Share

11. Anak bernama Fatih

Simon semakin gencar mengumpulkan pengikut. Dia merekrut banyak preman pasar dan jalanan dan di bagi menjadi tiga kelompok.

Satu kelompok, berisi orang-orang terpilih, setia dan tidak takut mati. Kelompok yang lain, terdiri dari para preman yang berani dengan badan kekar dan pandai beladiri. Dan kelompok satu lagi terdiri dari para preman biasa yang sok jago dan tukang palak.

Dipa, Hamdan dan Bono membawa mereka menggunakan sebuah Bus, entah kemana.

Ryu hanya melihat mereka tanpa berani bertanya sedikitpun pada Simon.

"Lu beli makan, sono," perintah Simon sambil memberikan selembar uang merah pada Ryu.

Gegas, pemuda itu pergi ke warung makan terdekat.

Saat kembali ke rumah, Simon sudah pergi menggunakan sebuah mobil. Ryu memakan sendiri nasi yang tadi dibelinya.

Ketika dia makan dengan lahap, seorang anak kecil lewat di depannya dengan menatap sendu ke arahnya. Anak itu menelan ludah melihat Ryu yang makan dengan lahap. Pemuda itu menghentikan makannya, dan menatap anak itu.

"Kamu mau?" Ryu memberikan satu bungkus nasi jatah Simon pada anak itu. Anak itu diam tak menjawab. Dia tetap bergeming di tempatnya berdiri.

"Makan sini. Tidak usah takut," bujuk Ryu yang membuat anak itu mendekat perlahan padanya.

Ryu membuka bungkusan nasi dan memberikan pada anak itu. Dengan lahap, dia memakannya. Ryu tersenyum melihatnya.

"Siapa namamu?" tanya Ryu setelah anak itu selesai makan.

"Fatih, Bang."

"Kamu sepertinya bukan anak komplek sini. Di mana rumahmu?" 

"Jauh, Bang. Harus naik Bus besar," jawabnya polos.

"Terus ngapain kamu di sini? Sama siapa?"

Fatih termenung sesaat. Lalu dia menatap Ryu dengan sendu.

"Aku cari Abang. Kata orang, Abang dibawa ke Jakarta," jawabnya lirih.

"Kamu terpisah dengan Abangmu? Coba ceritakan sama abang semuanya." Ryu memandang anak kecil yang dekil itu prihatin.

"Emakku habis meninggal karena kecelakaan. Terus tiba-tiba ada Om kaya datang dan mengajak Abangku menjadi anaknya. Awalnya, Abang menolak, dan ingin aku ikut. Tapi Om kaya itu, memaksa Abang dan menyuruh aku masuk ke panti asuhan. Aku lari dari panti asuhan dan pengen cari Abang. Aku pulang ke rumah yang dulu, dan kata orang, Abang diajak ke Jakarta." Fatih menjeda kalimatnya.

"Kenapa yang dijadikan anak hanya Abangmu dan kamu tidak?" tanya Ryu. Dan Fatih hanya menggeleng.

"Terus kamu mau cari Abangmu kemana?"

Lagi-lagi Fatih menggeleng tidak tahu.

"Atau kamu tahu, nama orang yang membawa Abangmu?"

Fatih menggeleng lagi.

"Aku ga tahu, Bang. Tapi nama Abangku, Faris."

Ryu termenung. Nama Faris banyak sekali di kota besar ini. Dan yang dia tahu dan kenal, hanya satu nama dengan nama Faris. Yaitu Faris Wicaksono, putra konglomerat Wicaksono yang dingin dan arogan, adik kelasnya di sekolah.

Ryu menyuruh Fatih agar tinggal dengannya untuk sementara selama dia mencari keberadaan Abangnya. Toh, pasti Simon akan mengijinkan. Namun bocah kecil itu menolak halus dan ingin tetap mencari Abangnya.

Pemuda itu merasa tersentuh dan memberikan semua sisa uang kembalian beli nasi pada anak itu. Lalu Fatih pergi setelah mengucapkan banyak terimakasih.

Anak kecil itu begitu santun dan tahu tata krama. Pasti orangtuanya dulu mendidik dia dengan baik. Sayang sekali, anak sekecil itu harus menggelandang di kota besar ini hanya untuk mencari Abangnya, yang entah berada di mana. Ryu mendesah prihatin.

Selam satu minggu, Simon tidak pulang le rumah. Hanya Dipa yang pulang dan memberinya uang lumayan banyak, membuat Ryu heran.

"Duit dari mana, Bang?"

"Udah, ga usah banyak tanya. Kita punya bisnis besar sekarang. Itu untuk idup lu selama Abang lu ga pulang. Dia cuma pesan, belajar yang benar, biar dapat nilai bagus, biar bisa kuliah," ujar Dipa sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

"Kuliah? Duit dari mana, Bang?" kata Ryu tertawa geli.

"Heh anak bego! Abang lu bentar lagi jadi orang kaya. Jangankan biayain kuliah lu di sini. Di luar negeri juga dia sanggup," sahut Dipa barapi-api.

"Udah, gue balik lagi. Pokoknya ingat pesen Abang lu. Tugas lu cuma belajar ma sekolah. Jangan sampai lu kek kita-kita. Ngarti kagak?" lanjut Dipa.

"Iye, Bang." jawab Ryu menganguk.

Kemudian mantan preman terminal itu pergi menggunakan mobil sedan yang bagus. Ryu tertegun melihatnya. Bisnis apa yang sedang dijalankan Abangnya beserta para anak buahnya? Apakah ini ada hubungannya dengan laki-laki yang bernama Deri? 

Benarkah yang dia lihat kemarin, Deri yang pernah datang ke sini, menjadi sopir dari Faris? Ryu mengacak rambutnya frustasi karena penasaran.

***

Siang yang terik dengan mentari tepat di atas kepala. Ryu berjalan dengan lunglai karena lelah. Pikirannya terkuras tadi saat mengerjakan soal-soal latihan ujian nasional.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti mendadak tepat di hadapannya. Keluar Jason dari dalam mobil dengan tatapan angkuh dan merendahkan pada Ryu.

Ryu hanya menatap jengah padanya. Dia sama sekali tidak tertarik pada pemuda itu. 

"Hei gembel. Gada duit lu, pulang cuma jalan kaki?" 

Ryu tidak menanggapinya. Dia hendak beranjak pergi, saat tiba-tiba Jason menarik bahunya dan langsung memukul tepat di rahangnya. Ryu terjungkal dan membuat Jason tertawa terbahak-bahak.

Pemuda itu menelan salivanya, dan bengkit. Dia tetap diam dan tidak ada niat untuk membalas perbuatan Jason. Ryu mengusap peluh dan melanjutkan jalannya. Sikap Ryu ini membuat Jason semakin meradang. Dia merasa diremehkan.

Dengan sekuat tenaga, Jason menendang punggung Ryu hingga pemuda itu jatuh tertelungkup. Dan Jason tertawa girang melihatnya.

Rahang Ryu mengeras, kedua tangan terkepal dan wajahnya meringis menahan marah. Dia bangun dengan perlahan dan hendak membalas Jason, saat tiba-tiba dia teringat oleh Agatha yang lembut dan hangat. Ryu memejamkan mata untuk menetralisir amarahnya.

Jason yang sudah bersiap menerima serangan balasan dari Ryu, mendadak kecewa karena lagi-lagi pemuda itu tak acuh dan pergi meninggalkannya. Kali ini Jason benar-benar marah. Namun, dibalik kemarahannya, dia tersenyum licik.

Sebuah pisau dia keluarkan dari saku celananya. Dia mendekati Ryu yang berjalan memunggunginya dan tiba-tiba,

"aduh, sakit! Sakit … aduh …." Jason mengerang dan jatuh ke tanah.

Ryu terkejut dan berbalik. Dia menjadi pucat saat melihat Jason merintih dengan memegang lengannya yang bersimbah darah. 

"Jason … kenapa ini?" teriak Ryu panik.

"Aduh … sakit banget," rintih Jason, sambil pisau yang dipegangnya diberikan pada Ryu. Pemuda itu menerimanya tanpa sadar. 

Beberapa orang mulai mendekati mereka. Jason semakin merintih yang membuat Ryu semakin bingung. 

"Sebaiknya bawa ke rumah sakit aja." Seseorang berseru.

"Lukanya pasti dalam itu. Lihat, darah tak juga berhenti." Seseorang yang lain menimpali.

Tanpa pikir panjang, Ryu menghentikan sebuah taksi dan mengangkat tubuh Jason lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Irwan Layung
apakah semua novel yg ada di goodNivel, klo sdh baca jauh kok bisa balik lg ke awal , novel in saya baca sdh bab18, kok balik ke bab 11 terkunci lg kok gitu ya, berarti saya harus buka lg dari awal dan b pake koin juga parah..
goodnovel comment avatar
MAKNIATI S. Pd. I
ujung2 nya pakai koin
goodnovel comment avatar
686 Ryan Ar rahman
lanjut penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status