Share

Bab 603

Author: Danira Widia
Namun, jari Janice masih terluka. Tangan Anwar kebetulan mengenai lukanya sehingga rasa sakit seketika menjalar, seperti ada yang meremukkan jarinya secara paksa.

Untuk sesaat, Janice bahkan tak sempat peduli pada rasa sakit di pipinya. Kepalanya menoleh ke samping, rambutnya berantakan. Luka di jarinya kembali mengeluarkan darah, diserap oleh tisu hingga menetes ke lantai.

Anwar menuding tajam ke arahnya, suaranya penuh kemarahan. "Kalau bukan karena kamu, kenapa kamu bisa ada di rumah Jason? Kamu tahu nggak kalau Rachel hampir kehilangan nyawanya karena kamu? Dasar pembawa sial!"

Janice tertegun. Dia tidak pernah menyangka kondisi Rachel separah itu. Dia mengabaikan rasa sakit di pipinya dan menatap Anwar. Namun, saat itu juga, dia melihat kepuasan pada tatapan Elaine yang berdiri di belakang Anwar.

Janice langsung menyadari ada yang tidak beres. Sayangnya, Anwar tak memberi Janice kesempatan untuk bertanya. Pria tua itu mengangkat tangan lagi, bersiap menampar sekali lagi.

Namun, ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 604

    Arya melangkah mendekat, menatap sekeliling."Kondisi Rachel sudah aman." Setelah menjelaskan kondisi medis Rachel, Arya melanjutkan, "Tadi malam, bukan hanya Janice yang ada di rumah Jason, tapi juga aku. Jason menderita sakit pinggang, jadi aku meminta Janice untuk tinggal dan membantu. Aku baru pergi pagi ini.""Sedangkan alasan Jason bisa sakit pinggang, aku rasa ada seseorang yang tahu jawabannya." Arya tidak menyebutkan nama, tetapi pandangannya secara terang-terangan mengarah ke Elaine.Elaine berpura-pura tidak menyadarinya dan tetap tersenyum, meskipun urat di keningnya sedikit menegang.Namun, Arya tidak memberinya waktu untuk menenangkan diri. Suaranya dingin saat meneruskan, "Selain itu, tadi aku tanya pada Jason. Dia bilang semua obat yang selalu dibawa Rachel hilang."Ekspresi Landon langsung berubah serius. "Nggak mungkin. Rachel sudah mengonsumsi obat itu sejak lama. Dia nggak mungkin lupa membawanya.""Tergantung bagaimana kalian mau menangani masalah ini. Kalau perlu,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 605

    Arya bisa melihat tatapan Janice menjadi suram. Dia segera berjanji, "Aku akan membantumu mencari ahli terbaik. Kalau perlu, aku akan minta Jason mencarikan spesialis dari luar negeri ....""Jangan beri tahu dia." Janice memotong ucapan Arya. Dia menunduk dan berkata, "Kamu sendiri sudah melihat kondisi Rachel. Aku nggak ingin terlibat lebih jauh. Aku nggak sanggup menanggung nyawanya.""Semalam, aku sudah membantu sesuai permintaanmu. Jangan dibahas lagi. Aku akan bekerja sama dengan pengobatanmu.""Sebenarnya tadi aku bisa keluar secepat itu karena ....""Obati lukaku dulu." Wajah Janice tampak pucat pasi. Dia menahan air mata kepedihannya, lalu memalingkan wajah.Arya menghela napas, mengangguk, dan mulai membalut luka Janice. Setelah selesai, Janice bertumpu pada meja untuk berdiri."Rachel ada di kamar mana? Aku ingin menemuinya dan menjelaskan semuanya.""Aku akan menemanimu. Kebetulan ada laporan yang harus kuberikan padanya." Arya mengambil beberapa lembar kertas dari meja.Ket

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 606

    Janice turun dengan linglung. Saat duduk di taman, dia menyadari bahwa kolam yang sebelumnya kering kini telah terisi penuh kembali. Rumput di sekitarnya tampak lebih hijau, seolah-olah segalanya dipenuhi kehidupan.Hanya dirinya yang terasa seperti makhluk asing yang tidak cocok dengan dunia ini. Wajahnya pucat pasi, dia terjebak dalam musim dingin yang membekukan.Janice ingin meluapkan emosinya, tetapi dia bahkan tidak tahu harus menyalahkan siapa. Padahal, dia yang terluka, dia yang tersakiti.Namun, dia sepertinya menjadi satu-satunya pendosa di dunia ini, sedangkan yang lainnya adalah manusia paling baik yang hanya khilaf.Dengan putus asa, Janice mengepalkan tangannya erat-erat, seolah-olah hanya rasa sakit yang bisa membuatnya tetap tenang.Tiba-tiba, sebuah sosok tinggi menghampirinya. Seseorang meraih tangannya. "Janice."Suara Landon terdengar sedikit terengah-engah, menandakan bahwa dia datang dengan terburu-buru.Janice tersadar, lalu memaksakan senyuman. "Ada apa?"Landon

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 607

    Di bangsal, begitu Jason masuk, Rachel langsung menampilkan senyuman.Dengan susah payah, dia menopang tubuhnya. "Sudah selesai bicara dengan Dokter Arya? Aku sudah bilang aku baik-baik saja, tapi kamu tetap saja mengkhawatirkanku."Jason tidak menjawab. Dia berhenti di ujung ranjang dan menatap Rachel dengan tatapan datar.Rachel merasakan sesuatu. Tatapannya menjadi tajam dan tangannya tanpa sadar mencengkeram selimut erat-erat."Ada apa? Kamu khawatir aku akan menyalahkan Janice? Tenang saja, aku nggak berpikir macam-macam. Lagian, dia pacar kakakku." Rachel buru-buru menyatakan sikapnya, tetapi terlihat terlalu tergesa-gesa.Setelah mengatakan itu, dia baru menyadari bahwa dirinya berbicara terlalu banyak. Dia menggigit bibirnya, wajahnya yang pucat kini terlihat agak merah dan aneh.Jason bertumpu pada pagar tempat tidur, menatap Rachel dengan tatapan sedingin es, seolah-olah bisa menembus segalanya. "Rachel, kamu nggak seharusnya melakukan ini.""Apa?" Bibir Rachel bergetar."Oba

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 608

    Zion meminta Janice untuk menahan Arya, lalu dirinya buru-buru pergi membeli ikan.Kebetulan, Janice memang hendak menemui Rachel, jadi dia pun setuju. Beberapa hal memang lebih baik dijelaskan sendiri.Saat tiba di depan kamar rumah sakit, Keluarga Karim dan Keluarga Luthan sudah pergi. Hanya Arya dan Landon yang masih berdiskusi tentang kondisi Rachel.Melihat kedatangannya, Arya tiba-tiba terdiam. Janice merasa aneh. Dia baru saja hendak bertanya, tetapi Landon langsung mengalihkan pembicaraan. "Zion nggak ikut denganmu?""Dia ...." Janice berjinjit mendekatkan diri ke telinga Landon dan berbisik, "Begini ...."Landon langsung merasa canggung dan secara refleks melirik Arya.Arya yang melihat hal itu langsung merasakan firasat buruk. "Apa yang kalian bicarakan?""Nggak ada!"Janice segera bersembunyi di belakang Landon. Dari sudut pandang orang lain, ini terlihat seperti tindakan penuh kepercayaan dan keintiman di antara pasangan.Arya dan Landon sama-sama tertegun. Tepat pada saat

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 609

    Di perjalanan, Landon melihat Janice sedang membaca informasi pendaftaran kuliah. Sekilas, dia melirik nama sekolah itu. Itu adalah sekolah yang dia pilihkan untuk Janice."Janice, kamu nggak perlu ...."Janice langsung menyela, "Jangan menebak-nebak. Meskipun universitas yang direkomendasikan oleh Jason itu bagus, jurusan itu bukan untuk orang biasa. Biayanya terlalu mahal, bahkan yang mendapatkan beasiswa pun sudah ditentukan dari pihak universitas."Tak bisa dipungkiri, universitas itu memang punya reputasi bagus dan telah melahirkan banyak desainer legendaris.Namun, setelah Janice mencari daftar nama mahasiswa dari tahun-tahun sebelumnya, ada satu kesamaan yang mencolok. Mereka adalah putra atau putri dari seseorang yang berpengaruh.Beasiswa yang terlihat begitu menggiurkan itu, nyatanya hanya untuk mempercantik resume para anak orang kaya. Jumlah uang itu bahkan mungkin tidak cukup untuk membeli satu tas mereka.Janice tahu diri. Dia tidak bisa dibandingkan dengan mereka. Segala

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 610

    Karena masalah antara Arya dan Zion, atmosfer ambigu dalam mobil langsung menghilang.Meskipun Landon mengulang kembali momen tadi, pikiran Janice sekarang penuh dengan ikan mas.Untungnya, Landon adalah pria yang pengertian. Dia tersenyum dan mencairkan suasana canggung. "Sudah merasa lebih baik?""Mm." Janice bahkan merasa lucu dengan situasi ini.Setibanya di apartemen, Landon menerima telepon pekerjaan, jadi dia tidak mengantar Janice ke atas.Di perjalanan pulang, Zion melirik Landon melalui kaca spion. "Pak, panggilan dari Arya tadi jelas sengaja. Kalau benar ingin mempermasalahkan, seharusnya dia meneleponku. Aku yakin ini pasti ulah Pak Jason. Kenapa kamu nggak menjelaskan ke Bu Janice?"Landon tetap tenang. "Kamu pikir Janice nggak tahu? Kadang, menganggap sesuatu sebagai lelucon dan tertawa saja sudah cukup untuk melepaskan diri dari masalah.""Oh .... Eh, maksudnya aku ini leluconnya?" Zion tampak kesal.Landon hanya melirik sekilas, menyuruhnya berpikir sendiri. Zion langsu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 611

    Janice merasa sesak di dadanya, tetapi dia tidak bisa memikirkan solusi yang lebih baik. Jason mengetuk pintu dengan sangat keras, orang di lantai bawah pasti bisa mendengarnya. Sebelumnya, Jason bahkan melapor ke polisi bahwa terdengar suara tembakan di sini, dia benar-benar tidak ingin didatangi polisi lagi.Sebelum Jancie berbicara, Jason yang sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan Janice pun membantu Janice masuk ke dalam. "Ayo masuk."Janice hanya bisa mengikuti Jason masuk ke ruang tamu.Jason segera mengambil kotak obat dari lemari di bawah TV. Begitu dia duduk, Janice langsung bergeser ke samping. Dia mencari obatnya sambil berkata dengan nada muram, "Lebih baik kamu tinggalkan saja tanganmu di sini. Kamu boleh pergi berkeliling sebentar baru kembali lagi."Mendengar sindiran itu, Janice terpaksa bergeser kembali dan mengulurkan tangannya.Setelah membuka perban dan melihat lukanya, ekspresi Jason menjadi dingin. "Kenapa lukanya bisa robek seperti ini?"Janice bingung kare

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 760

    [ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 759

    Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 758

    Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 756

    Setelah bertemu dengan pemilik penginapan, Janice mengatakan bahwa dia ingin menginap dulu di penginapan tersebut.Pemiliknya tampak ketakutan karena insiden bunuh diri wanita sebelumnya. Melihat Janice datang sendirian, tatapannya pada Janice terlihat aneh. Bukan karena nafsu, melainkan karena takut Janice mati di penginapannya tanpa ada yang tahu.Pemilik penginapan pun berbaik hati mengajak Janice tinggal di properti lain miliknya yang tidak dekat dengan pantai.Saat memberikan kunci, dia bahkan menasihati, "Kamu masih muda dan cantik, harus bisa move on. Di dunia ini masih banyak pria."Janice sudah berkali-kali menjelaskan bahwa dia tidak ada niat bunuh diri, tetapi si pemilik tetap tak percaya.Keesokan harinya, setelah Janice menandatangani kontrak sewa, dia baru percaya bahwa Janice memang serius menyewa tempat itu. Dia bahkan bersikap sopan dan mengajak Janice sarapan bersama.Setelah sarapan, Janice mulai menjelajah layaknya seorang turis. Saat waktu di luar negeri sudah sama

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 755

    Pada suatu liburan musim panas, Ivy tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas. Kebetulan saat itu Janice jatuh sakit parah. Pengobatannya menghabiskan banyak uang.Ivy menangis sepanjang malam. Sebelum fajar menyingsing, dia sudah menggandeng Janice berdiri di pinggir jalan tol menunggu kendaraan.Dia bahkan bersumpah tak akan membiarkan siapa pun menemukan mereka. Namun, setelah kabur seminggu, lokasi mereka terdeteksi karena tempat penginapan.Zachary pun menjemput mereka pulang. Kalau diingat sekarang, Janice ingin tertawa.Saat sedang tenggelam dalam kenangan, sebuah bus besar berhenti di depannya. Katanya ada pemeriksaan sebelum masuk tol, tetapi orang-orang di sekitar sudah naik dan memasukkan barang ke dalam bagasi.Janice sendiri tak punya tujuan tertentu. Yang penting bisa membawanya keluar dari Kota Pakisa.Dia menarik masker dan ikut naik ke dalam bus. Setelah membayar, dia memilih tempat duduk kosong secara acak.Tak disangka, penumpang dalam bus itu cukup ramai meskipun ha

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 754

    Rachel mencengkeram baju Jason seolah-olah menggenggam cahaya terakhir dalam hidupnya. Sampai akhirnya, Jason perlahan menunduk dan mendekatinya.Air mata berlinang di wajah Rachel, seberkas harapan terpancar dari tatapannya. Rachel yakin, Jason tidak akan meninggalkannya begitu saja.Namun, detik berikutnya, hatinya seakan-akan tenggelam ke dalam danau es.Jason menggenggam tangannya, melepaskannya satu per satu. Suaranya datar, dingin seperti es. "Aku akan menemanimu sampai akhir. Hanya itu. Itu adalah utangku padamu."Rachel menatap tangannya yang terlepas perlahan. Air matanya jatuh makin deras. Dia tak sanggup menerima. Benar-benar tak sanggup.Karena tahu hidupnya tidak akan lama lagi, dia makin terobsesi pada apa yang benar-benar dia inginkan. Sekarang, satu-satunya yang dia pedulikan hanyalah Jason.Mau itu egois, mau itu obsesi, dia hanya ingin Jason tetap bersamanya. Dengan tidak rela, Rachel kembali menarik Jason dan akhirnya mengucapkan alasan sebenarnya kenapa Jason bersed

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 753

    Sebelum dia sempat berbicara, lengannya sudah lebih dulu dicengkeram erat oleh pria itu. Dengan suara benturan keras, sepanci sup hangat yang baru saja matang langsung tumpah.Tatapan Jason tajam, jemarinya menegang, matanya merah, auranya penuh kemarahan dan niat membunuh. "Kenapa kamu harus mencarinya?"Rachel mendongak dengan kesakitan, menatap pria yang mengerikan itu dengan air mata mengalir. "Jarang sekali aku melihatmu sepanik ini. Kamu marah? Kalau marah, lampiaskan saja padaku!"Melihat air matanya, Jason seperti melihat kutukan yang memaksanya melepaskan cengkeramannya. Namun, Rachel malah menangis semakin keras. Dia melangkah pelan, ingin mendekatinya.Jason justru mundur dua langkah, menghindari sentuhannya. Mata hitam legamnya redup, seperti tenggelam dalam kabut yang hening, memandang Rachel seperti menatap laut tanpa gelombang.Rachel terisak-isak. "Kamu bahkan nggak mau marah padaku? Kenapa kamu rela melakukan apa saja demi dia?""Kakakku bantu Janice cari apartemen, la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status