"Dunia di mana kenyataan adalah sesuatu yang dramatis dan imajinasi adalah sesuatu yang membosankan." -Bukan aku- Dari Ruka yang tidak peduli kehidupan siapa pun selain dirinya sendiri, hingga Chris yang tidak peduli kehidupan siapa pun termasuk dirinya sendiri - dan masih banyak lagi. Scylaac hadir di tengah-tengah dunia sebagai pemilik kenyataan yang terlupakan. Ia ada di dalam dunia tanpa menjadi bagian dari dunia. Scylaac adalah dunia itu sendiri. Scylaac adalah dunia yang sempurna. Ayu hadir di tengah-tengah Scylaac untuk menghancurkan Scylaac.
View MoreManusia. Makhluk paling rumit, makhluk paling kompleks, makhluk paling sulit dimengerti yang pernah ada. Maksudku, sebagian dari mereka bisa menjadi sosok yang sangat naif; terpampang isi pikiran maupun hatinya hanya dengan membaca air mukanya. Sebagian lainnya tidak. Sebagian dapat dikenali sifat dan karakternya melalui frekuensi pertemuan yang intens. Sebagian lainnya butuh waktu seumur hidup, bahkan mungkin lebih, hanya untuk sekadar mengetahui maksud sebenarnya dari setiap ucapannya.
Aku tidak begitu; dan aku tidak akan pernah - dan memang tidak pernah juga - bisa mengerti yang seperti itu.
Tapi tidak semuanya sesederhana itu. Tidak semuanya sesederhana psikopat paling sadis yang dapat kau temui dalam buku sejarah. Tidak semuanya sesederhana pedofil paling menjijikkan yang dapat kau baca dalam surat kabar online. Tidak semuanya sesederhana koruptor bermuka dua yang dapat dengan santainya menyuarakan pesan-pesan moral penggugah hati di saat anak buahnya mengerjakan pekerjaan kotornya di tempat terpisah. Tidak semuanya sesederhana itu.
Sebab apa yang ada di sini, di tempat ini, merupakan contoh paling nyata dari opini panjang lebar telah kukemukakan ini. Mereka yang ada di sini adalah sebagian kecil dari eksistensi kolektif yang jauh lebih besar. Mereka yang ada di sini ... yah, tidak sama dengan contoh-contoh manusia di dalam penjabaran panjang lebar yang telah kukemukakan di atas.
"Hahaha … bener banget! Gua setuju ama lu!" kata salah satu di antara mereka.
"Iya, kan? Gua bilang juga apa. Hidup itu nggak ada gunanya. Ngapain capek-capek ngenjalanin hidup, kalo ujung-ujungnya bakalan mati juga," tanggap lawan bicaranya.
"Bener! Bener banget! Makanya gua suka banget ngebunuh orang. Soalnya nggak ada gunanya mereka hidup," kata salah satu di antara mereka itu lagi.
"Lah? Tapi lu sendiri ngenjalanin hidup. Seharusnya lu juga mati aja, dong," tanggap lawan bicaranya itu lagi.
Begitu seterusnya.
"Wah, sori, deh. Kalo soal itu, gua nggak setuju ama lu. Yang hidupnya nggak berguna itu orang lain. Bukan gua."
"Ooh. Berarti kita sedikit beda pendapat soal ini. Kalo menurut gua, semua kehidupan itu nggak ada gunanya."
"Berarti hidup lu juga nggak ada gunanya, dong."
"Ya iya, lah."
"Kalo gitu, ngapain lu hidup? Kenapa nggak mati aja?"
"Ya nggak kenapa-napa. Emang belum mau mati aja. Tapi kalo lagi kepengen, gua bakalan bunuh diri, kok."
"Wah, kalo gitu, gua bunuh aja, ya?"
"Hmm. Gimana, ya?"
"Ayo, dong. Gua udah gatel banget nih pengen ngebunuh lu. Jujur aja, ya. Hari ini gua belum ngebunuh orang satu pun!"
"Hmm. Oke, deh. Berhubung gua juga udah bosen hidup."
"Hah? Beneran, nih? Gua boleh bunuh lu?"
"Boleh. Silakan aja. Lagian lu kan juga penghuni Scylaac. Kayaknya asik juga kalo dibunuh sama sesama penghuni."
"Waaahh ... nggak salah gua pulang hari ini. Ternyata! Akhirnya bisa juga gua ngebunuh penghuni Scylaac."
"Loh? Emangnya selama ini lu nggak pernah ngebunuh penghuni Scylaac?"
"Nggak pernah. Soalnya gua suka banget sama semua penghuni Scylaac. Jadi gua nggak mau ngebunuh mereka."
"Hahaha. Ababil lu! Masa pembunuh pilih-pilih korban."
"Hahaha. Iya, nih. Gua juga nggak nyangka. Ternyata gua ababil juga, ya. Hahaha."
"Hahaha."
"Eh, ngomong-ngomong, gua udah boleh ngebunuh lu belum, nih? Gua udah nggak sabar, nih."
"Hmm. Oke, silakan. Tapi jangan kasar-kasar, ya."
"Hah? Kok gitu, sih? Gua lagi pengen banget nih ngeremas-remas leher orang."
"Hah? Apa-apaan, tuh? Nggak mau, ah. Kalo cara lu kayak gitu, gua nggak mau."
"Yaah. Kok gitu, sih? Ayo, dong. Tadi kan lu udah oke. Gua pengen banget nih ngehancurin leher sama muka lu. Ayo, dong. Pliiiss ...."
"Iya, boleh-boleh aja kalo lu mau ngebunuh gua. Tapi jangan nyiksa gua, dong. Kalo lu mau bunuh gua, pastiin supaya gua langsung mati seketika."
"Aduuh. Gua paling nggak suka ngebunuh orang kayak gitu. Nggak ada gregetnya. Nggak ada gunanya ngebunuh orang kalo gua sendiri nggak bisa menikmati pembunuhannya."
“Yaah … jadi gimana, dong?"
“Hadehh ... aarghh ... ya udah, lah. Kalo gitu, gua patahin aja deh leher lu."
“Hah? Seriusan? Lu mau ngebunuh gua kayak gitu?”
“Sebenarnya nggak mau, sih. Tapi ya mau gimana lagi. Yah, hitung-hitung lu kan juga penghuni Scylaac. Jadi gua rela deh ngorbanin hasrat gua."
"Wah, kalo gitu makasih, ya. Oke, deh. Gua siap. Lu bisa bunuh gua kapan aja."
“Sip. Kalo gitu, gua bunuh lu sekarang," tutup Ruka.
Semua penghuni Scylaac menjalani hidup tanpa mengenal kewajiban. Mereka semua tidak pernah membebani diri dengan pekerjaan. Itu tidak diperlukan. Hal itu bukan berarti penghuni Scylaac tidak bekerja sama sekali. Sebagian kaum campuran masih memiliki pekerjaan tetap di dunia luar. Mereka memang hidup berpindah-pindah dari Scylaac ke dunia luar dan sebaliknya hingga seterusnya. Tapi mereka tidak terikat pada pekerjaan mereka. Jika mereka mau, mereka dapat melepaskan status mereka di dunia luar dan hidup nyaman di alam Scylaac kapan pun mereka mau.Untuk orang asing, sebagian dari mereka bekerja dengan menjalankan apa yang mereka yakini. Ayu adalah contoh yang paling gamblang. Mungkin misinya di Scylaac tidak berorientasi kepada hasil berupa upah pekerjaan. Tetapi baginya apa yang dilakukannya itu tetaplah sebuah pekerjaan. Kebanyakan orang asing yang bekerja melakukan hal yang berbeda dengan dasar yang serupa. Mereka yakin dan percaya pada kebenaran diri sendiri.
Jika aku mengatakan bahwa para penduduk asli bisa dan biasa berinteraksi dengan hewan liar, mungkin itu sudah tidak lagi terdengar mengejutkan. Tetapi pengertian hubungan sosial bagi para penduduk asli jauh melebihi itu. Bagi mereka apa pun yang ada di alam Scylaac, hidup maupun mati, semua itu adalah sama. Semua itu adalah sesama mereka yang sama-sama hidup dan mati dalam satu kesatuan. Penduduk asli bisa menghabiskan waktu seharian penuh berinteraksi dengan pohon, air, bahkan batu. Itu sudah menjadi pemandangan yang sangat biasa di alam Scylaac. Mereka berinteraksi dengan menggunakan pikiran dan batin mereka - sesekali dengan mulut. Mereka berbincang-bincang, mereka bermain bersama, mereka saling berbagi kesenangan dengan semua yang ada di alam Scylaac. Mereka melakukan itu semua secara alami tanpa pernah sekali pun mereka paksakan untuk mereka umbar kepada para penghuni lainnya. Penduduk asli hidup dengan menjadikan alam sebagai bagia
“Kak?”“Kamu sudah bangun?” kata Baskara sambil tersenyum.“Itu apa?”“Tanaman obat. Bunga-bunga di sini bisa menjadi obat yang baik untukmu.”Ayu memandangi ramuan yang sedang dibuat oleh Baskara. “Aku baru tahu Kakak mengerti tentang ilmu tanaman.”“Tidak, kok. Aku hanya kebetulan saja mendengarnya dari percakapan para penduduk asli saat sedang mencari tempat untuk kita tinggali.”Ayu bangun dan mengambil posisi duduk.“Kakak tak perlu terus menjagaku di sini. Aku baik-baik saja, kok. Kalau Kakak mau, Kakak boleh jalan-jalan.”“Tidak, aku tidak mau meninggalkanmu. Kamu sedang sakit. Kamu pasti perlu bantuan sewaktu-waktu.”“Tak usah khawatir. Aku baik-baik saja. Aku juga tak mau jadi beban buat
“Kompresnya sudah dingin?” tanya Baskara.“Sedikit lagi,” jawab Ayu.Baskara menghela napas jenuh.“Mengapa kamu belum juga tidur?” tanyanya khawatir. “Dengan kondisimu yang seperti ini, kamu juga tidak akan bisa berbuat apa-apa. Lebih baik kamu istirahat saja sekarang. Kamu kan belum tidur lagi sejak tumbang subuh tadi.”“Kakak malah sama sekali belum tidur sejak semalam.”“Jangan pikirkan orang lain.”Ayu membuka kedua matanya.“Tuh, kan. Matamu juga sudah sangat merah. Tidurlah. Kamu pasti sudah sangat mengantuk, kan?”“Seharusnya aku tetap memejamkan mata saja tadi.”Baskara tersenyum. Ayu pun ikut tersenyum.“Kakak benar tidak mau tidur? Kakak juga pasti mengantuk, kan?&r
Selama berada di Scylaac, tak pernah sekali pun Ayu dan Baskara bertemu dengan penghuni perempuan - setidaknya yang bernyawa. Padahal mereka telah beberapa kali mendengar cerita tentang penghuni-penghuni perempuan. Bahkan dua dari keempat pencetus Scylaac pun adalah perempuan. Selama ini Ayu tak pernah ambil pusing akan hal itu. Tapi begitu akhirnya ia benar-benar melihat seorang penghuni perempuan, seluruh perhatian dan pemikirannya langsung terfokus penuh kepadanya.“Ya, Kakak benar. Itu memang perempuan. Tidak salah lagi.”Baskara kembali memandang Ayu. “Mungkin dia Yuhita atau Lala.”Ayu tidak menjawab. Ia seperti tertegun oleh pemandangan yang seharusnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang dari tadi disaksikannya.“Apa mungkin itu ... Zia.”Baskara sedikit mengerutkan dahinya. “Kamu percaya yang seperti itu?”
“Kakak? Kakak tak apa-apa?” tanya Ayu khawatir.“I-iya. Aku baik-baik saja,” jawab Baskara, mencoba bersikap tenang. Tak lama kemudian, ia pun mengoreksi, “Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Aku mual.”Baskara pun akhirnya kembali muntah untuk yang kedua kalinya – sebelumnya ia juga telah muntah.“Sebaiknya Kakak tak usah melihatnya lagi. Awasi saja keadaan di sekeliling kita ini. Aku masih membutuhkan bantuan Kakak untuk itu,” kata Ayu lagi, sambil memegang pundak pacarnya itu.“Ya, kamu benar. Mungkin itulah yang terbaik untukku,” jawab Baskara sambil menyeka air matanya yang keluar secara natural oleh karena dirinya muntah.Baskara terguncang melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Wajar saja. Aku tak menyalahkannya. Aku pun juga akan mengalami hal yang sama jika menjadi dirinya. Itu bukan sesuatu yang dapat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments