Agatha memandang Ryu yang masih tertidur dengan sendu. Berkali dia mengusap air matanya. Wanita itu duduk di tepi ranjang, membungkukkan badannya dan mencium pipi Ryu. Bau alkohol menyeruak tajam masuk indra penciumannya. Namun, wanita itu tak peduli dan mengusap lembut pipi Ryu dengan terisak.
Simon menatap gamang dengan pemandangan di depannya. Di satu sisi dia marah dan kecewa, kenapa harus Agatha yang menabrak Dirman. Tapi di sisi lain, dia bingung harus bagaimana karena wanita ini adalah ibu kandung Ryu. Meski dia belum memastikan kebenarannya.
"Seumur hidup baru sekali ini dia mabuk. Kami memang tinggal di lingkungan keras. Tapi Dirman, mampu mendidik Ryu kecil agar tidak terpengaruh dengan lingkungannya," pungkas Simon.
"Saya tahu dia terpukul. Dan semua ini karena saya. Seandainya saat itu saya lebih melawan Dean, mungkin Ayahnya bisa terselamatkan." Agatha menatap Ryu sendu.
"Saya rasa percuma, Nyonya. Melihat karakter
Dipa yang lebih dulu sampai di pintu kamar Ryu, langsung membukanya dan terkejut melihat pemuda itu terkapar di lantai dengan sebuah nakas kecil menindih tubuhnya.Bono yang melihat malah tertawa terpingkal-pingkal, bukannya menolong. Simon memukul kepalanya dan segera membantu Ryu berdiri, sedang Dipa yang mengangkat nakasnya."Lu kenapa sih?" Simon memapah Ryu menuju ranjang.Bono segera lari ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Ryu, sebelum dia kena pukul lagi."Pusing banget pala gue, Bang." Ryu memijit keningnya."Makanya, ga usah sok-sokan minum," ujar Dipa menimpali.Ryu diam. Wajahnya berubah sendu dengan netra mulai berkabut. Jemari tangannya mulai mengetuk-ngetuk pangkal paha. Sikapnya ini membuat Dipa terhenyak, karena persis sama seperti yang dilakukan Agatha semalam. Dipa memandang Simon dan pria itu hanya menanggapi dengan senyum yang penuh arti."Tong, di minum dulu, gih." Bono menyodorkan te
Kembali pria bertato itu menatap dua orang paruh baya itu dengan tatapan menelisik."Apakah ada tanda pengenal untuk mengenali bayi itu?""Sebuah kalung liontin pemberian Lingga, ayahnya dan juga saat hilang bayi itu mengenakan baju rajutan dan ada namanya Ryu," ujar Darmi.Simon terdiam cukup lama sambil menatap tajam dua orang di depannya, membuat mereka merasa risih dan salah tingkah."Kenapa kamu seperti ini? Kami sudah menceritakan semuanya. Pertanyaan kami dari tadi belum kamu jawab sama sekali." Darmi mulai tersulut emosi.Simon tersenyum dengan tenang. "Maaf. Tapi gue hanya ingin memastikan cerita kalian itu tidak mengada-ada," jawabnya."Maksud kamu apa? Agatha sampai depresi kehilangan bayinya. Bahkan saat menikah dengan Dean, dia masih depresi membuat Tuan Prayoga menyesali perbuatannya," ujar Darmi dengan menatap tajam Simon.Pria itu menarik napas dalam, "baiklah. Mengenai kalung liontin itu, seperti apa bentu
Dua buah mobil beriringan masuk ke dalam gerbang sebuah rumah mewah dan elit. Ryu terperangah tak percaya melihat rumah di depannya yang bagai sebuah istana.Dia merasakan sebuah sentuhan hangat pada telapak tangannya. Dia menoleh, Agatha tersenyum lembut dan meremas jemarinya dengan kuat tapi lembut. Wajahnya menyiratkan penguatan untuk pemuda itu.Mereka turun dan disambut beberapa pelayan wanita memakai seragam dengan celemek di dada berwarna navy.Agatha menggenggam erat jemari Ryu dan membimbingnya masuk ke dalam rumah. Di belakang mereka ikut berjalan juga Simon dan kedua anak buahnya, serta Darmi dan Parman.Sebuah ruangan yang besar dan mewah menyambut kedatangan mereka."Tina, panggilkan semua orang untuk keluar," perintah Agatha pada seorang pelayan wanita yang sudah berumur.Wanita itu mengangguk, tapi sudut matanya melirik pada Ryu dengan penasaran karena selalu di gandeng oleh sang majikan dengan mesra.Agatha
TWC 29Nyonya Merry tahu rahasia DeanSebuah kamar yang luas dan mewah, dua kali lebih besar dari kamarnya di rumah Simon, menjadi miliknya sekarang.Ryu mengedarkan pandang ke area kamar dengan takjub."Ryu …." Simon telah berdiri di sampingnya."Ya, Bang.""Ingat pesen abang. Jika lu ga betah tinggal di sini, rumah abang masih terbuka lebar buat lu. Dan ingat … tetaplah waspada. Karena kita tidak tahu musuh kapan akan menyerang."Pemuda itu mengangguk mengerti. Sejak kecil dia hidup dengan Simon, membuat dia paham sifat dan karakter pria itu. Meski keras, kasar dan kejam kata orang-orang, tapi Ryu mendapatkan kasih sayang dari Simon seperti bapaknya dulu. Simon dan anak buahnya sering mabuk. Tapi, dia tidak membolehkan Ryu mengikuti jejaknya. Dia mendidik Ryu dengan keras, memasukkannya ke tempat bimbingan belajar yang bagus. Memasukkannya ke beberapa tempat beladiri untuk menempa tubuhnya dan untuk berjaga dir
Malam yang terang dengan kemerlip bintang menghiasi angkasa.Kediamam Saloka terlihat agak sibuk di banding hari sebelumnya. Beberapa pelayan terlihat hilir mudik menyiapkan makanan di atas meja prasmanan.Beberapa kerabat akan datang hari ini, termasuk putra tertua Prayoga Saloka, yaitu Andre Saloka--kakak laki-laki Agatha.Pintu gerbang terbuka lebar saat beberapa kendaraan mewah memasuki kediaman keluarga Saloka.Beberapa bodyguard tampak berdiri di depan pintu menyambut beberapa tamu kerabat dan mengarahkan mereka untuk segera masuk menuju taman belakang.Sebuah taman yang indah dengan kolam renang di tengahnya, menambah kesan eksklusif keluarga itu. Sebuah meja panjang prasmanan terletak di sisi kolam renang dengan kursi-kursi mengitari kolam beserta lampu warna-warni menghiasai taman itu.Dean dan Jason berdiri menyambut para tamu dengan senyum hangat yang dipaksakan. Bagaimana mereka bisa menerima pesta kecil ber
Hari semakin malam saat Ryu berjalan sendiri di sepanjang kolam renang. Dia masih merasa bermimpi dengan semua kenyataan ini. Satu setengah bulan yang lalu dia masih seorang gembel yang tinggal di rumah bedeng terbengkalai milik perusahaan kereta api yang kumuh di pinggir rel.Tidak berapa lama, Simon mengajaknya ke sebuah rumah yang bagus dengan fasilitas lengkap. Dan kini … setelah dia bertemu dengan sang Ibu, kehidupannya berubah menjadi sangat mewah. Berkali dia mencubit pipinya dan tetap merasakan sakit."Sampai kamu tonjok wajahmu juga tetap terasa sakit, Bro. Ini kenyataan bukan alam mimpi." Alvren muncul tiba-tiba dengan tertawa.Ryu tersenyum malu karena anak muda itu seperti mengerti isi hatinya."Belum tidur? tanya Ryu basa-basi."Kebangun karena lapar gue.""Terus udah makan?""Makanannya udah pada abis," jawabnya dengan nyengir."Cian." Wajah Ryu pura-pura prihatin."Syal
Tina mendatangi Ryu yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku di bangku santai taman. "Tuan muda … ada telepon untuk Anda."Pemuda itu menoleh, "telepon? Dari siapa?""Nona Bella," jawab Tina singkat.Wajah Ryu langsung berbinar. Dengan semangat dia berlari menuju ruang tengah."Hallo ….""Ryu. Ya ampun, beneran ini kamu? Aku barusan saja tahu dari papaku tentang kamu. Sungguh kamu putra Tante Agatha? Beneran, Ryu? Ya ampun ….""Maaf, Anda salah sambung," kata Ryu yang membuat Bella diam. Hening."Terus ini siapa? Suaranya persis seperti Ryu," lirih Bella."Makanya kalau bicara itu pakai jeda. Jangan kek kereta api, nyerocos mulu," sahut Ryu tertawa."Syalan lu! Sini, gue pukul lu. Dasar …."Ryu tertawa mendengar umpatan gadis cantik di seberang sana. Dia bahagia mendengar suara Bella. Mereka bercanda di telepon hingga hampir dua jam. Telepon terputus
Malam semakin larut dengan hujan deras mengguyur bumi. Saat cuaca dingin seperti ini, maka yang dilakukan orang-orang adalah tidur dibalik selimutnya. Tapi tidak dengan black house. Justru tengah malam lah saat mereka untuk bekerja.Sebuah truck kontainer menurunkan muatan di tengah hujan deras. Semua anak buah black house bekerja di bawah derasnya hujan.Dipa dan Bono memberi komando pada mereka untuk menurunkan peti-peti kayu dan memasukannya dalam gudang. Setelah masuk gudang, maka di dalam ada orang-orang terpilih dan terpercaya yang membongkar semua peti itu lalu memasukkan semua isinya ke dalam sebuah ruangan rahasia.Semua itu menjadi tugas Simon dengan orang-orang kepercayaannya.Pria kekar dengan tubuh penuh tato itu menyulut sebatang rokok lalu mengisapnya."Ceng, lu itung dan catat yang bener semua barang yang masuk," perintahnya pada Aceng."Siap bos."Peti-peti kayu itu berisi