikit hangat, tetapi juga terasa dingin.Tidak seperti sebelumnya, ciuman Jason tidak menuntut. Seakan-akan dia hanya ingin menutup mulut Janice. Napasnya bahkan sangat terkontrol.Janice tersadar kembali saat mendengar erangan orang yang terjatuh di lant

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status