Dia dan Pembalasan Dendamku

Dia dan Pembalasan Dendamku

Oleh:  AK-17  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
202Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Borneo adalah seorang pria pembunuh bayaran yang kabur dari organisasi dan menjadi incaran. Dalam pelariannya, ia bertemu dengan Lily, gadis yang sisa hidupnya terkunci di villa dan mendapatkan perlakuan buruk dari orang-orang. Lily menyelamatkannya dan untuk sementara Borneo bersembunyi di kediamannya. Semakin lama ia di sana, ia semakin tahu kisah gadis itu, Borneo memutuskan untuk membantunya balas dendam, tanpa ia sadari, ia perlahan jatuh cinta pada Lily, tetapi cinta seperti apa yang bisa diberikan oleh pembunuh sepertinya? Ia tahu bahwa kehadirannya akan membahayakan Lily dan Lily tidak pernah tahu identitas aslinya. Haruskah ia mengungkapkan rahasianya?

Lihat lebih banyak
Dia dan Pembalasan Dendamku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
7 Bab
Penghianat harus mati
Suara gesekan besi dan dinding tembok beradu menjadi perpaduan suara yang menyenangkan. Warna merah darah yang mengalir di ujungnya yang lancip memiliki sebuah story yang menarik untuk didengar. Bau darah yang tidak pernah asing dan aura yang sama benar-benar kental. Lihatlah, dua tubuh yang terkapar di lantai bersimbah darah. Mereka mulanya adalah sepasang suami istri yang harmonis dan menyenangkan. Aku sudah baik sekali mengakhiri mereka secara bersamaan agar yang lain tidak kesepian.Mereka cukup baik padaku, tetapi itu hanya sesaat, sebelum aku mengetahui topeng asli mereka dan wajah manis itu langsung tampak ketakutan. Jadi, tanpa berbasa-basi aku menyelesaikan tugasku, tugas awal yang diberikan oleh Ibu saat pertama kali menemui keluarga ini. Aku beralih menatap seorang gadis yang meringkuk di ujung ruangan, memeluk tubuhnya ketakutan. Namanya Alea, anak tunggal suami istri itu. Wajahnya tampak pucat dan sama sekali tidak mau menatapku. Gadis yang sempat melemahkan langkahku
Baca selengkapnya
Akhir dari Anjing yang Berkhianat
Dalam organisasi kami, ada satu yang tidak pernah dapat ditoleran, yaitu penghianat. Jika salah satu dari kami berkhianat, maka orang itu akan mati, tanpa jejak, seolah ia tidak pernah ada di dunia ini.Taneba, itu adalah organisasi bawah tanah yang dioperasikan oleh seorang ilmuan wanita jenius bernama Levale. Sebagian besar anggota organisasi diciptakan melalui pembenihan buatan, bayi tabung, dan sel sperma yang dibesarkan menggunakan rahim buatan di dalam kapsul kecil transparan. Terdengar tidak masuk akal, ‘kan? Benar, kami tidak pernah memiliki Ibu atau Ayah seperti manusia pada umumnya. Kami hanyalah manusia eksperimen yang diciptakan untuk mengelola organisasi. Ada satu prinsip dasar yang dimiliki oleh wanita tua itu, jika kamu ingin menjinakkan anak anjing, maka pastikan kamu menggenggamnya saat mereka baru lahir. Itulah alasan dasar mengapa kami tidak mengenal orang tua selain dirinya. Organisasi kami bekerja di bawah bayangan. Dikendalikan oleh seorang wanita tua berusia 5
Baca selengkapnya
Si Gadis
Di tengah hutan rimba yang gelap, suara burung hantu menjadi begitu sunyi, saat hewan malam yang kerap berisik menjadi begitu senyap, aku memacu ke dua kaki untuk terus berlari, menerjang akar pohon, meloncati kayu yang tumbang sepanjang hutan, menepis dedaunan yang menghalangi jalan, sesekali rantingnya menggores kulit pipi, tetapi aku terus berlari. Suara napas yang ke luar masuk semakin cepat. Detak jantung yang berpacu semakin keras.Suara gemeresik dedaunan beradu dengan ranting yang patah, merobek kulit kaki telanjang, menghasilkan darah segar yang terus mengalir sepanjang jalan. “Angkh!” Aku meringis, merasakan nyeri yang tak tertahankan.Suara tembakan di belakang sana terdengar tujuh kali beruntun membelah kesunyian, menembus jantung pohon. Aku kembali berlari tanpa arah, hingga tiba di ujung tebing, tepat di atas air terjun. Baik, tidak ada jalan lagi. Aku akan mati, benar-benar akan mati malam ini. Mereka pasti melacak sinyal tiga orang yang non-aktiv tiba-tiba dan menyu
Baca selengkapnya
Di mana ini?
Aku mendikte setiap kata yang pernah kupelajari dan kuhafal. Menyimpannya sebagai perisai untuk melindungi diri dari ketiadaan. Kadang kala kalimat-kalimat petuah yang bijak tidak ada gunanya kecuali kata penjahat yang menyenangkan. Coba dengarkan mereka, kamu akan tahu maksudnya. Setiap barisan not yang berjejer seperti tangga kehidupan, menaik dan menurun, berirama dan bersenandung. Tergantung bagaimana kamu menyusunnya agar terdengar indah, dan di sini, aku akan menceritakan semuanya, tentangku, tentang penjahat ini, dan tentang kebusukan dunia.Setelahnya kalian bisa menilai, siapa di antara kami yang jahat, siapa di antara kami yang lebih kejam. Kalian boleh menilai dari seluruh sudut pandang, kalian boleh menyangkal dengan membawa argumen bebas, tapi aku akan menunjukkan kehidupanku. Bagaimana dunia bersikap tidak adil pada orang sepertiku. Dan bagaimana ia bermain dengan orang-orang lemah seperti kalian.--... “Borneo ... lari!” Suara itu mengalun di udara seolah menembus ca
Baca selengkapnya
Namanya Lily
Laki-laki itu masih berdiri di sana, mengintip, tanpa bergerak sedikit pun. Sepertinya gadis ini juga melihatnya, karena sekarang, tatapan kami sama-sama tertuju pada pohon jambu air yang cukup besar di depan sana. Di mana laki-laki itu berdiri dengan gelagat yang mencurigakan. Bahkan saat aku melihatnya, ia tidak berniat untuk pergi.“Dia lagi.” Kalimat yang ke luar dari mulut gadis ini membuat perhatianku teralihkan. Dia? Siapa? Aku masih menunggu kalimat selanjutnya, karena sepertinya ia mengetahui sesuatu. Tapi tarikan napas panjang yang ke luar dari mulutnya membuatku makin penasaran.“Dia?” tanyaku akhirnya.Ia berjalan menuju pintu gerbang, sementara aku sedikit mundur, waspada, karena kemungkinan besar dia adalah salah satu para pembersih yang dikirim untuk membunuhku. Jika benar, maka bukankah aku seharusnya kabur?Gadis berambut panjang itu berjalan membuka gerbang dan meraih sesuatu yang sepertinya tergeletak di sana. Sebuah dus besar berwarna cokelat. Ia terlihat diam cu
Baca selengkapnya
Pria di balik pohon itu ...?
Ia tertawa begitu keras. Tapi tawa itu tak terdengar menyenangkan, terdengar mengejek, seolah aku memberinya harapan mustahil. Sampai kemudian Ia berhenti dan tampak sesak.“Aku bahkan tidak mempercayaimu sepenuhnya. Kau adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menatapku dengan tatapan itu. Aku membencinya, tapi kau berhutang budi dengan nyawamu. Aku meminta balasan.”Hening lagi. Aku menikmati proses tenggelamnya matahari yang turun begitu cepat. Menelan cahaya yang tadinya terhampar ke halaman Villa. Angin datang dengan lembut, menerbangkan rambut gadis ini. Aku tahu cara menjinakkan wanita. Aku tahu apa yang mereka suka. Aku tahu apa yang mereka mau. Tetapi yang ini? Ia terlalu banyak menderita, jadi aku tidak yakin apa tak tik lama akan bisa membantuku meluluhkannya.“Besok aku akan ke sekolah. Antar aku, lalu pulang. Setelah pulang sekolah, temani aku ke hutan di bawah sana. Ada yang harus aku lakukan. Kau tidak berpikir untuk kabur, kan?” Terdengar seperti perintah mut
Baca selengkapnya
Pembulllyan?
Sesuai perjanjian, aku mengantar Lily ke sekolahnya. Sekolah elit yang terletak di tengah desa cukup unik. Awalnya kupikir desa ini tertinggal kuno, ternyata tehnologi di sini cukup maju. Hal ini kusadari setelah mengantarnya hingga gerbang sekolah. Gedung dengan dua tingkat yang cukup megah. “Kapan kau akan pulang?” tanyaku. Menatap ke samping. Kulihat wajahnya terus menunduk. Poninya masih menutupi wajahnya. “Jam dua.” Jawaban itu singkat. Ia langsung ke luar dari mobil tanpa melihat ke arahku.Aku memandangi punggungnya yang perlahan menghilang di balik gerbang. Tampaknya juga ia mendapat sambutan hangat dari beberapa gadis yang kupikir mungkin temannya.Ting!Suara pesan masuk dari ponsel membuatku segera menoleh.[Lo anterin dia ke sekolah, kan?]Itu adalah pesan dari Rian. Pria itu tampak begitu peduli dengan Lily, apalagi jika kupikir kembali alasan dia membantuku semalam karena gadis itu. Setelah kuberitahu alasanku berada di sana, aku memberikan ia nomor telponku agar mud
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status