"Dia pacar lu, ya?" tanya Hamdan sambil melirik Ryu yang senyum-senyum sendiri di sampingnya. Kali ini Hamdan yang menyetir karena Ryu belum begitu lancar.
"Enak aja lu, Bang. Pacar dari Hongkong!" bentak Ryu tidak terima.
"Heh, kurang ajar ma orangtua lu. Kagak ada sopannya," dengus Hamdan mendengar jawaban Ryu.
Pemuda itu hanya mencibir ke arah pria kekar bertato itu."Terus kalo bukan pacar siapa? Mesra banget sampe peluk-pelukan. Gue ma istri aja lom pernah begitu."
"Dia itu Tante Agatha. Seorang wanita yang paling baik di muka bumi ini bagi gue," ucap Ryu yang terdengar seperti sebuah gumaman.
Hamdan menoleh padanya yang masih saja senyum-senyum sendiri. Hingga dia berpikir bahwa otak pemuda di sebelahnya ini tidak beres. Mereka berhenti di sebuah warung untuk istirahat makan siang. Dan saat makan pun, Ryu masih sering senyum dan melamun. Hamdan merasa gusar melihatnya.
Setelah sampai di rumah, Hamdan la
Hamdan dan Dipa mengangguk-angguk tanda mengerti."Itu sebabnya, lu belum bisa bilang yang sebenarnya sama Ryu, Bang?" tanya Hamdan. "Selain itu, gue juga mau memastikan tentang kematian Dirman, apakah ada hubungannya dengan Agatha. Gue yakin, Dirman melihat suatu benda tentang identitas si penabrak kemudian menggambarnya di tanah. Cuma yang bikin gue bingung ... kenapa tanda yang digambar Dirman, sama persis dengan kalung liontin milik Ryu dan Agatha." Simon termenung nampak memikirkan sesuatu. "Jika benar Ryu putra Nyonya Agatha, berarti dia saudaranya Jason dan juga putra Tuan Dean. Maka dua orang bapak beranak itu telah salah memilih musuh. Benar begitu, Bang?" Dipa ikut menimpali. Simon masih termenung dengan wajah serius. "Gue rasa bukan," jawabnya lirih."Ryu memang saudara Jason karena mereka terlahir dari rahim yang sama. Tapi Dean ... bukan ayah kandung dari Ryu," lanjutnya lagi pelan. "Darimana lu tahu, Bang?" tanya
Sore yang kelabu dengan awan gelap menggelayut di angkasa. Ryu baru saja mandi dan keluar dari dalam kamar sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk.Sebuah mobil hitam metalik berhenti di depan rumah tepat saat hujan tumpah dengan derasnya membasahi bumi.Simon keluar dari mobil bersama Hamdan."Narti dah pulang?" tanya Simon. Asisten rumah yang membantu di rumahnya memang tidak menginap dan selalu pulang jika semua pekerjaan telah selesai."Udah dari tadi, Bang.""Lu dah makan?" Simon mengambil sebuah softdrink dari dalam lemari pendingin dan meneguknya dengan cepat. Pria itu seperti sangat kehausan."Iyes," jawab Ryu singkat."Duduk sini, gue mau bicara." Simon memberi isyarat juga pada Hamdan untuk duduk dan mendengarkannya."Ada apa, Bang? Kek serius banget." Ryu mengusap setetes air yang menetes di dahinya."Iya, serius. Makanya selama gue bicara, jangan ada yang menyela sampai gue sel
"Tuan muda, makasih. Anda tidak hanya menolong saya, tapi juga abang saya," ucap Ryu tulus.Faris membalikkan badannya. "Seharusnya lu bunuh Jason, agar tidak selalu menindas lu," ucapnya datar dengan tatapan dingin.Ryu tersenyum dan mengangguk. Karena Ryu tahu sedikit banyak cerita tentang kehidupan pemuda di depannya ini dari Simon. Masa kecilnya yang miskin dan kekurangan, padahal sesungguhnya dia adalah pewaris sah dari perusahaan besar. Faris adalah cucu satu-satunya dari Damar Abimanyu, seorang milyarder yang terkenal. Karena sebuah perebutan kekuasaan membuat Faris harus hidup terlunta.Faris beranjak pergi meninggalkan mereka berdua yang masih menatap dengan pandangan kagum. Seharusnya dia libur hari ini karena untuk ujian kakak kelasnya. Namun, karena ada sesuatu yang tertinggal di loker pribadinya, maka pagi ini dia datang ke sekolah untuk mengambilnya.Bel berbunyi tanda masuk untuk memulai ujian.
Ryu menitipkan motor sport-nya di markas Tigor, karena Agatha ingin mengajaknya pergi. Mobil Agatha meluncur ke arah luar kota dan menuju ke sebuah restoran yang terdapat danau buatan yang indah. Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam sebuah gazebo pinggir danau. Ada sampan kecil bertengger di samping gazebo untuk siapa saja yang ingin menaikinya."Tante mau ke tengah danau itu?" Ryu menawari Agatha untuk naik ke sampan."Saya takut," jawabnya ragu."Ga papa, Tan. Ryu pegangin, sini tangannya." Dia menyambut uluran tangan Agatha dan membimbingnya naik ke dalam sampan. Setelah itu Ryu mendayung hingga ke tengah danau."Nah, di sini indah bukan pemandangannya.""Iya. Semilir anginnya juga lebih sejuk. Ryu sudah selesai ujian kan?""Sudah dua hari yang lalu. Ini masuk bebas aja di sekolah, lihat class meeting para adik kelas," jawab Ryu."Ryu nanti mau melanjutkan kuliah di mana?" Agatha me
Simon dan Dipa bergegas menuju mobil di parkiran black house. Pria itu cemas setelah mendapat kabar dari salah satu anak buahnya tentang keadaan Ryu yang mabuk berat dan membuat onar.Mobil segera melesat pergi meninggalkan black house menuju Jakarta.Sekitar dua jam kemudian, mobil Simon sampai di markas Tigor. Mereka disambut oleh Tigor dan beberapa anak buahnya yang berdiri di depan markas.Simon menghampiri mereka dan melihat Ryu yang tergolek di sebuah kursi kayu depan rumah."Dari tadi begini, Bang keadaannya. Tadi waktu awal minum, dia ngoceh sama nantang orang-orang di depan," ujar Tigor."Siapa yang kasih dia minum?""Kagak tahu, Bang. Dia datang udah dalam keadaan mabuk berat. Mana masih pake seragam sekolah lagi.""Jadi lu ga tahu kejadiannya, kenapa dia bisa datang kemari? Di mana motornya," tanya Simon dengan masih menatap Ryu yang tertidur dengan sesekali dia mengigau tak jelas."Tadi s
Agatha memandang Ryu yang masih tertidur dengan sendu. Berkali dia mengusap air matanya. Wanita itu duduk di tepi ranjang, membungkukkan badannya dan mencium pipi Ryu. Bau alkohol menyeruak tajam masuk indra penciumannya. Namun, wanita itu tak peduli dan mengusap lembut pipi Ryu dengan terisak.Simon menatap gamang dengan pemandangan di depannya. Di satu sisi dia marah dan kecewa, kenapa harus Agatha yang menabrak Dirman. Tapi di sisi lain, dia bingung harus bagaimana karena wanita ini adalah ibu kandung Ryu. Meski dia belum memastikan kebenarannya."Seumur hidup baru sekali ini dia mabuk. Kami memang tinggal di lingkungan keras. Tapi Dirman, mampu mendidik Ryu kecil agar tidak terpengaruh dengan lingkungannya," pungkas Simon."Saya tahu dia terpukul. Dan semua ini karena saya. Seandainya saat itu saya lebih melawan Dean, mungkin Ayahnya bisa terselamatkan." Agatha menatap Ryu sendu."Saya rasa percuma, Nyonya. Melihat karakter
Dipa yang lebih dulu sampai di pintu kamar Ryu, langsung membukanya dan terkejut melihat pemuda itu terkapar di lantai dengan sebuah nakas kecil menindih tubuhnya.Bono yang melihat malah tertawa terpingkal-pingkal, bukannya menolong. Simon memukul kepalanya dan segera membantu Ryu berdiri, sedang Dipa yang mengangkat nakasnya."Lu kenapa sih?" Simon memapah Ryu menuju ranjang.Bono segera lari ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Ryu, sebelum dia kena pukul lagi."Pusing banget pala gue, Bang." Ryu memijit keningnya."Makanya, ga usah sok-sokan minum," ujar Dipa menimpali.Ryu diam. Wajahnya berubah sendu dengan netra mulai berkabut. Jemari tangannya mulai mengetuk-ngetuk pangkal paha. Sikapnya ini membuat Dipa terhenyak, karena persis sama seperti yang dilakukan Agatha semalam. Dipa memandang Simon dan pria itu hanya menanggapi dengan senyum yang penuh arti."Tong, di minum dulu, gih." Bono menyodorkan te
Kembali pria bertato itu menatap dua orang paruh baya itu dengan tatapan menelisik."Apakah ada tanda pengenal untuk mengenali bayi itu?""Sebuah kalung liontin pemberian Lingga, ayahnya dan juga saat hilang bayi itu mengenakan baju rajutan dan ada namanya Ryu," ujar Darmi.Simon terdiam cukup lama sambil menatap tajam dua orang di depannya, membuat mereka merasa risih dan salah tingkah."Kenapa kamu seperti ini? Kami sudah menceritakan semuanya. Pertanyaan kami dari tadi belum kamu jawab sama sekali." Darmi mulai tersulut emosi.Simon tersenyum dengan tenang. "Maaf. Tapi gue hanya ingin memastikan cerita kalian itu tidak mengada-ada," jawabnya."Maksud kamu apa? Agatha sampai depresi kehilangan bayinya. Bahkan saat menikah dengan Dean, dia masih depresi membuat Tuan Prayoga menyesali perbuatannya," ujar Darmi dengan menatap tajam Simon.Pria itu menarik napas dalam, "baiklah. Mengenai kalung liontin itu, seperti apa bentu