"Nggak bisa." Jason mengucapkan setiap kata dengan tekanan kuat dan matanya memancarkan kilatan dingin.Janice menarik napas. "Apa nggak ada cara yang lebih cepat?""Pokoknya nggak bisa. Nggak ada tawar-menawar." Tatapan Jason semakin gelap, benar-benar seperti sosok kejam dan tegas yang dikatakan orang-orang.Janice mengatupkan bibir, tidak berkata apa-apa.Melihat itu, Landon maju. "Janice, bahkan kami nggak dapat undangan pameran Leah kali ini. Itu artinya mereka sudah punya target. Kalau kamu pergi sendirian, terlalu bahaya.""Gimana kalau Chelsea nggak bisa menunggu? Apa dia nggak dalam bahaya juga?" tanya Janice balik kepada Landon.Wajah Landon menegang, tidak bisa membantah.Janice berkata, "Kalau kalian mau masuk ke pameran, nggak ada yang bisa menghalangi. Tapi kalau mau selamatkan Chelsea, harus ada kerja sama dari dalam dan luar."Suasana hening sejenak.Landon menoleh ke arah Jason. "Aku pergi tanya-tanya soal pameran itu dulu."Louise yang baru sadar pun menatap Norman. "
Janice baru akan berdiri ketika sebuah tangan menekan bahunya kembali ke kursi. Di saat yang sama, di depannya sudah ada segelas susu hangat.Dia mendongak dan bertemu dengan tatapan hitam yang dalam dari Jason. "Kamu semalaman nggak tidur, jangan terlalu terbawa emosi. Duduk dulu."Baru saat itu, Janice menyadari dirinya sama sekali belum menyentuh sarapan. Dia buru-buru meneguk susu itu dua kali, lalu menatap Landon dan Norman dengan penuh harap.Landon menampilkan produk baru Leah. Itu adalah satu set perhiasan mutiara.Berkat pengalaman sebelumnya, Janice segera menyadari bahwa susunan mutiaranya membentuk seperti 26 huruf alfabet. Setelah diuraikan, huruf-huruf itu membentuk tiga kalimat.[ Sissy, dapat penghargaan. ][ Chelsea, cepat. ][ Pameran, wawancara. ]Janice memastikan tiga kali, baru dia berkata dengan bersemangat, "Chelsea, itu Chelsea! Dia bersama Sissy. Tapi, maksud dari kalimat setelahnya apa?"Begitu dia selesai berbicara, Jason mengambil sebuah foto dari dokumen y
"Aku nggak mau! Aku nggak mau!" Mereka menangis dan berteriak.Chelsea ingin membuka mata. Namun, dalam kekacauan itu, Sissy menendangnya pelan, memberi isyarat agar dia tidak bergerak.Beberapa saat kemudian, suara tangisan terhalang pintu yang tertutup. Chelsea membuka mata, lampu gantung di atas kepalanya bergoyang, menambah kesan mencekam. Dia meringkuk, sama sekali tak berani memejamkan mata.Entah sudah berapa lama, ketiganya dikembalikan lagi. Seorang pria berdiri di pintu, melemparkan sebuah foto, lalu mengunci pintu dan pergi.Sissy dan dua wanita lainnya saling menopang untuk berdiri, bahkan berjalan pun tidak sanggup. Chelsea cepat-cepat membantu. "Kalian baik-baik saja?"Mereka tidak menjawab, hanya menutup mulut, lalu mengambil obat yang disembunyikan di bawah bantal dan langsung menelannya. Chelsea ingin bertanya lagi, tetapi Sissy menggeleng, memintanya diam.Sissy menenangkan kedua rekannya, lalu duduk dan mengambil foto yang tergeletak di lantai dengan bantuan Chelsea.
Setelah mendengar perkataan wanita itu, kepala Chelsea terasa pening. Memang benar manusia tidak boleh serakah dan tergoda nafsu. Sekali lengah, nyawa bisa menjadi taruhannya.Wanita yang memimpin melihat kekhawatiran Chelsea dan menenangkan, "Kalau mereka mau nyawamu atau tubuhmu, mereka nggak akan membawamu ke sini. Pasti kamu masih punya kegunaan lain. Orang yang masih berguna bisa hidup sedikit lebih lama."Hidup sedikit lebih lama? Apa itu ... kata-kata yang bisa diucapkan oleh manusia?Chelsea terbaring di ranjang kecil, lesu tak berdaya. Wanita itu menggeser posisi duduknya, lalu bertanya pelan, "Kamu kenal Janice?"Chelsea tertegun, lalu menoleh menatapnya.Wanita itu menjelaskan, "Aku mendengar nama itu dari mulut Bu Leah. Dia membencinya, jadi kami ...."Kalimatnya terhenti, hanya memberi isyarat dengan tangan. Mengisyaratkan bahwa dialah yang membantu Leah merancang perhiasan Natal dan informasi itu juga dibocorkan olehnya.Chelsea menghela napas lega, lalu berbisik, "Janice
Ketika mereka masih berbincang, Norman sudah mendapatkan sebagian data mahasiswa seni yang hilang."Kebanyakan dari mereka dibawa ke luar negeri dengan iming-iming gaji tinggi, lalu menghilang. Karena melibatkan penyelidikan lintas negara, prosesnya sangat lambat." Sambil berkata, Norman membuka beberapa foto.Saat ini, data lengkap hanya ada untuk belasan gadis. Kebanyakan baru lulus, muda dan cantik.Janice melirik foto-foto itu, lalu terpaku pada salah satu foto. Dia merasa gadis itu berbeda. Sissy.Janice menunjuk nama itu. "Mulai dari dia."Norman sedikit terkejut, secara naluriah menatap Jason.Jason mengangguk. "Cari tahu.""Baik." Norman pun pergi.Landon memandang kertas itu dengan wajah serius. "Apa sebenarnya yang sedang direncanakan Keluarga Azhara?"....Di tempat lain, Chelsea kedinginan. Dia menggigil, menyandarkan dahinya pada sebuah tangan. Dia ketakutan dan segera membuka mata. Yang terlihat adalah tiga wajah pucat dan asing."Kalian ...." Chelsea hendak mengangkat tu
Janice hanya tidur sebentar, tetapi mimpi buruk terus berdatangan, bahkan lebih melelahkan daripada saat dia terjaga.Begitu mendengar ucapan Landon, dia tak peduli pada tubuhnya yang berat dan langsung berdiri. Seketika, dunia berputar. Saat Janice hampir terjatuh, Jason langsung berlari mendekat untuk menahannya."Sudah lebih baik?" Jason meraba tangan Janice yang dingin, lalu mengusapnya dengan telapak tangannya.Janice mengangguk, buru-buru bertanya, "Chelsea di mana? Di mana dia?"Louise membawa secangkir teh dan berlari mendekat. "Jangan panik dulu, kita bicarakan baik-baik. Begitu kalian pulang, aku sudah merasa ada yang nggak beres."Setelah menyeruput teh, suasana perlahan menjadi lebih tenang. Memang benar terburu-buru tak akan menyelesaikan masalah. Yang penting Chelsea masih hidup.Landon berkata, "Aku sudah ambil rekaman CCTV dari kantor polisi, kalian lihat saja."Saat membuka rekaman, tepat terlihat adegan sebelum Chelsea diserang. Dia berjalan di tepi sungai, tiba-tiba