Share

Bab 39. Jangan Sekarang

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 11:12:15

“Pa, makanannya sudah dingin,” ujar Arsila.

“Kamu kenapa?” tanya Hario heran.

“Gak ada apa-apa, Pa. Kita sudah terlalu lama bercerita,” jawab Arsila tersenyum.

Sinar matahari menembus tirai tipis café di sudut jalan utama, menimpa wajah Arsila yang terlihat tenang di permukaan, namun gelisah dalam diam. Duduk di seberang meja, Hario Jusman, sang ayah, menatap putrinya yang baru kembali setelah lebih dari setahun menghilang.

Wajah tua itu menua lebih cepat dari seharusnya, kerutan di dahi dan kantung mata yang dalam menunjukkan bahwa waktu tak bersahabat dengannya, terlebih dengan semua kekacauan di keluarganya.

“Pa, makan dulu,” ujar Arsila dengan senyum samar, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Hario hanya memandangi putrinya, tidak segera menyentuh makanannya. “Papa tidak habis pikir. Kamu menghilang begitu saja. Sekarang kembali dengan membawa beban lebih banyak daripada yang seharusnya kamu tanggung. Maafkan Papa, ya.”

“Iya, Pa. Seharusnya aku sudah lama kembali, hanya saja aku meng
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 64. Inilah Jalanku

    "Naik kereta api... Tut! Tuut!"Suara riang tawa anak-anak bercampur dengan alunan musik dari odong-odong berwarna mencolok yang berputar perlahan di taman sore itu. Juang duduk manis di atas kuda mainan plastik, tangannya melambai ke arah ibunya dan neneknya yang memperhatikannya dari kejauhan. Senyumnya merekah, polos dan bahagia."Mama...""Iya, Sayang. Juang main ditemani Nenek ya," ujar Arsila melambaikan tangannya kepada Juang.Juang mengangguk riang. Juang, cucu dari keluarga Nugraha dan keluarga Jusman. Tapi, disini dia hanyalah anak dari Arsila, tidak membawa nama besar kedua keluarga. Dia hanya seorang anak kecil yang begitu senang bermain di taman, naik odong-odong ataupun permainan lainnya.Padahal, jika dia kembali ke pangkuan keluarganya, semua permainan sederhana itu akan menjadi biasa, bahkan arena permainan bisa dia miliki.Arsila duduk di bangku taman, tangan saling bertaut di pangkuan, sementara matanya sesekali mencuri pandang ke arah pria di sampingnya—Samuel.“K

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 63. Pertemuan Kembali

    Satu Tahun Kemudian..."Juang, ayo kamu bisa, Nak. Kamu hebat, anak Mama pasti bisa."Suara lembut Arsila menggema di antara pepohonan taman yang rindang. Matahari pagi menyinari rerumputan dengan hangat, dan embusan angin membawa aroma segar dari bunga-bunga liar yang mekar di sudut taman.Arsila seperti seorang suporter bola saja, dia terus berteriak dengan begitu heboh.Anak kecil berambut ikal dan bermata bulat itu terkikik pelan, berdiri dengan kaki mungilnya yang masih agak goyah. Juang, buah hati Arsila, tampak begitu riang setiap kali kaki mungilnya menyentuh rumput.Dia memang agak lambat belajar berjalan, bukan karena ada gangguan fisik, tapi lebih karena sifat manjanya yang selalu ingin digendong. Terutama oleh Bu Liana, yang kini duduk tidak jauh dari mereka, memandangi dengan tatapan teduh.Bu Liana memang sangat memanjakan Juang, segala jenis mainan dibelikan untuk Juang. Beliau tidak sayang dengan uangnya untuk menyenangkan Juang. "Juang, ke sini, Nak. Jalan ke Mama,

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 62. Terlalu Takut

    “Juang Angkasa…”Suara dari pengeras suara apotek itu menggema, menembus kegaduhan ringan di ruang tunggu. Itu nama yang tak biasa—unik, penuh makna. Nama itu adalah harapan dan kekuatan, namun saat ini terasa seperti bunyi yang menghentak dada Arsila."Juang Angkasa..." kembali nama itu dipanggil.Obat Juang sudah siap. Tapi Arsila masih mematung.Pandangan matanya terpaku pada layar televisi di dinding sana, meski kini hanya menampilkan iklan sabun. Kilasan berita yang tayang sebelumnya belum bisa dia enyahkan dari pikirannya. Samuel mengundurkan diri. Dari semua hal yang mungkin terjadi, itu bukan yang dia bayangkan.Padahal, seharusnya dia tidak perlu mengkhawatirkan itu. Tapi, entah mengapa dia tidak bisa mengabaikannya.“Arsila, biar Ibu yang ambil obatnya,” suara Bu Liana menyentak lamunannya.Karena sudah tiga kali nama Juang dipanggil, akhirnya bu Liana yang bergerak maju untuk mengambil obat Juang.Tapi Arsila tetap diam. Sorot matanya kosong, seakan jiwanya belum kembali ke

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 61. Juang Sakit

    "Yang ini selesai," ucap Arsila.Panas mentari siang itu tak menyurutkan semangat Arsila yang sedang menyusun rak susu di minimarket. Tangannya sigap bekerja, wajahnya berkeringat namun tetap tersenyum. Pekerjaan ini mungkin sederhana bagi banyak orang, tapi bagi Arsila, setiap detik di balik seragam minimarket ini adalah pembuktian bahwa dia mampu berdiri di atas kakinya sendiri.Jika dulu dia adalah bos, kini dia belajar menjadi bawahan. Belajar mengumpulkan uang dari gaji yang mungkin tidak seberapa. Sudah tiga bulan berlalu sejak kelahiran Juang, buah hati yang dia lahirkan dengan tangis dan harapan. Juang adalah segalanya. Hidupnya. Jiwanya. Bahkan nafasnya. Dan meskipun Bu Liana berkali-kali memintanya berhenti bekerja dan cukup merawat Juang di rumah, Arsila tetap memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Bukan karena dia tidak percaya Bu Liana, tapi karena dia tak ingin selamanya menjadi beban.Dan kini, dia menikmati pekerjaannya. Dia menikmati setiap perjuangannya menjadi or

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 60. Ancaman untuk Samuel

    “Samuel, kau sudah parah sepertinya,” gumam Sassy sambil menempelkan tangannya di kening Samuel, seolah dia mengatakan kalau Samuel sedang sakit.“Aku gak gila, Sassy. Arsila memang keluarga Jusman, dia adalah pewaris sah dan satu-satunya Jusman Group. Hanya saja sekarang, sedang ada sedikit masalah di Jusman Group,” jawab Samuel santai.“Kau bahkan tahu semua itu?” tanya Sassy lagi.“Iya.”Suasana ruang makan keluarga Nugraha berubah seketika. Lampu gantung yang sebelumnya menyinari meja makan dengan hangat, kini terasa seperti sorotan tajam yang menyilaukan. Diam membekukan udara. Ketegangan menggantikan keakraban. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, berdetak seperti penanda waktu yang akan segera memecah segalanya.“Apa?! Dia dari keluarga Jusman?” Mutia menatap Samuel, wajahnya menyiratkan keterkejutan dan penolakan dalam satu waktu. Beberapa detik dia hanya terdiam, seolah pikirannya sedang menafsirkan kembali kata-kata anaknya yang baru saja diucapkan.“Iya, Mom.”Deni

  • Pembantu Cantik Pemuas Hasrat Sang Pewaris   Bab 59. Samuel Berterus Terang

    “Samuel, keluarga Diva ingin kita mengadakan pertemuan keluarga segera,” ujar Mutia membuka pembicaraan malam itu.“Untuk apa?” tanya Samuel cuek.“Untuk apa lagi? Ya tentunya untuk membahas rencana pernikahan kamu dengan Diva lah!” jawab Mutia tegas.Malam itu, ruang makan keluarga Nugraha terasa lebih panas daripada biasanya. Padahal, lampu kristal gantung masih memancarkan cahaya keemasan yang lembut, dan AC menyala seperti biasa. Tapi bukan suhu ruangan yang membuat semua terasa menyesakkan—melainkan suasana yang mendadak tegang setelah Mutia mengutarakan tujuan mereka berkumpul mala mini."Aku gak mau dijodohkan, Mom. Aku bukan anak kecil!" seru Samuel, suaranya keras, namun tetap menahan diri agar tidak terlalu membentak.“Kenapa sih selalu saja sibuk untuk urusan pernikahan. Bisa gak biarkan aku menentukan jalan hidupku sendiri, Mom? Menikah bukan hanya menyatukan lelaki dan perempuan, tapi perasaan. Aku hanya ingin menikah tanpa adanya perpisahan lagi,” sambung Samuel dengan te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status