“Jangan lakukan,” ucap Samuel pada dirinya sendiri.Namun, kata-kata itu bagaikan angin lalu, tangannya masih terulur di atas paha Arsila.Lampu ruang keluarga masih menyala. Di layar televisi, acara tengah malam terus bergulir tanpa penonton yang benar-benar menyimak. Hujan di luar sana mulai turun semakin deras, menampar jendela apartemen dengan irama melankolis, seolah mendukung apa yang akan terjadi.Di dalam, suasana jauh lebih sunyi. Hanya suara napas, detik jam, dan desau malam yang menegaskan betapa dunia telah berubah arah malam ini.Arsila masih terlelap di atas sofa panjang. Wajahnya damai, seolah tak menyimpan luka. Padahal, luka itu dalam—baru beberapa waktu lalu hidupnya diremukkan oleh orang-orang yang seharusnya mencintainya. Rio, Anila, ibu tirinya, bahkan ayah kandungnya, semuanya memilih membuangnya. Menuduhnya selingkuh, mencoreng nama baik keluarga, mencabut hak warisnya, dan mengusirnya dari rumah. Hanya karena ia tak bisa menerima dikhianati.Dan kini ia di sini
Last Updated : 2025-05-28 Read more